Steven Permana adalah seorang CEO yang mempunyai seorang anak yang bernama Grace,.
Grace ini gadis cantik yang tidak diharapkan oleh ibu kandung nya hingga dirinya emosi dan menyebabkan Grace tidak bisa bicara dan pendengaran nya sedikit terganggu.
Kemana pun Steven pergi Grace selalu di bawa nya, hingga dalam pertemuan bisnis nya Steven bertemu dengan seorang wanita yang pandai bahasa isyarat hingga Steven menyetujui kerja sama itu.
Mau tahu kisah selanjut nya.
Kuy intip karya ku yang kesekian kali nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengunjungi Kantor Pak Hendrik
Sebelum pulang ke rumah, Steven mampir dulu ke kantor nya pak Hendrik untuk menemui Rara atas permintaan ibu nya.
"Pak kita ke kantor xxxx dulu." ucap Steven kepada sopir nya.
"Baik tuan." pak Rahmat melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang.
Lalu lalang kendaraan di jam pulang kerja membuat jalanan sedikit macet, hingga membuat perjalanan Steven ke kantor nya pak Hendrik sedikit terlambat.
Mobil Steven mulai memasuki pelataran parkir perusahaan pak Hendrik.
"Tuan bukan kah itu pak Hendrik? Tapi seperti nya beliau sudah mau pulang." ucap pak Rahmat yang memang mengenali sebagian rekan kerja Steven.
"Iya benar pak." Steven keluar dari mobil nya dan menghampiri pak Hendrik yang baru saja mau masuk ke dalam mobil nya.
"Selamat sore pak Hendrik, sudah mau pulang ya." sapa Steven dengan sopan.
Pak Hendrik yang mau masuk ke dalam mobil membalikan tubuh nya kembali, dan betapa kaget nya pak Hendrik, di depan nya ada sosok pebisnis no satu ada di hadapan nya.
"Pak Steven? ini suatu kehormatan bagi saya sudah di kunjungi pak Steven." pak Hendrik merasa bahagia karena Steven orang yang sangat sulit untuk di temui kini datang sendiri ke perusahaan nya.
Steven dan pak Hendrik saling berjabat tangan, senyuman dari bibir pak Hendrik terus mengembang saking dirinya bahagia dengan kedatangan Steven ke kantor nya.
"Mari kita masuk pak." ajak pak Hendrik, pak Hendrik tidak mau membuat Steven kecewa dengan membiarkan dirinya di luar.
"Tapi bapak sudah mau pulang, saya jadi ngga enak sudah mengganggu jadwal pulang bapak." Steven merasa ngga enak dengan pak Hendrik, tapi mau bagaimana lagi dirinya lagi butuh Raya untuk saat ini.
"Tidak apa-apa pak, lagian kapan lagi saya bisa berbincang dengan bapak di kantor saya." pak Hendrik rela mengorbankan jadwal pulang nya karena menurut nya kapan lagi bisa berbincang seperti saat ini dengan orang yang super sibuk dan sangat di segani ini.
Pak Hendrik dan Steven berjalan memasuki kantor, terlihat di dalam kantor sudah mulai sepi karena memang para karyawan sebagian sudah pada pulang.
"Silahkan masuk pak." Steven masuk sambil melihat isi ruangan pak Hendrik.
Pak Hendrik menekan bel khusus buat para OB di kala dirinya sedang menerima tamu, dengan jantung yang berdebar pak Hendrik menekan bel nya karena takut kalau semua OB sudah pada pulang.
Untung masih ada OB yang masih di dalam ruangan yang sedang siap-siap untuk pulang.
Steven kini duduk berhadapan, tapi Steven bingung haru memulai nya dari mana.
"Saya sangat tersanjung dengan kedatangan bapak di kantor saya, berkat kerja sama yang telah kita sepakati, kini perusahaan saya sedikit ada kemajuan, dan saya berharap kita akan terus bekerja sama ke depan nya." pak Hendrik memulai pembicaraan nya.
"Permisi pak." sebelum Steven menjawab ucapan dari pak Hendrik, ada seseorang yang mengetuk pintu.
"Masuk." teriak pak Hendrik, betapa senang nya hati pak Hendrik ketika melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan nya.
