Luna gadis cantik dan manis, anak dari seorang pria penjaga hewan kesayangannya namun mampu membuat pria yang usianya hampir kepala 4 jatuh cinta terhadap aluna atmaja gadis 22tahun, bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Olla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehangatan keluarga
Luna menghela nafas dengan pelan sambil perlahan melangkah menuju tempat duduk bersebrangan dengan pria dewasa yag menyeramkan itu, lihat tatapan matanya yang tajam seolah akan menelannya hidup-hidup.
Tatapan mata tajam alex tak sedikitpun berpaling memperhatikan gadis kecil yang kini sudah duduk di sofa singel yang berjarak agak jauh darinya itu, dirinya mencibir memperhatikan saja tanpa mengucap satu katapun.
"Jadi mau tunggu malam hari baru makanan itu masuk kedalam mulutku." ucapnya pelan namun mampu membuat luna menahan nafas mendengar suara yang sejak tadi mengintimidasi dirinya.
"em...maaf Tuan bos." cicitnya dan segera mengambil sendok yang sudah tersedia dan mulai mengambil nasi beserta lainnya.
Tangannya gemetaran dan mulai perlahan mengarahkan kearah pria yang saat ini sedang duduk bersandar sambil kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri itu.
"Em...tuan bos, bisa kh tuan bos tegakkan badannya." Cicit luna saat tangannya seakan jauh dari mulut pria tersebut.
Alex menaikkan sebelah alisnya seolah dirinya enggan untuk melakukan apa yang sudah gadis tersebut ucapkan.
Luna menatap takut kearah alex namun sepertinya dirinya melakukan kesalahan lagi karena berani memerintah pria tersebut dan akhirnya luna menurunkan kembali tangannya lalu membawa wadah makan dan berpindah duduk satu sofa yang bisa muat untuk tiga orang namun jika tubuhnya seperti luna mungkin bisa dipake untuk berlima atau bisa jadi berenam🤣🤣
Dengan pelan luna mulai menyuapi alex sangat hati-hati takut dirinya membuat kesalahan lagi, dan alex mulai mengunyah makanan yang masuk kedalam mulutnya dengan pandangannya yang tetap kearah gadis cantik dengan rambut yang diikat satu seperti ekor kuda.
Luna terus menyuapi alex hingga makanan itu tinggal setengah namun secara tak sengaja sesuatu mengganggu telinganya.
kruk
Luna memejamkan matanya erat saat perutnya dengan tak sopannya berbunyi seolah meminta hak asasi per perutan yang minta diisi.
Alex menarik sedikit ujung bibirnya bahkan bila cicak yang melihat tak akan terlihat bahwa alex menerbitkan senyum walau sedikit.
"Makanlah kalau kamu lapar." perintahnya dengan nada rendah sambil menatap makanan yang masih belum terbuka diatas meja.
"Nanti saja tuan bos kalau sud..." ucapannya terhenti saat melihat alex menatapnya dengan intens seolah berkata, cepat makan atau kamu ku habisi, ya seperti itulah kira-kira dia dapat mengartikan tatapan mata pria berbulu diarea sekitar wajah itu.
"Tap...tapi tuan bos belum selesai makannya." Cicitnya pelan sambil mencuri-curi pandang kearah alex.
Alex menegakkan posisi tubuhnya dan langsung mengambil sendok yang luna pegang, setelah terisi makanan dirinya memasukkan langsung kedalam mulut besarnya tanpa menatap kearah luna, namun tak lama tangannya meraih satu kotak makan dan langsung diletakkan dihadapan luna tanpa berucap sedikitpun dan kembali melanjutkan makanan miliknya.
Luna dengan ragu mengambil makan tersebut, namun daripada singa jantan itu mengaung bukankah lebih baik dirinya segera makan ya anggap aja dapat rejeki nomplok tanpa harus merogoh kocek untuk membeli makan siang walaupun ditempat kerjanya mereka dapat makan gratis namun kalau sekarang ada didepan mata ya sikat saja apalagi makanannya harganya fantastis.
***
"Lun...lun...gimana tadi?" anes segera membawa temannya yang baru saja tiba dari mengantar pesanan langganan VVIP restoran tersebut.
Luna menghela nafas lelah saat sudah berada dilorong yang sepi namun masih terdengar para pegawai yang sedang sibuk diluar.
