Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Rencana Menjebak Bryan & Maudy
Ada gejolak di dada Kirana saat mengetahui fakta bahwa perhiasan yang dibeli oleh Bryan berharga fantastis itu ternyata sangat mirip dengan perhiasan yang diposting Maudy beberapa hari lalu.
Apakah ini artinya kalau wanita lain yang mulai mengganggu ketentraman rumah tangganya adalah Maudy, sahabatnya sendiri?
Kirana memejamkan mata, mencoba meredam emosi yang seketika bergejolak di hatinya, hingga membuat dadanya terasa sesak.
Ingatannya terbuka soal tanda merah di lengan Bryan yang diklaim suaminya karena terbentur meja. Malam itu Bryan izin pergi meninggalkannya dengan alasan bisnis dengan Andrew.
Hari itu, bukankah Maudy juga ada di Jakarta? Kirana teringat kalau Maudy tidak ikut dengan Maya ke bandara dengan alasan ada urusan yang mesti diselesaikan dan mengharuskannya menginap satu malam di Jakarta. Ternyata alasan Maudy bermalam di Jakarta karena ingin bercinta dengan Bryan.
Jika ditarik benang merah dari apa yang terjadi, mulai dari Maudy yang tak terbuka soal asmara dan pria yang dekat dengannya. Tanda merah yang mirip dengan kiss mark di lengan Bryan, kebohongan soal bisnis dengan Andrew dan kemiripan perhiasan yang dibeli Bryan dengan perhiasan yang diposting Maudy, sepertinya tak terbantahkan kalau wanita yang menjadi selingkuhan suaminya itu adalah Maudy. Apalagi dalam caption Maudy di postingannya itu menjelaskan kalau perhiasan itu adalah pemberian bukan membeli sendiri.
"Astaghfirullahal adzim ..." Kirana mengusap kasar wajahnya. Kenyataan tentang perselingkuhan Bryan saja tak sempat terpikirkan di benaknya, apalagi ketika ia tahu jika wanita lain yang membuat Bryan berkhianat adalah salah seorang sahabatnya sendiri. Rasanya seperti tert!kam sampai ke ulu hati.
Ddrrtt ddrrtt
Getaran di ponsel Kirana terdengar. Dia melirik ponselnya, ternyata Sandra melakukan panggilan telepon ke ponselnya.
"Halo, San ..." Suara Kirana terdengar bergetar, menahan gejolak di hatinya.
"Astaga, Na. Sumpah, aku nggak nyangka banget kalau itu benar Maudy." Sandra pun sepemikiran dengan Kirana setelah melihat persamaan perhiasan yang dibeli Bryan dan yang dimiliki Maudy.
"Aku juga nggak sangka, San." Kirana berkata lirih.
"Pantas saja selama ini dia menutupinya, ternyata dia berhubungan dengan suami orang, suami sahabatnya sendiri. Kalau Maya tahu, habis tuh Maudy kena amuk," kata Sandra membayangkan reaksi Maya jika mengetahui perselingkuhan Bryan dengan Maudy.
"Jangan kasih tahu Maya dulu, San! Aku nggak mau gegabah soal itu." Kirana tidak ingin terburu-buru bertindak. Dia harus berkonsultasi lebih dulu dengan tim penyelidik yang membantunya.
"Kamu nggak mau melabrak Maudy, Na?" tanya Sandra menanggapi sikap Kirana yang seperti tenang menghadapi perselingkuhan Bryan dengan Maudy.
"Aku ingin bukti dengan memergoki mereka langsung saat mereka sedang bersama, supaya mereka nggak bisa mengelak kalau mereka memang selingkuh." Kirana harus bisa meredam emosinya agar perselingkuhan suaminya dapat terungkap secepatnya padahal dalam hatinya meledak-ledak.
"Oke, Na. Aku dukung apa pun keputusan kamu. Kamu yang sabar ya, Na! Aku dan Maya pasti akan ada untuk kamu." Tak ada yang dapat dilakukan oleh Sandra selain memberi dukungan moral pada Kirana yang sedang ditimpa badai dalam rumah tangganya.
***
Kirana memarkirkan mobilnya di pekarangan kantor Rizal. Dia sudah membuat janji bertemu dengan Grace di kantor jasa penyidik swasta itu sepulang dari kantor, karena ia ingin menceritakan kecurigaannya terhadap Maudy.
Tak banyak karyawan yang masih tersisa di kantor itu, karena Kirana baru sampai di tempat Rizal jam lima sore, sehingga sebagian karyawan Rizal sudah tidak ada di tempat.
"Selamat sore, Pak Vito." Ketika sampai di lantai atas, Kirana menyapa Vito yang baru keluar dari ruangan kerjanya.
"Sore, Bu Kirana. Bu Grace sudah menunggu di dalam." Vito melangkah ke ruangan Rizal untuk memberitahu soal kedatangan Kirana.
Tok tok tok
"Ibu Kirana sudah sampai, Bu." Vito membuka pintu ruangan Rizal dan menyampaikan kedatangan Kirana pada Grace yang sedang berbincang ringan dengan Rizal dan Kenzie di sofa.
"Oh, suruh masuk saja, Vit!" sahut Grace.
"Silakan, Bu." Setelah mempersilakan Grace masuk ruangan Rizal, Vito meninggalkan ruang kerja bosnya itu.
"Sore, Pak Rizal, Bu Grace." Kirana menyapa sambil melangkah masuk.
"Sore, Bu Kirana."
