NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Dosa

Takdir Di Balik Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.

Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.

Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Pindah

Zion mengangguk pelan sambil meletakkan cangkirnya di atas meja dengan hati-hati. "Benar. Setahuku, dia awalnya asisten Pak Burhan. Tapi meskipun baru dan mungkin belum terlalu berpengalaman, Pak Burhan memujinya. Dia bilang gadis itu punya potensi besar, terutama kalau ada yang bisa membimbingnya dengan baik."

Elin menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya pada sofa. Ada nada keraguan di suaranya saat ia berkata, "Aku hanya berharap si Dara ini tidak bernasib sama seperti asisten-asisten Ziel sebelumnya. Tak pernah ada yang bertahan lama. Tapi... apa mungkin karena Dara masih hijau, Ziel ingin membinanya lebih intens? Apalagi sekarang mereka akan menangani proyek besar, 'kan? Jangan-jangan itu alasan sebenarnya Ziel ingin tinggal di apartemen bersama gadis itu?"

Zion terdiam beberapa saat, merenungi kemungkinan tersebut. "Rasanya masuk akal," gumamnya akhirnya, suaranya datar tapi seolah penuh pertimbangan.

Elin mengernyitkan dahi, seakan belum sepenuhnya puas dengan jawaban itu. Ia menatap suaminya lebih tajam. "Tapi, gadis bernama Dara itu cantik, bukan?"

Zion menatap istrinya sejenak, lalu mengangkat bahu. "Menurut kabar, memang cantik. Katanya sih, tak kalah dari Nika. Tapi dia ini anaknya lucu, kocak, suka bercanda, dan nggak bisa diam. Meski begitu, kalau sudah bekerja, dia sangat fokus dan nggak suka diganggu. Bahkan katanya, pekerjaannya selalu selesai lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan."

Elin menyilangkan tangan di depan dada, sebuah senyuman kecil muncul di bibirnya. "Sepertinya gadis yang unik. Menarik. Apa mungkin Ziel akan menyukainya?"

Zion mengangkat alis sedikit, tampak ragu, tetapi ekspresinya tetap tenang. "Entahlah. Ziel itu sulit ditebak. Bisa jadi, tapi aku tidak yakin."

Elin terdiam, pandangannya menerawang. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan suara lebih pelan, "Aku lihat Ziel sekarang sangat fokus bekerja. Apa mungkin dia benar-benar sudah melupakan Nika? Dia kelihatan biasa saja, seperti tidak ada tanda-tanda patah hati."

Zion menghela napas panjang, lalu menatap istrinya dengan ekspresi penuh pertimbangan. "Aku juga berharap begitu. Kuharap dia fokus bekerja karena memang sudah melupakan Nika, bukan karena pekerjaannya itu jadi pelarian untuk menutupi rasa sakitnya."

Elin mengangguk pelan, meski sorot matanya menyiratkan kekhawatiran. "Aku harap kita tidak salah menilai. Ziel sudah cukup menderita. Aku hanya ingin dia menemukan kebahagiaannya lagi, siapapun orang yang bisa membuatnya bahagia."

Zion menatap Elin dalam diam, lalu mengangguk setuju. "Kita doakan saja yang terbaik untuknya. Ziel sudah dewasa. Aku yakin dia tahu apa yang dia lakukan."

***

Dara duduk di lantai kamarnya yang penuh dengan barang-barang yang ia keluarkan dari lemari. Ia baru saja memulai pengepakan saat pikirannya mulai mengembara. Sambil melipat pakaian, ia bergumam sendiri, "Tinggal bareng bos ternyata nggak seburuk itu. Nggak perlu bayar kontrakan, nggak usah mikirin makan, semuanya ditanggung. Kalau begini, pengeluaranku pasti lebih kecil. Lumayan buat nabung. Bisa aku pakai untuk sekolah Aditya."

Tangannya bergerak cepat memasukkan baju ke dalam koper, namun tiba-tiba ia berhenti. Matanya menatap koper yang setengah penuh sambil mengernyit.

"Tapi..." Dara menghela napas, menggigit bibir bawahnya. "Kami cuma tinggal berdua di apartemen. Meski kamarnya beda, tetap saja... aku perempuan, dia laki-laki. Memang sih, aku nggak pernah dengar cerita aneh-aneh tentang dia. Kayaknya nggak ada skandal atau hal semacam itu. Tapi, siapa yang tahu apa yang ada di kepala seseorang?"

Ia menunduk, memeluk lututnya dengan wajah cemas. "Aku harus tetap waspada. Aku nggak bisa sepenuhnya santai, apalagi setelah..." Dara menggigit bibirnya lebih keras, pandangannya tiba-tiba kosong, tenggelam dalam ingatan yang ia coba kubur.

