Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Seketika Hayi merasa seperti orang dengan pikiran yang kosong setelah keluar dari ruangan Gus Altair. Ia masih mencerna apa yang sebenarnya Gus Altair katakan tadi. dari luar jendela, ia melirik sekilas dimana pria itu juga masih memperhatikannya dengan tersenyum manis. Dengan secepat kilat ia memalingkan wajahnya dan berlari.
Hayi menuju toilet dan membasuh wajahnya. ia memegang jantungnya yang berdegup kencang tak kala melihat senyuman manis milik Gus Altair. pasalnya, selama ini ia belum pernah sama sekali melihat pria itu tersenyum.
"Apa itu tadi? Apa dia kesambet? Arrrrghhhhh ngeselin bangen tuh orang." teriak Hayi yang tiba-tiba saja merasa frustasi memikirkan perkataan Gus Altair.
🌙
Hari berlalu dengan begitu cepatnya. Setelah pembicaraan yang terjadi antara Hayi dan Gus Altair, kini keduanya jika bertemu hanya saling diam saja. Hayi yang biasanya over aktif, mendadak jika ada Gus Altair langsung berubah 360°. Gadis itu mendadak diam membeku dan tidak berbicara sama sekali.
Seperti saat ini, pelajaran ketiga yang kebetulan di isi oleh Gus Altair, yaitu bahasa Inggris.
Hari ini mereka akan presentasi sesuai kelompok yang beberapa waktu lalu sudah di bentuk yaitu berisi 6 orang dalam setiap kelompok. dan kelompok yang pertama presentasi adalah kelompok Hayi. Di mulai dari Hilya yang memang menjadi ketua kelompok, ia mulai ber presentasi. Hanya saja karena memang Hilya tidak terlalu menguasai bahasa inggris ia terlihat beberapa kali salah dalam pengucapan begitupun juga dengan ke 4 siswa lainnya yang menjadi kelompok mereka. Hayi adalah yang terakhir melanjutkan presentasi. Ia terlihat begitu mudah mengucapkan setiap kata karena memang ia sudah menguasainya.
Bel sekolah pun berbunyi pertanda jam pulang sudah tiba. Semuanya bersiap-siap untuk pulang setelah selesai dengan semua presentasi mereka.
"Baiklah sekian untuk pelajaran hari ini, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." kata Gus Altair
"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Hayi, kamu bisa ke ruangan saya." kata Gus Altair yang membuat Hayi terkejut.
"Sa saya?" tanya Hayi.
"Ya siapa lagi, kan cuman kamu yang namanya Hayi. Ada yang perlu saya bicarakan" kata Gus Altair.
"Kita duluan, ay." kata Aisyah
"Tungguin lah." kata Hayi membuat mereka terheran-heran karena tidak biasanya Hayi seperti itu.
"Saya sudah kebelet berak ini, ayo." kata Aisyah dengan mengajak teman-temannya
Kini hanya tersisa Gus Altair dan Hayi saja di dalam kelas itu. tanpa mengatakan apapun Gus Altair hanya menatap Hayi sekilas kemudian keluar kelas di ikuti oleh Hayi. hingga sampailah kini mereka di ruangan Gus Altair.
"Ada apa Gus?" tanya Hayi to the point.
"Saya lihat skill bahasa inggris kamu bagus, jadi saya akan merekomendasikan kamu sebagai perwakilan sekolah untuk lomba pidato bahasa inggris." kata Gus Altair membuat Hayi terkejut.
"Kenapa saya?" tanya Hayi.
"Lalu siapa? Saya?" kata Gus Altair dengan menghela nafasnya.
"bukan begitu, Gus."
"Sudahlah, nanti akan saya bicarakan dengan ustadzah Rahma." lanjutnya.
"Iya, gus." jawab Hayi pasrah walaupun sebenarnya ia sangat tidak suka dengan perlombaan.
"Hayi, apa kamu sudah memikirkannya? Saya menunggu jawaban kamu. Semoga hal baik yang bisa saya terima." kata Gus Altair.
"Gus, gue itu masih kecil. Belum siap buat nikah, gue nakal, dan gue juga buka cewe baik kaya yang Lo kira. Jadi stop jangan berharap apapun. soal apa yang Lo sebut sebagai petunjuk itu mungkin cuma perasaan Lo aja. Lagian, banyak cewe yang jauh lebih baik dari gue kenapa harus gue? Lo itu seorang Gus, seorang anak kyai. kalau Lo nikah sama gue, apa yang bakal di katakan dunia? Cari saja yang sepadan dengan lo, gue nggak mau bikin Lo dan kyai malu karena punya menantu kaya gue." kata Hayi dengan meluapkan semua yang ada dalam pikirannya.
