NovelToon NovelToon
In The Shadow Of Goodbye

In The Shadow Of Goodbye

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Nikah Kontrak / Cerai / Angst
Popularitas:542
Nilai: 5
Nama Author: Cataleya Chrisantary

Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiba sang pengganggu

12

              Pagi ini Salma telah bangun lebih dahulu. Ia sudah menyiapkan bekal makanan untuk ia bawa ke kantornya. Sekaligus menyiapkan sarapan untuk mama Nanda. Salma bersiap-siap terburu-buru karena ia sedikit kesiangan.

              Tadi malam Salma membereskan kamar Rafa lagi terutama di bagian lemari. Salma membereskan lemari baju Rafa agar ia bisa memasukan baju miliknya.

“Salma, kok udah siap aja jam segini?” kata mama Nanda.

“Iya, mah aku agak telat ini suka kejebak macet.”

“Kamu bangun jam berapa kata bik Sari kamu udah bikin sarapan juga buat mama.”

“Iya mah tadi aku bangun jam lima pagi. Mah, aku pamit yah aku beneran kesiangan.” Lalu Salma belari sembari menenteng heels beserta tas dan tempat makannya.

              Saat makan siang, Kalani menggoda lagi Salma. Karena hari ini Salma tidak mau diajak untuk pergi ke keluar. Mereka berdua makan di pantry. Salma jujur saja menghindari bertemu dengan Rendra.

              Karena ternyata Rendra bekerja di gedung yang jaraknya cukup dekat dengan gedung tempat Salma bekerja. Alasan Salma tidak ingin bertemu karena ia benar-benar tidak siap untuk melihat lagi Rendra.

“Udah lo move on aja,” kata Kalani. “Toh elo udah punya Rafa.”

“Gak bisa sih, Kal. Gue gak bisa move on. Cinta gue itu udah habis di Rendra,” Salma menjawab sambil menatap Kalani.

“Iya gue ngerti tapi. Saat ini elo udah jadi istri laki-laki lain loh, Sal.”

              Salma lalu menghela nafasnya. Fakta yang dibeberakan oleh Kalani memang benar. Tapi Salma tidak mau menyerah begitu saja. Salma tidak ingin menyerah lalu move on dari Rendra.

              Mereka putus bukan karena Rendra melakukan kesalahan besar yang tidak bisa dimaafkan. Salma terjebak, dan itu adalah alasan Salma memutuskan Rendra.

              Namun, tidak Salma sadari adalah apakah Rendra mau menerimanya lagi setelah Salma nanti bercerai dari Rafa. Dan ada satu hal yang mereka tidak notice adalah, bagaimana jika mama Nanda belum meninggal pada saat usia pernikahan mereka menginjak satu tahun?

“Kal, please jangan bikin gue pusing deh, ah,” Salma memegang kepalanya.

“Yee, kan gue tanya aja. Gimana kalau misalkan dalam waktu satu tahun mertua elo belum meninggal. Terus pas denger kalian mau cerai lah malah kena serangan jantung?”

              Salma berpikir keras tentang ucapan Kalani tadi sampai ia tidak sadar jika telah memasuki area khusus karyawan dari sebuah supermarket.

“Mbak, maaf mbak gak boleh masuk ke sini,” tegur salah seorang karyawan. Namun si karyawan teersebut sadar jika Salma memang sedang melamun.

“Oh, ya, loh. Saya dimana?”

“Mbak masuk ke area gudang supermarket. Mbak kalau ada masalah minum kopi bukan belanja ya mbak,” kata karyawan itu.

              Lalu Salma akhirnya keluar lagi sambil mendorong keranjang belanjaan. Sore ini setelah pulang dari kantor Salma berbelanja kebutuhannya selama ia berada di rumah. Ia memakai uang pribadinya tidak meminta pada Rafa, tidak juga meminta pada mbak Vania karena tanggung juga sudah hampir mendekati akhir bulan.

              Salma berbelanja cukup banyak. Ada sekitar tiga kantong kresek besar yang baru saja Salma turunkan dari mobilnya.

“Kamu belanja, Sal?” tanya mama Nanda.

“Iya, mah. Buat persediaan kita juga.”

“Kamu udah minta uangnya ke Vania kan?”

“Nggak, mah. udah nggak apa-apa lagian aku gak enak mintanya mah.”

“Ya sudah, nanti biar mama aja yah yang bilangin ke Vania biar nanti uang bulanan mama yang dari Rafa di kasih ke kamu.”

              Satu hari, dua hari, satu minggu pertama tidak ada yang mengganjal dari rumah ini. Salma betah berada disini. Hidup bertiga dengan Mama Nanda, bik Sari yang mengurus segala keperluan mama Nanda.

              Namun di hari minggu ini tiba-tiba saja Vania datang mebawa koper ke rumah. Salma melongo heran melihat kedatangan keluarga Vania ke rumah.

“Ini disini dulu sementara,” Kata Vania tiba-tiba.

“Loh, kok tiba-tiba,” kata mama Nanda.

“Iya, mah. Rumah mau di renov jadi ya dari pada kita ngontrak dulu rumah mending ke sini aja dulu.”

              Salma hanya bisa tersenyum saja seolah-olah menyambut namun hatinya saat ini sungguh ingin berteriak kencang. Ia kesal karena bisa-bisanya Vania merenovasi rumah ketika Salma sudah ada di rumah ini. Mau protes tapi ini tetap rumah miliki Vania juga.

