Arash, seorang pemuda biasa dari bumi yang berpindah ke Planet Pluto, tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi bagian dari pasukan militer. Namun, keadaan membuatnya harus memutuskan itu.
Setelah mengambil keputusan itu segalanya tampak berubah tiba-tiba sebuah sistem misterius aktif dalam pikirannya!
[Ding! Sistem penghargaan militer tertinggi diaktifkan!]
Sejak saat itu, Arash bukan lagi prajurit biasa. Dengan bakat SSS yang langka, ia memiliki potensi yang melampaui semua manusia.
Satu hari latihannya setara dengan sepuluh hari orang lain, dan keterampilannya berkembang dengan kecepatan luar biasa.
Namun, tantangan di Pluto jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Di planet ini, umat manusia berperang melawan monster ganas yang terus berevolusi dan mengancam kepunahan seluruh umat manusia.
Para pejuang umat manusia terus bertempur tanpa henti demi bertahan hidup.
Saat peperangan besar semakin dekat, Arash menyadari bahwa musuh terbesar bukan hanya mon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Para peserta mulai gelisah, beberapa dari mereka tampak bersemangat, yang lain tegang menghadapi kehadiran sosok seberpengaruh itu.
Di sudut lain, Suga tiba-tiba menegang.
Matanya membelalak saat melihat seseorang di antara perwira yang berdiri dua langkah dari Jenderal Lu.
Pamannya!
Detik itu juga, semangat bertarungnya melonjak.
Jika ia bisa mengalahkan tim Matahari Bulan dan menonjol di babak final, pamannya mungkin akan merekomendasikannya ke Jenderal Lu.
Sementara itu, Arash memalingkan wajahnya, matanya tanpa sadar tertuju pada dua rekan setim wanitanya—Ning dan Xin.
Ia melihat ketenangan di wajah Ning. Tak ada tanda keterkejutan sedikit pun, seolah kehadiran seorang jenderal hanyalah angin lalu baginya.
Sebaliknya, Xin tampak berbeda. Gadis itu memandang Jenderal Lu dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, seperti seseorang yang sedang mengingat sesuatu.
Arash menyipitkan matanya.
"Ning pernah mengatakan bahwa ayahnya seorang jenderal..."
Seketika, kemungkinan itu terlintas di benaknya. "Jangan-jangan, Jenderal Lu adalah ayahnya?"
Jika benar, itu menjelaskan sikap tenangnya. Tapi mengapa Xin juga tampak mengenali pria itu?
Di atas panggung, kapten Zha mengalihkan perhatiannya kembali ke Jenderal Lu. Dengan suara tegas, ia bertanya, "Jenderal Lu, apakah kompetisi bisa dilanjutkan?"
Jenderal Lu hanya mengangguk, senyum tipis terukir di wajah tegasnya.
Kapten Zha menarik napas dalam dan mengumumkan dengan suara lantang, "Babak final kompetisi rekrutmen dimulai!"
"Pertarungan pertama: Pasukan Pisau Besar melawan Pasukan Hutan Gunung untuk memperebutkan posisi keempat!"
Sorak-sorai bergemuruh saat kedua tim melangkah ke tengah arena.
Pasukan Pisau Besar dikenal dengan persenjataan khas mereka—pedang lebar yang membuat lawan gemetar. Kapten mereka, Lin San, adalah seorang pengintai berbakat yang mengembangkan formasi pertarungan unik. Begitu mereka mulai bertarung, pergerakan mereka tampak seperti satu kesatuan yang solid.
Mereka bertarung dengan ritme yang mengerikan. Tebasan pisau besar berkelebat, nyaris tak memberi kesempatan bagi lawan untuk menyerang balik.
Dan akhirnya...
Tim Hutan Gunung tumbang!
Sorak-sorai kembali pecah di antara penonton. Tim Pisau Besar tidak hanya menang, tetapi mereka melakukannya dengan gaya yang mengesankan.
Dari atas panggung, Kapten Zha mengangguk puas. "Lin San, formasi pedangmu sangat bagus. Teruslah asah keterampilanmu. Mungkin suatu hari nanti, strategi ini akan diterapkan di pasukan kita."
Lin San tersenyum bangga, meskipun di dalam hatinya, ia tahu pujian terbaik bukan berasal dari instruktur utama, tetapi dari Jenderal Lu. Ia melirik pria itu dengan harapan...
Namun, Jenderal Lu hanya menatapnya sekilas sebelum kembali memperhatikan arena dengan ekspresi datar.
Kemenangan mereka tampaknya belum cukup menarik perhatiannya.
Tim Pisau Besar kembali ke pinggir lapangan, mengunyah batang energi untuk mengisi ulang stamina. Mereka tak punya banyak waktu untuk bersantai karena lawan mereka berikutnya adalah Tim Xiaoqi, tim peringkat ketiga.
Tak lama kemudian, kapten Li Xiaoqi maju ke tengah arena dengan senyum percaya diri.
Tanpa banyak bicara, pertarungan dimulai.
Tapi kali ini, hasilnya jauh lebih cepat.
Dengan koordinasi sempurna dan teknik bertarung yang matang, Tim Xiaoqi menghabisi Tim Pisau Besar dengan mudah.
Mereka menunjukkan perbedaan kelas yang mencolok, seakan-akan kemenangan sebelumnya hanya ilusi belaka bagi Lin San dan timnya.
Ketika pertarungan berakhir, Lin San menghela napas kecewa. Ia ingin membuktikan sesuatu di hadapan Jenderal Lu, tetapi timnya masih belum cukup kuat.
Dari sisi lain arena, Li Xiaoqi tersenyum tipis dan menatap Kapten Zha.
"Instruktur, kami siap untuk pertandingan berikutnya melawan Tim Tampan. Tak perlu istirahat."
Kapten Zha melirik tim Xiaoqi, yang tampaknya masih segar setelah pertarungan singkat tadi. Ia tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, langsung ke babak berikutnya!"