"Demi Allah saya tidak mempersalahkan itu karena saya yakin saya bisa membimbing kamu." kata Gus Altair yang membuat Hayi benar-benar gemas dengan pria di depannya itu.
"Ihhhh tau lah, males gue sama lo." kata Hayi dengan kesalnya karena pria itu tak kunjung paham dengan perkataannya.
"Saya mau bersilaturahmi ke rumah kamu, Hayi." kata Gus Altair lagi.
"Guussssss!!" rengek Hayi dengan menghentakkan kakinya kesal sembari mengerucutkan bibirnya.
"Astagfirullah hal'adzim, ternyata dia bisa selucu ini." batin Gus Altair yang sebenarnya gemas sekali melihat tingkah Hayi.
"Apa Hayi?" kata Gus Altair dengan lembut membuat Hayi semakin frustasi.
Tiba-tiba saja suara langkah kaki terdengar menuju ke arah ruangan Gus Altair. Terlihat seorang santri mengatur nafasnya yang membuat Gus Altair heran begitupun juga dengan Hayi.
"Gus, di depan huft hufftt...."
"Ada apa? Kamu tenang dulu, tarik nafas baru bicara." kata Gus Altair.
"Ada geng motor yang coba buat masuk pesantren." kata santri itu yang membuat Gus Altair langsung beranjak dan berlari.
Hayi yang penasaran pun juga langsung ikut berlari. sementara di pesantren, para ustadz dan santri putra sudah berbaris untuk menghadang geng motor yang entah dari mana asalnya. Mereka mencoba menerobos masuk tanpa tahu tujuannya apa.
Betapa terkejutnya Hayi ketika melihat lambang dari jaket yang di pakai orang semua orang di geng motor tersebut. Mereka adalah geng Raksa, sebuah club motor yang bermusuhan dengan club motor yang di anggotai oleh Hayi, Sean dan anggota lainnya. entah kenapa mereka bisa sampai di pesantren itu.
"Sial, mereka disini. Bagaimana bisa mereka tahu kalau gue ada disini. nggak mungkin Sean yang bilang ke mereka." gumam Hayi.
"Woyyy pengecut, keluar lo sekarang juga atau gue hancurin tempat ini!!" teriak Renaldi ketua dari club motor itu.
"Siapa kalian? Kenapa membuat kekacauan di tempat ini hah!!" kata Gus Altair dengan tatapan tajamnya karena gerbang yang tadinya utuh sudah rusak karena aksi mereka.
"Suruh cewe gila itu keluar sekarang juga. Dan gue akan pergi setelah ini." kata Renaldi.
"Siapa yang kamu maksud?" tanya Gus Altair.
"Ibrahim, telpon polisi sekarang juga." kata kyai Ilham.
"baik kyai." jawabnya dengan berlari kencang.
"Hayi Drestanta Arutala!!!! Keluar sekarang juga atau gue obrak abrik tempat ini." teriak Renaldi.
"Gue disini, nggak perlu Lo buat kekacauan disini. masalah Lo sama gue bukan mereka. Maaf kyai karena ulah mereka jadi seperti ini, saya akan menyelesaikannya sekarang juga." kata Hayi membuat semua orang bingung.
"Memangnya kamu kenal mereka?" tanya kyai Ilham.
"Mereka geng perusak dan tak tahu tata krama."jawab Hayi yang kemudian berjalan maju menghampiri mereka
"Hayi, jangan bercanda, mereka memakai senjata. Kita tunggu polisi datang saja." kata kyai Ilham dengan khawatir.
"Hayi, saya bilang berhenti dan tetap di tempat kamu!" seru Gus Altair.
"Hahaha lihatlah pecundang ini sudah keluar dari persembunyiannya. Ckck sembunyi di pesantren??? Lucu sekali hahaha." kata Renaldi.
"Kenapa? Lo takut gue bikin masuk penjara lagi makannya lo repot-repot jemput gue disini?" kata Hayi dengan senyum smriknya.
"Bawa dia." kata Renaldi membuat dua orang maju dan langsung menyeret Hayi.
