Wanita adalah makhluk paling rumit di dunia. Sangking rumitnya, pikiran, bahkan perkataannya bisa berubah seiring waktu.
Pada ulang tahun pernikahan pertama, Sandra melontarkan candaan ringan, mengatakan bila tak kunjung memiliki anak akan meminta Bastian menikah lagi.
Bastian tak menanggapi candaan Sandra sama sekali, hingga pada akhirnya di tahun ke sepuluh pernikahan. Hal yang tak diinginkan Sandra lantas terjadi. Ternyata, secara diam-diam Bastian menikah siri dengan sekretaris pribadinya bernama Laura dan sekarang tengah berbadan dua.
Apa yang akan dilakukan Sandra? Apa dia akan pergi atau memilih bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Aku Mencintaimu, San!
Saat mendengar balasan, darah Bastian semakin mendidih. Lelaki itu pandang Sandra dengan sangat tajam sekarang.
"Bukankah sudah kukatakan kemarin, kita tidak bisa bercerai! Kalau pun kita cerai, apa kau bisa membayar hutang-hutang Papamu itu!"
Yang dilihat malah tetap duduk dengan tenang di kursi sambil bersedekap di dada. Sandra pun tengah mencari cara untuk membayar hutang-hutang papanya. Memikirkan hal itu, kepala Sandra rasanya mau pecah sekarang. Entah seberapa banyak hutang papanya, Sandra akan bertemu Agung nanti, ketika suasana hatinya sudah membaik. Untuk sekarang dia harus menjalankan strateginya.
"Aku tetap mau bercerai, akan kupikirkan hutang-hutang Papaku."
Bastian membuang napas kasar sejenak."Kau tidak akan bisa membayar hutang-hutang Papamu dan aku tidak mau bercerai darimu, aku mencintaimu San," katanya, nada Bastian tidak meninggi lagi seperti tadi.
Jika di tanya, bagaimana perasaan Bastian kepada Sandra. Bastian masih mencintai Sandra. Begitu pula dengan Laura. Kedua wanita itu memiliki ruang tersendiri di hati Bastian.
Sandra enggan menyahut, malah mengalihkan mata ke sudut ruangan tanpa menampilkan ekspresi sama sekali.
"Kau ini kenapa sih? Mengapa kau berubah sekarang. Aku ini lelah San, lihatlah gara-gara ulahmu Laura jadi stres dan bayiku bisa saja ikut stres juga," tambah Bastian kembali.
"Dia kira istrinya nggak stres apa lihat suaminya malah bela perempuan lain. Cih, dasar laki-laki pengecut!" Sandra tak kunjung bersuara. Nana lah yang memberi komentar. Sejak tadi wanita berkacamata itu mendengarkan apa yang disampaikan Bastian. Tentu saja Nana ikutan kesal.
Mendengar hal itu, Bastian cepat-cepat melirik dingin Nana.
"Berani kau denganku!" seru Bastian, tiba-tiba mendekati Nana dengan tangan terkepal erat.
Nana takut? Jelas tidak. Ingat, Nana suka keributan. Dia malah menggulung lengan kemejanya ke atas sejenak, hendak bersiap-siap memukul Bastian. Dulu, Nana sangat menghormati Bastian sebagai suami Sandra, tapi sekarang beda cerita, Bastian telah membuat hati orang yang paling dia segani jadi terluka.
"Tentu saja aku berani! Bapak mau pukul saya? Ayo kita duel! Kita duel di sini sekarang!" Tantang Nana sambil melototkan mata. Nana mengepalkan kedua tangannya hendak menyerang.
Bastian makin naik pitam. Urat-urat di lengannya mulai muncul ke permukaan kulit sekarang. Hawa di sekitar pun mendadak panas. Baik Nana dan Bastian suasana hatinya dalam keadaan sangat buruk.
"Ayo!" Bastian menantang balik Nana sambil mengangkat dagunya dengan sangat angkuh. Namun, sebelum perkelahian terjadi, Sandra cepat-cepat beranjak dari kursi lalu menghampiri Bastian dan Nana, yang saat ini masih memandang tajam satu sama lain.