"Permisi pak, maaf mengganggu," ucap seorang wanita dengan memakai seragam OB dengan dua gelas air putih di tangan nya.
"Untung masih ada dia, aku sangat berterima kasih sama kamu." bathin pak Hendrik sambil tersenyum, sungguh dirinya merasa tertolong dengan penjamuan ini, walaupun cuma air putih yang di hidangkan tapi pak Hendrik bahagia karena dengan ini Steven akan merasa sangat di hargai di kantor nya.
"Silahkan di minum pak, maaf cuma air putih, soalnya saya ngga tahu dengan minuman kesukaan anda." ucap wanita itu dengan sopan sambil menata minuman di atas meja.
"Tidak apa-apa, terima kasih." Steven merasa kalau pekerja pak Hendrik sigap dalam pekerjaan nya.
"Kalau masih ada yang di perlukan hubungi saya saja pak, permisi." wanita itu kembali ke ruangan pantry dan mengurungkan niat nya untuk pulang karena bos nya masih menerima tamu dan takut masih ada yang dibutuhkan oleh mereka.
"Pekerja nya sigap, saya suka dengan jamuan ini, apa memang OB dua puluh empat jam kerja nya?" Steven penasaran karena ini sudah jam pulang tapi masih ada OB yang melayani nya.
"Tidak pak, jam kerja semua nya sama dari jam delapan pagi sampai jam lima sore, mungkin dia masih beres-beres dan melihat saya kedatangan bapak jadi dia melayani kita dulu, karena memang OB yang barusan adalah OB yang paling rajin di sini." Pak Hendrik menjelaskan dan Steven cuma mengangguk kan kepala nya.
"Terus sekertaris bapak sudah pulang? Kok saya tidak melihat nya."
"Sudah pak, karena memang kan sudah jadwal nya untuk pulang, tapi Raya itu sekertaris terbaik saya, selain dia rajin, dia juga pintar, Raya selalu memenangkan tender di kala kita sedang main saham, tapi maaf untuk sekarang mungkin Raya tidak menjamu bapak karena memang ini jam pulang nya para karyawan termasuk Rara." pak Hendrik merasa ngga enak dan merasa jantung nya kembali berdetak kencang, dirinya takut Steven mempermasalahkan Raya yang sudah pulang, tapi mau bagaimana lagi ini semua juga bukan kesalahan peraturan perusahaan nya, tapi Steven lah yang sudah salah jam berkunjung ke kantor nya.
"Sayang sekali, padahal saya datang kesini hanya untuk bertemu dengan dia." ucapan Steven membuat pak Hendrik melongo.
"Maksud bapak?" tanya pak Hendrik dengan wajah penasaran nya.
"Jadi begini pak, sewaktu kita melakukan kerja sama waktu itu, anak saya ternyata sudah nyaman dengan Raya, bahkan kemarin mereka sempat bertemu di mall dan Grace sampai tertidur dalam pelukan nya, sekarang Grace demam dan Grace selalu memanggil-manggil Raya, tadi nya saya mau meminta Raya untuk menemui Grace walaupun hanya sebentar." Steven mengungkapkan tujuan dirinya datang ke kantor pak Hendrik
Betapa lega nya hati pak Hendrik setelah mendengar semua maksud dan tujuan Steven datang ke kantor nya.
"Kalau begitu bapak bisa menemui Raya di kontrak kan nya.." pak Hendrik mencatat alamat kontrakan Raya beserta no ponsel nya lalu memberikan nya kepada Steven.
"Itu no ponsel nya sekalian saya catat barangkali suatu saat bapak membutuhkan nya di kala Grace ingin bertemu dengan Raya."
Steven mengambil dan membaca nya sekilas. "Terima kasih pak, kalau begitu saya permisi." Steven memasukan alamat yang di berikan pak Hendrik ke saku jas nya lalu menenggak air yang di hidangkan oleh OB pak Hendrik.
Pak Hendrik merasa lega karena kedatangan Steven hanya untuk menemui Raya sekertaris nya.
Setelah mencari-cari, akhir nya rumah Raya ketemu, tapi Steven melihat Raya yang sedang berpelukan dengan seorang pria membuat Steven mengurungkan niat nya untuk turun dan menemui Raya.