Sebenarnya Hayi ingin melawan, hanya saja sebuah kaki panjang sudah mendengar dua pria yang menyeret Hayi dengan paksa. Hayi menoleh dan terkejut karena kaki itu milik Gus Altair. Seperti biasa, jika sudah terjadi seperti itu pasti akan berakhir dengan adu jotos. Beberapa santri juga ikut terlibat sehingga membuat keadaan benar-benar kacau sekali. Itu pertama kalinya dalam pesantren ada kekacauan sebesar itu.
Hayi tentu tak tinggal diam, justru gadis itu ikut bergabung di antara banyak laki-laki yang kini sedang adu jotos. semuanya berteriak histeris ketakutan melihat aksi itu apalagi di tengah-tengah mereka ada Hayi yang mana Hayi sendiri seorang wanita. Tapi, bagi Hayi hal seperti sudah biasa. saat ia masih di Jakarta, hampir 80% hidupnya berada di jalan, dan ketika di hadapkan dengan kondisi seperti itu tentu saja itu sudah biasa baginya.
"Astagfirullah, Hayi!!!! tolongin dong siapa aja, itu Hayi ikut berantem, yaallah bagaimana ini." teriak Hilya dengan histeris begitupun teman-temannya yang lain.
Hayi bergerak dengan lincahnya menghindari dan membalas setiap pukulan dan tendangan yang mereka layangkan. ia tidak pernah mempelajari teknik bela diri apapun, semua itu murni tergerak atas pikirannya sendiri.
"Hayi mundur!!" teriak Gus Altair.
"Polisi, polisi mana? cepat telepon polisi!!" teriak Kyai Ilham.
"Akhh sialan Lo Renaldi!!!" maki Hayi ketika ia terkenal pukulan di pipinya.
"Gue udah bilang baik-baik tapi Lo nggak mau, jadi terpaksa gue pake cara ini." kata Renaldi .
Hayi berhasil memegang tangan Renaldi memelintirnya ke belakang membuat pria itu meraung kesakitan. Beberapa anggotanya pun juga bermaksud membantu, tapi saat itu juga ia menendang ketiga pria tadi sekaligus dengan Renaldi yang di jadikan sebagai injakan.
"Gus!!!" teriak Hayi membuat Gus Altair sepertinya paham.
Hayi melompat dan tubuhnya langsung di pegang oleh Gus Altair kemudian ia melakukan tendangan pada beberapa anggota geng tadi yang membuat mereka semua langsung tersungkur. Bertepatan dengan itu sirine polisi terdengar yang membuat semua anggota geng motor itu berlari dan pergi dari sana dan sekitar 5 orang berhasil di amankan oleh polisi.
"Bukannya sudah saya bilang mundur, kenapa kamu tetap keras kepala!!" kata Gus Altair dengan memarahi Hayi
"Ayo obati dulu lukanya." kata nyai Harsyi dengan menarik tangan Hayi.
"Saya baik-baik saja nyai." kata Hayi.
"Baik-baik saja bagaimana, dengan luka seperti ini kamu masih bilang baik-baik aja?" kata Nyai Harsyi.
Kini mereka pun pergi ke Ndalem, sementara Gus Altair dan kyai Ilham memberikan keterangan pada polisi terkait kekacauan tadi.
"Anak gadis itu tidak boleh berantem kaya tadi. Itu berbahaya, jangan di ulangi lagi." kata nyai Harsyi menasehati Hayi.
"iya, nyai. Maaf karena saya pesantren menjadi kacau seperti ini. " kata Hayi.
"bukan salah kamu. jangan terlalu di pikirkan. Kyai dan Gus Altair sedang mengatasinya. Mereka tidak akan kembali ke sini lagi." kata nyai Harsyi.
Kini setelah selesai di obati, Hayi pun kembali ke asrama dan di sambut oleh semua teman-temannya. Mereka memeluk Hayi dengan khawatirnya, apalagi melihat Hayi dalam aksi tadi.
"Akhh ahhh sakit, meluknya biasa aja lah." kata Hayi.
"Kamu keren banget tadi, ay." kata Aisyah yang membuat Hilya memukulnya.
"Kenapa kamu mukulin saya, Hilya. Kan bener yang saya bilang." kata Aisyah.
"Tenang aja, gue udah biasa dalam kondisi kaya gini sebelum disini. Kalian inget kan siapa gue hahaha."
"Tetap saja ay, kami khawatir sama kamu."
"Iya iya udah gue nggak papa, santai."