Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Dan Terjadi lagi
Setelah sampai di depan gedung PT Angkasa Jaya ,Viona turun dari mobil. Dia berjalan masuk ke gedung perusahaan milik keluarga sang suami. Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya pun menyapa dengan sopan. Mereka jelas mengenal Viona kalau dia adalah istri dari direktur utama PT Angkasa Jaya ,karena beberapa kali Bara mengajaknya ke kantor.
Viona lalu naik ke lantai sepuluh menggunakan lift menuju ruang kerja Bara. Dengan menenteng paperbag berisi cake kesukaan sang suami dia berjalan menuju ruang kerja suaminya setelah keluar dari lift.
Viona berharap setelah dia memberikan cake yang dia beli beberapa waktu lalu Bara tidak akan marah lagi padanya.
Sampai di depan ruang kerja Bara, Viona pun berhenti sambil melihat ke meja sekertaris Bara. Tapi meja itu nampak kosong.
"Ke mana Karin..? Kenapa dia tidak ada di mejanya...? Apa dia sedang ada di toilet...?" gumam Viona.
Kemudian Viona memegang handle pintu ruang kerja Bara dan akan membuka pintu tersebut. Belum sempat dia memutar gagang pintu tersebut tiba- tiba dari belakang ada yang mencegahnya.
"Kakak mau ngapain...?"
Viona pun terlonjak kaget dan langsung menghadap ke sumber suara.
"Bri..Brian..." ucap Viona .
" Apa yang Kak Viona lakukan di sini...?" tanya Brian sambil menatap Viona dengan tatapan dingin.
"A..aku mau ketemu dengan kakakmu..." jawab Viona terlihat canggung melihat Brian.
Entah kenapa tiba- tiba dia kembali teringat kejadian tadi malam di mana dia dan Bara berciuman di depan kamar mandi mertuanya.
"Kak Bara tidak ada di ruangannya..." ucap Brian dengan dingin.
"Ke.. ke mana dia...?" tanya Viona.
"Rapat...'' jawab Brian.
"Rapat di mana ...? Kenapa kamu nggak ikut rapat...?"tanya Viona.
"Aku ada kerjaan yang lain..." jawab Brian.
"Apa Karin juga ikut rapat...?" tanya Viona.
"Iya, Karin selalu bersama dengan kak Bara..." jawab Brian.
"Oh, ya udah kalau gitu biar aku tunggu di ruangan mas Bara saja..." ucap Viona sambil memegang handle pintu hendak membuka puntu tersebut. Tapi lagi- lagi Brian menahannya dengan menarik tangan Viona.
"Pintunya dikunci..." ucap Brian.
"Dikunci..? Kenapa dikunci...? Biasanya mas Bara tidak pernah mengunci pintu ruang kerjanya jika dia hanya pergi rapat...." tanya Viona penasaran. Karena sebelum- sebelumya Bara memang tidak pernah mengunci pintu ruang kerja sehingga Viona bisa datang kapan saja dan menunggu di dalam jika Bara sedang rapat.
"Iya tapi sekarang dikunci. Ayolah kak Viona ke ruanganku saja..." sahut Brian sambil menarik tangan kakak iparnya.
"Eh, Brian... Apa yang kamu lakukan, aku mau bertemu dengan mas Bara...'' ucap Viona sambil terus berjalan di samping Brian karena dia terus menarik tangannya.
Sampai di depan ruang kerjanya, Brian membuka pintu dan membawa Viona masuk lalu Brian menutup pintu.
"Brian, kenapa kau membawaku ke sini..?" Viona terlihat kesal.
"Kan aku sudah bilang, kalau Kak Bara sedang rapat..." jawab Brian dengan cuek.Viona pun berdecak kesal.
Melihat sang kakak ipar yang terlihat kesal padanya Brian pun tersenyum tipis. Brian terus menatap Viona hingga kakak iparnya itu terlihat salah tingkah.
"Bri..Brian... " ucap Viona.
"Hem..." sahut Brian terus menatap lekat mata Viona.
"Ke...kejadian ke..kemarin malam harusnya tidak terjadi Brian. I..itu salah..." ucap Viona sambil menatap wajah Brian.
"Kejadian yang mana..?" tanya Brian pura- pura lupa.
Viona kembali bersecak kesal.
"Brian , kamu jangan bercanda deh. Apa yang sudah kita lakukan itu kesalahan besar. Bagaimana kalau sampai ada yang melihatnya dan melaporkannya pada mas Bara. Itu bisa menjadi masalah besar Brian..." ucap Viona.
"Oh, jadi kak Viona lagi membahas tentang kak Viona yang mencium bibirku...?" tanya Brian sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kok aku sih..? Kamu yang duluan menciumku ...'' sahut Viona tidak terima dengan ucapan Brian.
"Iya memang aku yang lebih dulu mencium kakak, tapi lama- kelamaan Kakak membalas ciumanku dan menikmatinya juga kan...?" tanya Brian sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Viona.
"Ih Brian... Kenapa kamu menyebalkan seperti itu..? Aku tidak menikmatinya kok, itu semua karena tidak disengaja..." jawab Viona yang kesal bercampur dengan malu terhadap Brian.
"Yakin kak Viona tidak menikmatinya..? Hem..?" tanya Brian sambil mendekat ke arah Viona.