"Sudah, hentikan!" Sandra langsung berdiri di antara Bastian dan Nana. Dia dorong sedikit dada Bastian hingga kaki lelaki itu mundur ke belakang sesaat.
"Nana, keluar sekarang, aku harus bicara empat mata dengan Bastian,"titah Sandra kemudian.
Begitu perintah dikeluarkan. Tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, Nana melengoskan muka. Tak lupa, sebelum memutar badan, dia tatap Bastian lebih tajam dari sebelumnya.
Setelah Nana keluar dari ruangan. Bastian mulai mengalihkan pandangan ke arah Sandra.
"Anak buahmu benar-benar keterlaluan, apa kau tidak pernah mendisplinkan Nana?!" seru Bastian. Ketegangan masih terasa di sekitar.
"Nana tidak keterlaluan, kau yang membuat dia kesal, tidak ada asap kalau tidak api, lagi pula apa yang dikatakan Nana ada benarnya juga, kau pikir hanya Laura saja yang stres, aku juga stres. Sudahlah, aku malas berdebat, aku mau ke kamarku."
"Aku belum selesai, iya, iya aku yang salah. Aku akan lebih perhatian lagi dengan kalian. Jangan keluar dulu, ada yang ingin aku bicarakan."
"Katakanlah." Sandra menghela napas berat sejenak. Berduaan dengan Bastian membuat suasana hatinya semakin buruk.
"San, jangan bercerai ya. Untuk saat ini terimalah Laura jadimu, aku tahu kau belum menerima bisa Laura kan? Terimalah Laura. Dia wanita yang sangat baik dan mau menjadi madumu, tidak semua wanita mau menjadi madu, kalau dia melahirkan, kau akan mendapatkan anak lagi. Anak di dalam perutnya adalah darah dagingku, ayolah, terimalah Laura dan urungkan niatmu untuk menjadi CEO. Biarkan berjalan seperti biasa saja," tutur Bastian.
"Hm, aku sudah menerima Laura jadi maduku dan tujuanku untuk jadi CEO baik kok, agar kau tidak kelelahan berkerja. Aku juga mau mempersiapkan Laura untuk menjadi bagian di dalam perusahaanku. Jadi, apa yang kau risaukan? Seharusnya kau senang kami berkerjasama."
Sandra tidak menanggapi perkataan Bastian yang di awal. Dia tetap akan bercerai bagaimana pun caranya. Meski sekarang harus berpura-pura menerima Laura dan menahan sakit jika suatu saat nanti kedua manusia tak tahu diri itu bermesraan di hadapannya.
Sebenarnya Sandra ingin memberitahu pada semua orang bahwa Bastian berselingkuh. Namun, akan ada banyak dampak negatif yang terjadi terhadap perusahaan Kerta Crop bila mendengar desas-desus tak bagus dari Bastian. Bukti harus kuat! Bukan hanya sekadar ucapan. Bastian memiliki kekuasaan dan pasti mempunyai banyak alibi jika perselingkuhan tersebut dia bongkar nantinya. Sandra harus lebih berhati-hati lagi.
Bastian tergugu. Ada benarnya juga yang dikatakan Sandra. Namun, tetap saja perasaan tak nyaman mulai menjalar di relung hatinya.
"Papa! Mama!" Belum sempat Bastian memberi tanggapan. Dari depan, tiba-tiba pintu terbuka lebar. Memperlihatkan seorang bocah berumur 8 tahun berjalan cepat sambil melempar senyum pada Sandra.
Aldo adalah anak angkat Sandra dan Bastian. Memiliki genetik berbeda dari kebanyakan anak kecil. Aldo menderita penyakit down syndrome. Sewaktu kecil dia dibuang orang tuanya karena orang tuanya malu memiliki anak seperti Aldo.
