Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan
Jam di dinding sudah menunjukan pukul dua belas malam, tapi mas rio belum ada tanda tanda pulang kerumah. Ku kirim pesan tak dibalas, ku telpon tak diangkat.
Sebenarnya aku sudah sangat mengantuk, tapi entah kenapa mata ini tak bisa untuk dipejamkan.
Tiba tiba ku dengar deru suara mobil dari arah luar rumah, segera ku beranjak dari tempat tidur dan ku langkahkan kakiku mendekat melihat ke arah luar dari balik jendela. Ternyata mas rio yang datang, menaiki sebuah mobil keluaran terbaru. Berarti memang benar jika mobil itu adalah milik mas rio.
Untuk apa mas rio pulang kemari lagi? Bukannya dia lebih senang menghabiskan waktunya di rumah ibu mertua.
Gegas kulangkahkan kaki ku menuju kamar,
Aku hanya bisa tersenyum getir memikirkan semua ini.
Bodoh selama ini aku hanya sebagai istri penurut dan tak banyak maunya, aku patuh di beri nafkah satu juta untuk satu bulan. Sebelum bekerja aku selalu menutupi kekurangan dari uang belanja. Ya, aku mencukupinya dari uang tabungan ku yang diberikan oleh mama papaku.
Ceekkkllekk...
Kriieett..
Suara pintu yang sudah terbuka, Mas Rio melangkah masuk kedalam kamar. Sengaja memang aku tak menunggunya didepan seperti biasanya, hatiku sesak atas perilakunya hari ini padaku. Aku sangat kecewa atas sikapnya!
"Belum tidur Ra?". Tegurnya padaku
"Belum" jawabku acuh terkesan cuek
"Kamu kenapa sih ra, suami baru pulang bukannya di sambut dengan baik malah begini sikapmu!".
"Kenapa semakin kesini, sikapmu semakin berani ke padaku ha?". Ucap Mas Rio membentak, rahangnya mengeras. Matanya memerah menampilkan sorot tajam menatap ke arah ku.
"Karena kamu sudah tak bisa menghargai aku lagi mas, masalah mobil. Kenapa mas? Kenapa kamu tak berbicara padaku? Jika kamu ingin mengganti mobilmu ha, dan satu lagi, kalau kamu memang ingin bersenang senang bersama keluargamu. Silahkan mas, jangan fikirkan aku disini. Entah kamu anggap apa aku selama ini mas, suami macam apa kamu!". Ucapku tak kalah membentak nya
"Mereka semua itu keluargaku Ra, sudah sepatutnya aku menyenangkan mereka!
Kenapa kamu selalu saja membenci keluargaku ha? Pantas saja ibu dan mbak manda tak pernah menyukaimu, karena sifat dan sikapmu yang seperti ini!". Ucap Mas Rio masih sama dengan nada membentak
Aku hanya mampu mengelus dada, seraya tersenyum getir. Entah apalagi yang harus ku katakan pada Mas Rio untuk mengerti diriku.
Jika memang dia lebih senang dan bahagia bersama keluarganya, kenapa dia harus menikah? Kenapa dia tak melajang saja? Agar bebas bersama keluarganya, dan berbakti ke pada ibunya.
Langsung saja ku balikkan badan, ku tarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku. Seketika air mata tak bisa ku bendung lagi, setes air mata jatuh tak tertahankan.
Menandakan bahwa diriku yang sedang terluka, bukan terluka fisik. Tapi hati yang terluka, sangat teriris perih tapi tak terlihat.
Pagi pagi sekali seperti biasa Mas Rio berangkat pergi tuk bekerja, tak ada percakapan antara kami.
Mas rio berubah, semenjak bekerja di perusahaan besar. Rumah tanggaku seakan di uji oleh keluarganya sendiri, banyak hal hal yang di tutupi olehnya.
Hari sudah menunjukan pukul tujuh malam, tapi Mas Rio belum kembali kerumah.
Ku lihat beberapa kali ponselku tapi tak ada satupun pesan dari Mas Rio, apa sebegitu tidak pentingnya kah aku di hidupnya?
Ku scrool ponsel ini, ku lihat status Whatsapp yang menyita perhatianku, status whatsaap dari Mas Rio. Tumben sekali Mas Rio mengupload sebuah status, setahuku suamiku ini bukanlah tipe orang yang suka memposting segala sesuatu.
