Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Ke Panti Asuhan
Setelah melaporkan kecelakaan yang dialami Ayanna, keluarga kembali mendapat barang bukti berupa dompet yang ditemukan oleh salah satu warga. CCTV jalanan pun sedang ditelusuri untuk mennggali kejadian semalam.
"Aku juga sudah menugaskan orang-orangku untuk mencari Aya, aku yakin dia masih hidup, dan kamu juga harus percaya itu!" ucap Aneeq pada adik bungsunya. Dia tahu upayanya mungkin tak membuat Fierce dan Yuna lekas tenang, namun setidaknya mereka berusaha untuk mencari tahu keberadaan Ayanna sekarang.
Fierce menghela nafas panjang, bahkan rasanya dia tak bisa menelan apapun sebelum mengetahui kabar tentang putrinya.
"Aku berharap juga begitu, Kak, semoga saja dia baik-baik saja di luar sana," balas Fierce, rasa kecewa dan marahnya berganti dengan rasa cemas yang tak berujung. Apalagi istrinya jadi menangis terus.
Di tengah pembicaraan itu tiba-tiba Refal mengetuk pintu, Fierce langsung mengangkat pandangan dan menyuruh sosok yang ada di luar sana untuk masuk ke ruang kerjanya.
"Masuklah!"
Pria yang usianya masih kepala tiga itu akhirnya menghadap sang majikan. Dia sudah berencana untuk resign dengan hendak menyerahkan kunci mobil yang selama ini dia kemudikan untuk mengantar Ayanna maupun Athea.
"Tuan, maafkan saya karena membuat Anda merasa terbebani di saat-saat seperti ini," ucap Refal yang membuat Fierce mengernyitkan dahinya. Dia belum mengerti kemana arah pembicaraan supirnya itu.
"Ada apa, Ref?" tanya pria dengan sorot mata tajam itu.
Refal meneguk ludahnya sebelum bicara, lalu meletakkan kunci mobil di atas meja kerja Fierce sambil berkata. "Saya berencana untuk mengundurkan diri."
Kabar itu tentu mengejutkan Fierce, karena sangat tiba-tiba sekali.
"Mengundurkan diri? Ada apa, Refal? Apa karena Ayanna sudah tidak ada di sini lagi lantas kamu merasa pekerjaanmu selesai?" tanya Fierce, dan Aneeq pun ikut mengernyitkan dahinya.
"Tidak, Tuan, bukan seperti itu—tapi Ibu saya sakit, tidak ada yang mengurusnya di kampung, sementara istri saya pun mengasuh anak kami yang masih kecil-kecil. Saya terpaksa harus pulang," jelas Refal mencari alasan. Padahal dia hanya ingin memakai uang Ayanna tanpa takut ketahuan.
"Kenapa tidak ibumu yang dibawa kesini? Biar nanti aku bantu pengobatannya," balas Fierce, sudah sebaik itu pada keluarga Refal, karena mengingat pria itu sudah 10 tahun bekerja dengannya.
"Ibu saya tidak mau meninggalkan rumah peninggalan ayah, Tuan," jawab Refal, yang akhirnya membuat Fierce tak bisa memaksakan kehendak.
Mau tak mau Fierce pun menyetujui pengunduran diri Refal. Setelah berpamitan pria itu langsung keluar karena berencana pulang ke kampung hari ini, sementara Aneeq malah berkata.
"Kamu tidak curiga padanya?"
*
*
*
Semalam Ayanna dan Dallie bergadang, bahkan sampai pukul empat pagi mereka masih saling bergantian menggendong bayi yang belum diberi nama itu. Alhasil saat ini keduanya terkapar, tak peduli meski matahari sudah mulai naik ke singgasananya. Apalagi saat itu sang bayi akhirnya tertidur pulas.
Jarum jam menunjuk ke angka 11, Ayanna yang kegerahan akhirnya menggeliat dan mengerjapkan kedua matanya. Dia melirik ke ke samping dimana Dallie masih mendengkur halus, begitu juga dengan bayi yang ditemukannya.
"Panas sekali, perutku juga lapar," ucap Ayanna dengan suara serak khas bangun tidur. Karena tak ada makanan sedikitpun, dia hanya menenggak sisa air di dalam botol, lalu beranjak ke kamar mandi.
Kamar mandi yang ada di lantai bawah ada dua, satu terisi sementara yang satu kosong, untuk itu Ayanna langsung masuk, tanpa tahu jika dirinya sudah menyerobot antrian.
"Ck, siapa sih! Dari tadi aku udah nunggu, giliran temenku kelar malah ada yang masuk!" cetus seorang wanita di luar sana, Ayanna bisa mendengar tapi dia malah cuek bebek.
"Siapa suruh lama," cetus Ayanna.
Sedari tadi dia melirik kesana kemari, belum apa-apa dia sudah takut ada yang mengintip atau ada binatang melata. Di samping itu dia juga jadi teringat kamar mandinya yang ada di rumah, sungguh jika dibandingkan maka akan sangat berbeda.