"Silakan duduk, Mbak."
Rizal dan Grace membalas Kirana secara bergantian.
Kirana duduk di seberang Rizal dan Grace yang duduk berdampingan dengan Kenzie.
"Berapa tahun usia baby-nya?" Kirana berbasa-basi menanyakan usia Kenzie.
"Empat belas bulan, Mbak," jawab Grace.
"Lagi lucu-lucunya ya, dedek. Siapa namanya adek ganteng?" tanya Kirana kembali.
"Namanya adek Kenzie, Tante," sahut Grace menyerahkan putranya kepada Rizal.
Grace lalu bangkit mengambil sebuah paper bag dari brand perhiasan yang dibeli Bryan. Dia lalu mengeluarkan isi dari paper bag itu. Sebuah kotak perhiasan berwarna merah. Dia lalu membuka perhiasan dalam kotak dan menunjukkannya pada Kirana.
Kirana menahan nafasnya sesaat ketika melihat wujud nyata perhiasan yang sama dengan perhiasan milik Maudy. Perhiasan itu sangat indah, setara dengan harganya. Tapi, bagaimana Grace bisa membawa perhiasan itu? Bukankah perhiasan itu sangat mahal? Itu membuat Kirana bertanya-tanya.
"Saya beli perhiasan ini, siapa tahu bisa digunakan dalam penyelidikan nanti," ucap Grace dengan enteng.
Kirana terkesiap mendengar Grace mengatakan membeli perhiasan itu. Apakah itu akan dibebankan pada fee yang harus ia bayar untuk jasa penyelidikkan kasusnya? Kirana seketika gusar.
"Mbak nggak perlu khawatir, nanti akan saya jual lagi jika sudah nggak diperlukan dalam penyelidikan ini. Perihal biaya pembelian dan kerugian saat dijual nanti, Mbak tenang saja, biar saya yang tanggung," sambung Grace, sepertinya Grace menyadari kegelisahan Kirana.
"Istri saya terlalu bersemangat ingin melakukan penyelidikan ini, dia memutuskan membeli perhiasan itu tanpa komunikasi dulu dengan saya," tutur Rizal dengan terkekeh. Dia sangat paham bagaimana karakter Grace, apalagi Grace mengatakan uang yang dipakai adalah uang yang diterima dari laba perusahaan papa Grace di Jerman, yang notabene adalah uang pribadi Grace.
Agak sedikit kaget Grace mendengar cerita Rizal, padahal harga perhiasan itu cukup mahal, tapi Rizal dan Grace tak terbebani dengan nominal itu.
"Oh ya, apa Mbak sudah punya petunjuk soal perhiasan itu?" Grace kembali ke topik pembicaraan mereka.
"Iya, saya sedikit menemukan petunjuk, Mbak. Sepertinya saya sudah mendapat gambaran soal wanita yang menjadi selingkuhan suami saya." Kirana lalu mengambil ponselnya. Dia membuka aplikasi In5tagram dan mencari akun milik Maudy. Dia mencari postingan Maudy tentang perhiasan beberapa waktu lalu dan menunjukkannya pada Grace juga Rizal.
"Dia sahabat saya, Maudy namanya. Kami empat bersahabat dan hanya dia yang belum menikah. Dia selalu menyembunyikan hubungan asmara selama ini dari kami bertiga. Pada saat suami saya keluar dan mengaku melakukan bisnis dengan kakaknya, malam itu Maudy ada di Jakarta, kemungkinan malam itu mereka berjumpa, karena keesokan paginya saya melihat tanda merah di lengan suami saya itu." Terlalu menyakitkan bagi Kirana setiap kali menceritakan perselingkuhan Bryan.
"Maudy ada di Jakarta? Memangnya selama ini dia tinggal di mana?" tanya Grace.
"Di Surabaya, Mbak. Kebetulan hari itu saya dan teman-teman saya mengadakan pertemuan rutin tiap beberapa bulan sekali sejak lulus kuliah. Dua teman saya tinggal di luar jakarta termasuk Maudy yang sekarang ini menetap di Surabaya." Kirana memaparkan tentang hubungan dengan teman-teman kuliahnya dahulu.
"Surabaya? Bukankah suami Bu Kirana akan menghadiri acara gathering di Surabaya beberapa hari ke depan?" Rizal teringat rencana kantor Bryan yang akan mengadakan gathering di salah satu hotel di Surabaya.
"Wah, jangan-jangan itu dijadikan kesempatan mereka untuk bersama. "Bukan bermaksud memprovokasi, tapi Grace mencurigai jika event itu akan dijadikan ajang pertemuan Bryan dan Maudy kembali. "Pih, kayaknya kita mesti ikut ke Surabaya deh, untuk melakukan penyelidikan di sana." Sepertinya isi kepala Grace sudah dipenuhi rencana untuk menjebak Bryan dan Maudy.
*
*
Bersambung ....
dijamin aman dari Bryan
kayanya biarpun Bryan mengemis2 minta balikan
Kirana bakalan ogah2han
selingkuh itu penyakit yah
tat udah di maafkan di kasih kesempatan ke 2 malah di belakang selingkuh lagi,,
ogah lah balikan lagi sama laki² kayak Bryan.jangan jadikan anak² sebagai alasan .mereka akan baik² saja .
ayo na pergi bawa anak2 ke tempat yg gk bryan tau,,,,
Semua sudah jelas Bryan.
Jangan persulit kalau Kirana minta cerai