"gimana apanya sih nes, temanmu ini lelah lahir batin tau nggak." ucapnya berdrama memandang anes dengan tampang penasaran.
"Isss anak ini, gimana kamu ketemu big bos nya enggak, kata miko orangnya nyeremin kalau lihat seperti mau makan orang hidup-hidup." ucapnya sambil sedikit berbisik.
Pffthh
Luna menahan tawa saat anes berucap demikian namun, sosok big bos atau dirinya tadi memanggil tuan bos tidak seburuk itu walaupun selama berada satu ruangan dengan alex dirinya dibuat panas dingin oleh pria dewasa tersebut.
"Udah-udah ayo mending kita kerja dari pada tuan willy teriak nantinya." Luna segera mendorong tubuh anes yang sejak tadi masih mengharap dapat mendengar sedikit cerita dari luna.
Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, jam kerja Luna hanya sampai jam 5 sore membuat gadis itu segera bersiap-siap tak lupa dirinya memakai mantel tebal sebab cuaca diluar sangat dingin sekali.
Luna berpisah dengan anes sebab mereka berbeda jalan, dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku mantel bulu tersebut, dirinya menyusuri jalan, hidungnya memerah sebab cuaca memang sangat dingin sekali.
Tak butuh waktu lama, Luna sudah sampai di gang kecil dimana rumahnya berada.
Tok...tok...tok...
"Luna pulang." teriaknya setelah mengetuk pintu berwarna cokelat tersebut.
klik
"Masuk kak." Ucap seorang gadis yang membukakan pintu untuk sang kakak yang baru pulang bekerja.
Luna menganggukkan kepalanya dan langsung masuk kedalam rumah kecil namun terasa sangat hangat bila sudah berada didalam rumah tersebut.
"Ayah sudah pulang an?" Tanya Luna setelah melepaskan mantel miliknya dan digantung di tempat yang sudah disediakan.
"Belum kak, mungkin sebentar lagi." Ucapnya sambil menyodorkan segelas cokelat hangat kepada sang kakak dan luna segera menerima lalu mendudukkan tubuh dinginnya di area perapian.
Tok...tok...tok...
"Ayah pulang."
"Nah itu ayah pulang." Anna bergegas menuju pintu saat mendengar suara satu-satunya orang tua mereka.
Luna menoleh kearah pintu luar dan bibirnya melengkung keatas melihat sang ayah pulang dengan menenteng sesuatu ditangannya.
Cup.
"Baru pulang sayang?" Tanya gio sambil mendudukkan tubuhnya disebelah luna setelah mengecup pucuk kepala putri tertuanya.
"Baru saja yah." sambil memperlihatkan gelas berisi cokelat hangat yang masih setengah.
"Terima kasih sayang." Ucap gio setelah menerima gelas yang berisi cokelat hangat sama seperti luna yang diberikan oleh putri kecilnya itu.
"Sama-sama ayah." jawab anna sambil memeluk manja lengan ayahnya membuat gio serta luna menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah manja anna.
"Oh ya ayah hampir lupa, ini ayah bawakan sesuatu, tadi saat ayah hendak pulang, kepala chef memberikan makanan katanya big bos tiba-tiba berangkat keluar negeri." ucap gio mengambil paperbag berwarna cokelat yang didalamnya berisi makanan yang dimasukkan kedalam wadah tertutup.
"Waaahhh...enak sekali ayah." pekik anna saat gio membuka salah satu wadah tersebut dan dalamnya sungguh makanan yang belum pernah dinikmati mereka semua, Luna tersenyum sendu melihat kegembiraan diwajah sang adik saat mulai mencoba makanan lezat tersebut, karena memang selama ini mereka hidup dalam kesederhanaan walaupun sang ayah bekerja dengan gaji yang lumayan besar disalah satu rumah termewah yang ada dipinggiran kota dan tugasnya merawat binatang kesayangan si pemilik rumah.
Dan luna menegaskan bahwa sang ayah harus menabung demi bisa membuat anna melanjutkan pendidikannya nanti.
Gio menyetujuinya walau berat hati namun luna yang memiliki sifat keras kepala pun tak bisa dibantah apalagi ini demi masa depan anna nantinya sebab luna sendiri sudah tidak berminat untuk melanjutkan pendidikannya.