"Nggak ada shower, nggak ada bathtub, ternyata begini kehidupan di pelosok Jakarta. Mengerikan juga ya," gumam Ayanna, rasanya enggan untuk membuka baju, jadi dia langsung saja membasahi tubuhnya dengan air yang ada di ember menggunakan gayung berbentuk love.
Selesai mandi Ayanna langsung memakai handuk milik Dallie yang digantung di depan kamar. Dia sempat berpapasan dengan seorang wanita yang terus menatapnya tajam dan bersungut.
"Ada apa dengannya?" gumam Ayanna terheran-heran.
Saat Ayanna masuk, Dallie masih belum bangun. Sontak dia pun membuka lemari pemuda itu tanpa izin, selain mengambil baju dia juga meraih sebuah kartu identitas milik Dallie sebagai mahasiswa di salah satu universitas.
"Dia benar-benar berkuliah—dan ternyata dia lebih muda dariku," gumam Ayanna sambil mengeringkan rambutnya.
Namun, detik selanjutnya dia kejutkan oleh Dallie yang tiba-tiba menggeliat, disusul sang bayi yang ikut mengerjapkan kelopak matanya. Ayanna buru-buru menyimpan apa yang dia pegang, lalu menyadarkan Dallie bahwa waktu mereka sudah terbuang banyak.
"Kapan kita akan pergi ke panti asuhan?"
Dallie langsung terduduk sambil mengucek matanya. Terpaksa hari ini dia tak masuk kuliah, karena masih harus mengurusi bayi yang kini sedang tersenyum, membuat dia dan Ayanna merasa takjub.
"Kenapa kamu senyum-senyum? Senang ya mau berpisah dengan kami?" celetuk Dallie yang membuat hati kecil Ayanna sedikit tersentil.
Setelah itu dia langsung mencari informasi panti asuhan terdekat. Lalu mengajak Ayanna untuk pergi ke sana, supaya bayi tersebut bisa segera mendapat pengasuhan yang layak.
"Kamu yakin akan menitipkan bayi ini di sini?" tanya Ayanna setelah mereka berdiri di depan gerbang panti asuhan Kasih Bunda.
"Yakinlah, menurutmu?" seru Dallie bersungut, lalu memimpin langkah untuk masuk ke dalam sana.
Keduanya disambut dengan baik oleh Ibu Rima—yang merupakan ibu panti. Lalu salah satunya diminta untuk menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat tersebut.
Dallie dan Ayanna sempat beradu pandang. Kemudian Dallie yang angkat bicara, menceritakan awal ditemukannya bayi sampai dia bertemu dengan Ayanna yang berujung cekcok.
"Jadi ini bukan anak kalian?" tanya Bu Rima menunjuk sang bayi yang masih digendong oleh Dallie.
Keduanya kompak menggeleng.
"Sumpah, Bu, kami berdua hanya menemukannya," jawab Dallie dengan wajah serius untuk meyakinkan Ibu Rima, sementara Ayanna memilih diam.
Ibu Rima tersenyum, tapi entah kenapa hatinya belum bisa percaya. Mengingat pergaulan di zaman sekarang sangat menyeramkan.
"Jika memang bayi ini kalian temukan, seharusnya tindakan yang kalian lakukan pertama kali itu melapor pada polisi, bukan langsung ke Panti seperti ini. Tapi karena sudah terlanjur, dan kalian juga bukan orang tua dari bayi ini, nanti biar saya yang bantu mengurusnya. Kalian hanya perlu menandatangani berkas, dan ingat—setelah ini kalian tidak berhak atas apapun pada bayi yang kalian serahkan pada pihak panti," jelas Ibu Rima yang tiba-tiba membuat Dallie dan Ayanna tercenung.
Dallie menatap bayi yang ada dalam gendongannya itu, dia sangat tenang. Tapi Dallie meyakinkan diri dengan mengangguk, karena tak ingin mendapat masalah baru lagi.
Dia pun menyerahkan bayi itu kepada Ibu Rima, dan detik itu juga sebuah tangisan memilukan langsung menggema ke seisi ruangan. Hati kecil Dallie dan Ayanna sama-sama terenyuh dibuatnya, apalagi mengingat memori semalam saat mereka sama-sama kebingungan, tapi akhirnya tersenyum lega saat berhasil menidurkan bayi tersebut.
tuh anthea panik,dallie sdh gedor2 pintu.
sapa tau Kamu kenal...
klo trnyata gak kenal...
ya kenalan lah..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Main" kok sama keluarga Tan....
Salah nyari lawan kamu...😏😏😏😏
Dallie pulang noh...bukain pintu...
Masa Athea yg bukain pintu,,runyam urusannya nanti....🙄🙄🙄🙄🙄
Refal Refall...kepercayaan itu seperti kertas, sekali di Rematt dia tak akan kembali sempurna lagi. Kamu di butakan sama Uang 100 jeti , sampai kamu menghianati sebuah kepercayaan yang selama ini keluarga Tan berikan padamu...kebaikan kamu balas dengan penghianatan...Sadissss