Melihat kedatangan Aldo, Sandra mengulum senyum. Berbeda dengan Bastian, tak berniat sedikit pun menoleh ke belakang. Lelaki itu sedang mencari cara di dalam otak agar Sandra mengurungkan niatnya untuk menjadi CEO.
"Papa, Papa ma—in sa—ma Aldo yuk!" Aldo langsung mendekati Bastian sambil berkata dengan tergagap-gagap. Bocah itu mendongakkan kepala sambil memukul pelan kaki Bastian.
"Nanti dulu Aldo, Papa ada urusan, keluar dari sini sekarang!" Bastian tak sengaja menghempas kuat tangan Aldo hingga bocah itu terduduk di lantai. Detik itu pula, tangis Aldo langsung pecah. Bastian tampak terkejut, baru sadar dengan sikapnya barusan.
Sandra pun membelalakkan mata. Dengan cepat menggendong Aldo kemudian membawa bocah itu ke dalam pelukannya. Sandra usap-usap pelan punggung Aldo sambil melototkan mata pada Bastian sekarang.
"Kau benar-benar keterlaluan Bas! Ke mana Bastian yang aku kenal? Pokoknya aku tidak mau tahu, turuti permintaanku, jika tidak aku akan membuat citramu buruk!" Ancam Sandra lalu bergegas keluar dan membawa Aldo ke kamar.
Bastian memejamkan matanya sejenak lalu memijit kepalanya yang terasa mulai sakit sekarang.
***
Beberapa minggu kemudian. Apa yang diinginkan Sandra akhirnya terwujud. Ego lelaki itu sangatlah tinggi, Bastian tidak mau citranya di depan publik tercoreng, dan Sandra memanfaatkan kelemahan Bastian. Dengan terpaksa Bastian menyakinkan para investor agar mau menerima Sandra menjadi CEO baru.
Di sinilah Sandra sekarang, duduk di kursi kebesaran dengan meja baru, kursi baru, sofa baru, lemari baru dan pernak-pernik serba baru. Tiga hari sebelumnya Sandra menyuruh orang untuk mengganti semua perabotan di kantor. Sandra tak mau menggunakan bekas Bastian, yang siapa tahu saja ada jejak-jejak percintaan Bastian dan Laura di ruangan.
"Lama sekali Laura ya Bu. Apa dia biasa terlambat? Dia tahu kan kalau Ibu nggak suka orang yang lambat?" Berjarak beberapa meter Nana tiba-tiba berkomentar. Sedari tadi dia berdiri di depan Sandra sambil memegang i-pad, menunggu kedatangan Laura.
Sandra mengedikkan bahu sejenak. "Kita tunggu saja sebentar."
Nana mengangguk cepat lalu mendengus kesal. Dia juga tak sabaran ingin bertemu Laura secara langsung.
Beberapa menit kemudian. Dengan tergesa-gesa Laura tiba-tiba masuk ke ruangan. Di depan ambang pintu, wanita itu tersenyum tipis pada Sandra.
Sandra dan Nana serempak menoleh ke arah Laura sekilas. Di mana wanita berambut pendek sebahu itu tengah sibuk menutup pintu kantor sekarang.
"Akhirnya datang juga wanita gatal ini," kata Nana pelan, sambil melempar senyum penuh arti pada Sandra.
madu yg km hadirkn itu pilihanmu bastian....
terima aja klo sandra mundur dri pda brtahan dgnmu.... laki2 g ada otak... hobi selingkuh...
wlopun kau kaya raya..... tpi bukan segalanya....
jgan nyesel y bastian dgn kpergian sandra dri hidupmu.... krna ketidaksetianmu dan jga keegoisanmu.....
mna ada km cinta dgn sandra tpi mmpu mnyakitinya trlalu dlm.... yg ada km itu suami kejam sprti pph sandra.... sama biadabnya sperti binatang.....
selamat bastian sbntar lgi yg km katakn mncintai laura akn trbukti.... mmpukah laura yg km cintai mngisi posisi sandra saat sandra mnjadi mantanmu...
haruskah mnunggu puluhan tahun lgi sandra untuk lepas dri smua pndritaannya??