Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Mulainya Perlawanan
Di perjalanan Jusy juga banyak bicara, tidak apa-apa jika limit berbicaranya semakin tipis, untuk bisa berkomunikasi dengan Zi hari ini, yang penting mereka merasa nyaman dan bahagia sebelum Zi, memulai harinya dengan penuh menegangkan.
"Yang mulia Putri? Jika kita di pertemuan kembali di lain waktu, Saya tidak mau berpisah dari Anda meskipun hanya sejengkal saja. Kecuali di waktu Anda pergi ke kamar mandi,atau istirahat tidur." Jusy, meletakkan Zi di pundaknya,dengan satu tangannya menjadi sandaran punggung,Zi. Sekaligus untuk menjadi penyangga tubuh Zi agar tidak terjatuh saat Jusy berjalan, ataupun melangkah dengan lebar.
Zi tertawa mendengar perkataan Jusy barusan. "Kemarin-kemarin kau kemana saja, Jusy? Kenapa sekarang baru tau seberapa menyakitkan rasanya hilang di saat terasa mulai nyaman." Perkataan Zi sebenarnya hanya sepele dan tidak terlalu berguna. Tapi itu adalah sebuah tamparan kebenaran bagi Jusy,yang memang tidak berpikir kesana dari hari pertama kali melayani,Zi.
Sekarang baru Jusy menyadari, bahwa kehadiran Zi membawa pengaruh positif luar biasa kepada penghuni istana kerajaan Aestherlyn. Mereka yang biasanya hidup monoton penuh kekakuan, kini menjadi lebih banyak bicara saat kedatangan,Zi. "Anda manusia terbaik dalam ribuan tahun ini, yang mulia Putri. Saya merasa bersalah pada diri sendiri, karena cukup abai terhadap Anda belakangan ini." Terdengar ada getaran halus di nada bicaranya, Jusy. Yang mengisyaratkan bahwa ia benar-benar tidak ingin jauh dari gadis kecil yang kini berada di pundaknya.
"Jangan bersedih, Jusy. Jika ada kehidupan lain yang bisa membawamu untuk menemuiku ke dunia manusia,maka carilah aku, meskipun kau tidak pernah tau dimana tempat tinggalku. Yang perlu kau ingat, rumahku terletak di pinggiran kota yang bernama Desilia,dan rumahku berbentuk persegi lima,dengan dua lantai. Hanya itu saja, tidak ada yang lebih spesial dari rumah itu. Hanya saja bentuknya yang unik dari rumah-rumah lainnya, menjadikan rumah persegi lima itu menjadi sedikit lebih mencolok dari yang lainnya. Kami juga memproduksi kue setiap hari. Mana tau kau menemukanku jika hal ini benar-benar bisa terjadi." Ucap Zi panjang lebar.
"Jangan menangis saat kau tau jika aku tidak berhasil dalam menyelesaikan masalah ini..Jusy." Zi, mengecup singkat pipi,Jusy. "Yang mulia Putri?" Jusy memegang pipinya yang di cium oleh Zi,dengan matanya yang memerah, karena merasakan sesuatu yang sudah sangat lama hilang dari kehidupannya. Di, berikan kecupan oleh orang yang dianggap sebagai temannya. "Itu, adalah hadiah terindah dariku, Jusy. Aku tidak tau kapan lagi bisa menciumi pipimu yang mulus dan wangi ini?" Ucap Zi. Ia, turun dari atas pundak Jusy atas bantuan perempuan kaku itu. Sudah waktunya Zi turun, karena mereka sudah sampai di ruangan,Graysen.
Zi, tersenyum menatap Jusy yang juga menatapnya dengan derai air mata. "Tetap semangat, Jusy! Kita akan bertemu di saat semuanya sudah kembali aman dan damai seperti semula." Zi, mengangkat tangannya membentuk kepalan semangat. Setelah itu, Zi benar-benar melangkah untuk menemui Graysen, pintu ruangan itu di tutup karena Graysen ingin dirinya berbicara dengan Zi empat mata.
"Graysen?" panggil Zi dengan suara lembut,kali ini Zi tidak akan berdebat lagi dengan pemuda balok kering itu. Zi, tidak ingin meninggalkan kesan yang membuat Graysen tidak menyukainya. Jadi sebisa mungkin Zi perlihatkan senyuman manis setiap kali mereka bertemu pandangan.
"Zi,Kamu sudah datang?" Graysen membalikkan tubuhnya menghadap ke arah,Zi. Pemuda itu sedikit sibuk dengan urusannya, jadi tidak terlalu mendengar adanya kedatangan seseorang ke dalam ruangannya.
"Kamu terlihat sangat sibuk." Zi,naik ke atas gendongan Graysen dan naik ke kursi yang bisa membuatnya sejajar dengan wajah Graysen.
"Tidak. Ini..aku hanya sedang membuatkan sesuatu untukmu." Jawab Graysen tersenyum tipis.