"Kamu ini apa- apaan sih Brian, awas jangan mendekatiku..." ucap Viona sambil mendorong dada Brian dengan kedua tangannya. Tapi Brian langsung meraih kedua tangan Viona dan menariknya hingga tubuh Viona kini menempel dengan tubuhnya. Peper bag yang ada di tangan Viona pun terlepas dari tangannya dan terjatuh begitu saja.
Brian lalu menarik pinggang Viona hingga dia tidak dapat bergerak untuk melepaskan diri.
"Bri..Brian apa yang akan kamu lakukan...?'' tanya Viona mulai panik.
"Kakak tenang saja, aku hanya ingin memastikan saja kalau kak Viona tidak menikmati ciuman panas kita tadi malam..." ucap Brian terus menatap Viona sambil wajahnya bergerak mendekati wajah Viona.
Viona pun dibuat semakin panik.
"Ka..kau mau apa Brian...?" tanya Viona sambil menelan salivanya karena benar- benar canggung ditatap terus oleh Brian.
"To..tolong jangan seperti ini Brian, ini nggak be...mmpppmttt...." belum juga Viona menyelesaikan ucapannya Bara tiba- tiba menempelkan bibirnya ke bibir Viona.Jelas Viona kaget dengan aksi Bara. Ingin menolaknya tapi lagi- lagi Viona tak mampu melakukannya.
Ciuman yang diberikan Brian begitu hangat, lembut, dan penuh perasaan. Jantung Viona berdebar begitu cepat hingga rasanya bisa didengar. Bibir mereka saling bersentuhan dalam keheningan. Semua terasa begitu intens.
Menyadari kekeliruannya, Viona menarik diri perlahan dan langsung tertunduk malu. Tapi tak lama kemudian Brian menarik tengkuk Viona dan kembali menyatukan kembali bibirnya dengan bibir Viona. Dan kali ini ciuman mereka semakin dalam . Dan jantung Viona berdebar hebat seolah berusaha melompat keluar dari dada kala bibir Brian berpindah ke lehernya dan menjelajahi kulit leher viona yang mulus dengan sentuhan hangat yang membuat bulu kuduk Viona menggigil karena geli.
Bibir Brian terasa begitu lembut menyapu leher Viona. Hingga tanpa sadar Viona mendongak dan menggigit bibir bawahnya sendiri. Matanya terpejam seolah tubuhnya tak dapat menahan rasa manis yang ditawarkan oleh Brian.
Menyadari Viona yang begitu menikmati dengan apa yang dia lakukan, Brian pun melepaskan bibirnya dari leher Viona. Brian lalu menatap wajah Viona yang seperti menginginkan lebih dari pada itu.
Merasakan tidak ada pergerakan lagi di lehernya Viona pun membuka matanya. Tatapan matanya bertemu dengan mata Brian. Ada sedikit rasa kecewa di hati Viona karena Brian menghentikan aksinya. Dan Brian pun menyadari akan hal itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Brian lalu membopong tubuh Viona lalu membawanya ke sofa. Perlahan Brian membaringkan tubuh Viona di atas sana. Brian kembali menatap mata Viona yang sayu. Dan dia kembali menumpukkan bibirnya di atas bibir Viona dan kembali menyesapi bibirnya yang terasa begitu manis.
Tak terasa tubuh Brian sudah berada di tubuh Viona. Dengan perlahan Brian meremas dua benda kenyal milik Viona dengan gerakan lembut. Setelah itu Brian menenggelamkan wajahnya di antara kedua benda kenyal milik Viona yang sudah menyembul keluar karena kedua kancing baju yang sudah terlepas entah kapan.
Bibir Brian mulai bergerak menyesapi benda kenyal tersebut dengan lembut. Setiap sentuhan bibirnya membuat Viona merasakan gelombang rasa hangat yang menyebar ke seluruh tubuh.
Saat Brian menyesap bagian puncak benda kenyal itu dengan begitu kuat, Viona merasa seluruh dunia hanya miliknya, terjebak dalam moment yang tidak ingin dia akhiri. Rasanya begitu kuat seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Tanpa melepaskan bibirnya dari pucuk benda kenyal tersebut, satu tangan Brian menyelinap masuk ke bagian yang paling inti dari milik Viona. Dan di saat itulah kesadaran Viona kembali muncul ke permukaan.
"Cukup Brian.. Hentikan.." ucap Viona sambil mendorong kedua pundak Brian. Segala rasa kenikmatan yang mereka rasakan pun sirna seketika .
Viona segera bangun dan duduk sambil merapihkan kembali bajunya. Viona menangis menyesali perbuatan yang seharusnya tidak dia lakukan apa lagi bersama dengan adik iparnya sendiri. Brian pun terlihat frustrasi karena hasratnya sudah mencapai ubun- ubun tetapi harus terputus begitu saja.
Tapi Brain memaklumi apa yang dirasakan olah Viona.Kakak iparnya terlihat gugup, malu dan cemas. Iya tentu saja, dia pasti merasa bersalah pada sang suami atas apa yang telah dia lakukan bersama adik iparnya.
"Maafkan aku kak...'' hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Brian.
Viona hanya menangis sambil menggelengkan kepalanya.
"Ini salah Brian.. Ini salah, tak seharuskan kita melakukan semua ini. Aku sudah mengkhianati kakakmu Brian...." ucap Viona sambil terus meneteskan air matanya.
"Maafkan aku kak... Maafkan aku..." ucap Brian sambil memeluk Viona.
Bersambung...