Mas Rio memposting sebuah foto makan malam bersama teman teman kantornya, divisi keuangan. Ya aku tahu, karena aku hafal karyawan divisi tersebut.
Makan bersama di sebuah restaurant yang cukup terkenal, reastaurant ini tak jauh dari kantor.
Menu makanan mereka terlihat sangat enak, tapi bukan itu yang menyita perhatianku.
Mataku tertuju pada sebuah foto wanita tampak menghadap ke belakang, tak menampakkan wajahnya. ku lihat lihat dia seperti mawar, ku perhatikan dengan jeli foto ini. Memang postur tubuhnya seperti mawar.
Apa benar itu mawar?
Jika benar, kenapa dia ada di acara itu?
Dia bukan karyawan divisi itu, apa Mas Rio yang mengajaknya?
Ada hubungan apa mereka?
Atau hanya sebuah kebetulan, orang mirip dengan mawar.
Lagi lagi, banyak pertanyaan timbul di dalam benakku. Tak lupa ku screenshoot layar ponselku, akan ku pastikan apa benar ini mawar.
Tuuttt..
Tuuutt..
Ttutttt..
Ku coba menghubungi Mas Rio, tapi tak di angkatnya. Mas Rio seolah olah mengabaikanku, Tak pernah menggap aku Seorang istri.
Tak terasa aku pun terlelap tidur, mungkin karena diri ini lelah dengan kehidupanku yang terjadi belakangan ini.
Kecewa? Tentu aku sangatlah kecewa.
Tapi bagaimanapun aku menjelaskannya,Mas Rio tak pernah mengerti perasaanku.
Terkadang, aku rindu masa masa dulu. Saat Mas Rio masih menyayangiku, mengerti aku, bahkan memperhatikanku sekecil apapun.
Sikapnya itu yang akhirnya aku mau menerima Mas Rio menjadi bagian dalam hidupku.
Teringat kenangan saat kuliah bersama, bercanda ria, tertawa bersama, membicarakan suatu hal yang tidak penting, kekonyolan kekonyolan yang di buatnya untukku tertawa. Aku merindukan setiap momen tersebut, tapi saat menikah mengapa Mas Rio berubah?
**Dikediaman Bu Ningsih
Saat tiba di rumah setelah berbelanja pakaian dan sebuah cincin di mall mevvah, Bu Ningsih dengan sengaja keluar untuk memamerkan kepada para tetangga didepan rumahnya yang sedang berkumpul di teras Bu Rt.
"Duhh, kok cuaca hari ini panas sekali ya". Ucap Bu Ningsih sembari mengibas ngibaskan tangannya, sengaja memamerkan cincin dengan batu yang besar berwarna merah benderang"
Tampak diseberang sana ibu ibu yang tadinya berkumpul nampak sedang berbisik bisik, seraya melihat ke arah Bu Ningsih.
"Duh Bu Ningsih, Cincin baru ya. Permatanya gede banget. Bisa segede gaban gitu ya". Ucap Bu Lastri, Rumah Bu Lastri hanya terhalang tiga rumah saja dari rumah Bu Ningsih.
"Yaiya dong ibu ibu, cincin ini mahal. Bu ibu mana sanggup membelinya". Ujar Bu Ningsih memamerkan cincinnya.
Para tetangga hanya mencebikkan bibirnya, mendengar perkataan Bu Ningsih. Banyak para tetangga yang tak menyukai sifat Bu Ningsih yang memang sombong dan suka pamer.
"Lihat tu si Ningsih, gaya nya sok sok an banget. Baru juga punya cincin begitu udah gayanya selangit, melebihi artis Nagita Slavina yang memang sultan tuh". Ujar bu titin tak suka
"Memang begitu kan sifatnya si Ningsih bu ibu, udahlah kita maklumi aja. Emang agak kurang se ons dia hahaha". Ujar Bu Lastri terkekeh.
Semua orang pun, ikut tertawa mendengar perkataan Bu Lastri tadi. Akhirnya mereka meneruskan kegiatan di rumah Bu Rt, tanpa memperdulikan Bu Ningsih di sebrang.
usulnya