Zi, melihat ke arah luar,dan retakan itu semakin meluas dan melebar. Itu artinya Zi tidak bisa lagi bermain-main dan bersantai-santai. "Graysen? Aku harus melakukannya sekarang, sebelum terlambat. Aku harus bisa menghentikan yang mulia Ratu sebelum istana di kepung oleh para Iblis ,hingga semuanya penuh oleh energi Kegelapan." Zi, pandangi Graysen yang tidak berkedip menatapnya dari beberapa menit yang lalu.
"Ya. Gunakan kalung liontin kristal ini!" Graysen memberikannya ke atas telapak tangan,Zi. "Tapi,ini sedikit sulit untuk ku jangkau." Zi, tertawa kecil karena tidak bisa memasang kalung itu sendirian.
"Boleh aku bantu memasangnya?" Graysen, meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukannya tanpa persetujuan dari,Zi. Anak kecil itu mengangguk dengan singkat,"Ya, Graysen. Silahkan!" Setelah Zi memberikan izin kepada Graysen, barulah dia memasangkannya di leher,Zi.
"Berjanjilah padaku untuk kembali ke sini menemuiku,Zi. Aku percaya sepenuhnya padamu bahwa kau akan datang untuk mengatakan padaku bahwa kamu berhasil!" Graysen, memegang kedua tangan Zi kemudian mengelus dengan lembut. "Jantungku berdegup setiap kali berdekatan denganmu,tapi ini adalah degupan yang terlarang." Graysen tertawa kecil. "Jika aku selamat dari permasalahan ini,dan jiwamu kembali ke raga,maka aku akan mencarimu ke manapun kamu pergi. Tapi..jika aku gagal dan lenyap bersama kedamaian,maka aku akan merangkak untuk bangkit hanya untuk kembali bersamamu." Graysen, melepaskan kedua tangan Zi yang di genggamnya.
"Sudah waktunya,ayo!"
"Ayo."
Graysen menghilang dari ruangannya dan masuk ke dalam kediaman,Algeria. Namun, tubuhnya terpental oleh energi gelap. Sedangkan genggaman tangannya terlepas dari Zi, karena gadis kecil itu berhasil memasuki kediaman Algeria.
"Ziqiesa!! Zi?" Teriak Graysen saat mengetahui bahwa tangan Zi tidak lagi berada dalam genggamannya. Jusy,dan Judy, datang untuk membantu Graysen kembali berdiri.
"Yang mulia pangeran?" Judy, menyadarkan Graysen dari keterkejutannya. "Zi? Anak kecil itu berhasil memasuki kediaman Algeria yang di selimuti aura kegelapan." Lirih, Graysen dengan napas tersengal-sengal.
"Yang mulia Ratu? Maksud Anda,yang mulia pangeran?" Jusy, memastikan. Graysen, mengangguk singkat dengan wajah memerah,"ya. Dia akan memulai perjalanan yang menegangkan." Ucap Graysen, dengan dadanya yang naik turun karena hatinya terasa sesak.
Padahal Graysen berharap bisa membantu Zi dan berada di sampingnya sepanjang perjalanan yang mungkin akan membuat mereka lenyap dari kedamaian, ternyata takdir tidak berpihak padanya.
"Graysen?" Panggil Muchen tiba-tiba datang di hadapan Jusy, Judy, dan Graysen. "Ayah." Graysen masih memikirkan Zi jadi tidak begitu peduli dengan kehadiran Muchen.
" Kita bersiap-siap!" Ucap Muchen. Setelah berkata demikian Muchen langsung menghilang dari tempatnya berdiri.
Jusy,dan Judy. Membawa Graysen kembali ke kediamannya. Mereka menoleh sekilas ke arah perginya,Zi,dengan hati yang teramat sesak mereka segera menghilang.
Istana kerajaan Aestherlyn,di selimuti oleh aura kegelapan yang begitu kental. Tapi..belum ada iblis yang masuk satupun. Graysen, merasa merinding melihat kondisi sekitar istana. Matanya menatap kalung Zi yang kini berada dalam genggaman tangannya. Ini, adalah kalung pemberian kakek,dan neneknya Zi saat ia baru lahir ke dunia. Tadi sebelum benar-benar pergi Zi meminta Graysen untuk melepaskan kalungnya sebagai kenangan."Kalung ini akan bersamaku sampai kapanpun!" Gumam Graysen, menyimpan kalung itu dengan kekuatannya dan segera keluar dari ruangannya untuk melihat situasi di bagian kediaman penduduk istana kerajaan Aestherlyn.
Munchen, mencoba untuk menahan keretakan yang semakin meluas dan hampir mencapai ribuan meter. "Sudah terlanjur masuk." Lirihnya saat tidak mampu menahan keretakan yang semakin rusak.
"SEMUANYA! BERSIAPLAH SEKARANG! KELUAR DARI KEDIAMAN, UNTUK MENUJU GERBANG ISTANA!" suara Muchen terdengar ke seluruh penjuru Istana, kecuali ke dalam kediaman Algeria yang benar-benar terlihat bak malam yang semakin larut!