              Pada sore harinya, Vania terlihat sedang memasak di dapur. Sementara Salma sedang mengerjakan pekerjaan dadakan dari atasannya untuk proyek minggu depan.

              Begitu Salma keluar, Vania dan kedua anaknya serta suaminya telah selesai makan. dan yang membuat Salma kesal adalah. Tidak ada sisa makanan untuknya. Bahkan nasi pun tidak ada semuanya habis. Tersisa hanya makanan untuk mama Nanda yang tidak mungkin Salma makan makanan tersebut.

“Maaf, tadi mbak masaknya dikit. Soalnya di kulkas bahan makanan juga mau pada habis. Kamu beli aja yah dari luar. Itu masih ada telur sih empat tapi buat sarapan anak-anak besok pagi.”

Salma menganggukan kepalanya. “Sial!” katanya dalam hati “Padahal itu bahan makanan gue yang beli kenapa tiba-tiba aja dateng bisa sok menguasai rumah.”

“Sal, mbak titip cuci piring yah, ini anak-anak mbak tadi ngerengek pengen di bacain buku cerita.”

              Lagi-lagi Salma menganggukan kepalanya. Perempuan itu lalu melihat cucian piring tidak banyak sih sebenarnya tapi cukup membuat darah Salma meninggi. Setelah Salma mencucui piring, Salma pikir ia akan mengambil snack yang ia beli sambil menunggu kurir pengantar makan dateng.

              Namun, Salma harus kebamli mengelus dada karena makanan ringan yang ia beli sudah tidak ada di tempatnya.

“Tadi diambil anak-anak, Sal. Biar nanti saya gantiin yah pas udah gajian,” kata Effendi yang baru saja turun dan hendak mengambil air minum.

“Oh, iya nggak apa-apa, gak usah di ganti.”

              Salma membuka lemari pendingin dan minuman probiotik yang bisa diminum anak-anak ataupun dewasa juga lenyap dari lemari pendingin. Jus kemasan yang Salma beli tinggal sedikit lagi.

“Di habisin semua ya, bu,” kata bik Sari.

“Bi... jangan ngagetin napa sih.”

“Hehehe, maaf bu. Tadi juga pas ibu lagi kerja bu Vania nyuruh bibi bersihin kamar. Tapi bibi bilang kalau bibi disini bukan buat ngurus rumah tapi ngurus ibu.”

“Pokoknya kalau mereka nyuruh-nyuruh hal diluar dari tugas jangan mau yah udah biarin aja.”

              Besok paginya keadaan rumah sangat rusuh sekali. Biasanya nampak tenang sekarang ada dua orang anak kembar yang sedang berlari-lari di rumah. Salma kali ini tidak membawa bekal karena ia sendiri sudah tidak kebagian bahan makanan karena di habiskna oleh Vania.

“Sal, nanti jangan lupa beli bahan makanan yah. Ini kulkas kok pada kosong gini sih. Kamu ngasih makan mama apa?”

              Salma mengagguk patuh lalu pergi. Namun ketika sampai di mobil Salma memukul-mukul stir mobilnya kesal. Ia juga berteriak sambil bernyanyi lagu rock. Apapun Salma lakukan untuk mengeluarkan segala emosi dan kekesalan dalam hatinya agar tidak menumpuk.

              Siangnya Salma makan siang bersama Kalani. Kali ini mereka makan di luar dan Salma lagi-lagi curhat masalah kedatangan Vania ke rumah.

“Sampe elo gak dapet makan. Terus itu telor yang padahal milik elo di masak sama mereka.”

“Hmmm, makannya hari  ini gue gak makan sarapan. Terus tadi gue sarapan punya elo ya karena gak ada makanan. Mana bisa-bisa nya lagi si Vania bilang belanja dulu yah,” kata Salma sambil memajukan bibirnya meniru ucapan Vania.

“Sal-“ suara seseorang menginterupsi mereka berdua. Dan rupanya itu Rendra. “Gue pengen ngomong sesuatu sama elo, bisa?” kata Rendra sedikit memohon pada Salma.

“Ya udah duduk.”

“Gak disini, Sal. Nanti ke apartemen gue yah. Gue tunggu.”

              Lalu Rendra pergi meninggalkan Salma. Entah mau berbicara apa yang pasti Salma akan pergi ke sana. Salma melihat punggung tegap Rendra sekarang mendadak membungkuk bak nyawanya yang telah hilang.

“Lo beneran mau dateng?” tanya Kalani.

“Gak tau, tapi kayaknya pasti dateng sih.”

“Mau di temenin gak?”

“Gak usah, Kal.”

Kalani lalu menyuap makanan ke dalam mulutnya. “Lo gak curiga tiba-tiba aja si Rendra mau ngomong terus pake segala macem harus dateng ke apartemennya. Lo gak curiga si Rendra mau balas dendam atau apa gitu sama elo?”

“Nggak,” jawab Salma dengan masih menatap punggung Rendra yang telah keluar dari dalam caffe. “Gue percaya sama Rendra. Gue percaya dia gak akan ngelakuin apapun ke gue. Dia masih sayang sama gue kek gue masih sayang sama dia.”

Bersambung

Kira-kira Rendra mau ngomong apa yah? mana pake segala macem harus ke apartemen dia lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!