Malam itu kembali terputar di pikirannya, seperti luka lama yang belum kering. Dadanya terasa sesak setiap kali bayangan itu muncul. "Dasar pria sialan!" gumamnya dengan suara bergetar, tinjunya mengepal erat. "Kalau aku ketemu dia lagi, akan aku hajar dia sampai babak belur! Aku akan pukul wajahnya sampai dia nggak berani lihat cermin lagi. Akan aku tendang burungnya biar kapok, nggak berani keluar sembarangan dan masuk ke rumah orang tanpa izin! Dasar brengsek, penjahat kelamin!"

Dara menggigit bibirnya, emosinya meluap-luap. "Gara-gara dia, aku kehilangan sesuatu yang nggak bisa diganti. Hidupku jadi kacau, dan sekarang aku bahkan nggak bisa mikir soal hubungan romantis tanpa merasa muak." Suaranya melemah di akhir kalimat, menunjukkan luka yang masih membekas.

Dara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Namun pikirannya tetap berkutat pada pertanyaan yang selalu menghantuinya. "Bagaimana kalau nanti aku menikah? Apa suamiku akan bertanya kenapa aku sudah nggak perawan? Apa aku harus menjelaskan? Apa dia akan menerimaku?"

Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, lalu menggeleng cepat. "Nggak usah mikir sejauh itu, Dara. Fokus aja dulu ke sekarang. Tinggal bareng bos mungkin sedikit aneh, tapi kalau itu bisa bikin hidupku lebih stabil, kenapa nggak? Aku cuma harus hati-hati."

Setelah menarik napas panjang, Dara bangkit dan kembali melanjutkan pengepakan barang-barangnya, mencoba mengalihkan pikirannya dari kenangan yang terus menghantuinya.

***

Pagi itu, Dara berdiri di depan kontrakannya sambil mondar-mandir, sesekali melirik koper di sampingnya. Tak lama, seorang pria paruh baya dengan senyuman ramah datang.

"Selamat pagi, Neng Dara." Pak Sam, supir pribadi Ziel, masih dengan senyuman ramahnya. "Saya, ditugaskan menjemput dan membantu membawa barang-barang Neng Dara," ucap Pak Sam dengan sopan.

Dara tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya. "Oh, iya, Pak. Maaf banget jadi merepotkan. Aduh, jadi nggak enak nih."

"Sudah tugas saya, Neng. Tidak perlu sungkan," jawab Pak Sam sambil tersenyum. "Kalau begitu, ayo kita mulai angkut barang-barangnya," tambahnya.

"Siap, Komandan!" sahut Dara sambil memberi hormat ala militer, lengkap dengan ekspresi serius yang dibuat-buat.

Pak Sam tertawa lepas. "Neng Dara ini emang kocak banget."

Dara membantu mengangkat barang-barangnya, meski lebih sering mengeluh. "Pak Sam, koper ini berat banget, lho. Beratnya kayak beban hidup saya. Tapi nggak apa-apa, nanti setelah di apartemen, hidup saya bakal lebih ringan, 'kan? Nggak bayar kontrakan, makan ditanggung... wah, semoga beneran surga deh."

Pak Sam hanya tersenyum mendengar ocehan Dara. Perjalanan ke apartemen pun dimulai. Dara duduk di kursi belakang, sibuk membayangkan kehidupannya ke depan. Namun, matanya langsung membulat ketika mobil memasuki area apartemen mewah.

"Pak Sam..." Dara menunjuk gedung tinggi dengan jari gemetar. "Jangan-jangan kita nyasar. Ini pasti bukan apartemennya, 'kan? Gedung kayak gini cuma buat artis atau crazy rich!"

Pak Sam tertawa kecil. "Tidak, Neng. Ini benar apartemen Tuan Ziel."

Dara menganga. "Hah?! Saya beneran bakal tinggal di sini? Aduh, Pak Sam, saya nggak salah kostum, 'kan? Pake sandal jepit begini masuk ke tempat elite, nanti dikira maling!"

Pak Sam hanya menggeleng sambil menahan tawa. Mereka masuk ke gedung, dan Dara semakin kagum dengan interior mewahnya. Ketika sampai di depan unit apartemen, Pak Sam menekan bel.

Pintu terbuka, dan Ziel muncul dengan wajah datar.

"Masuk," ujar Ziel singkat.

Mata Dara langsung memindai ruangan. Interior apartemen itu begitu modern, lengkap dengan sofa kulit mahal dan lampu gantung kristal. Dara langsung terpaku di tempat.

"Ini apartemen atau museum seni modern, ya?" gumamnya tanpa sadar.

Ziel mengerutkan alis. "Kenapa bengong di situ? Kamu mau berdiri terus di situ?"

Dara tersentak. "Eh, nggak, nggak! Saya masuk kok!" Ia cepat-cepat melangkah masuk, tapi kakinya malah tersandung tasnya sendiri hingga hampir jatuh. "Aduh, sial. Untung nggak nabrak vas mahal," ujarnya sambil tertawa kecil.

Ziel memutar mata, lalu menunjuk sebuah pintu di sisi kanan. "Itu kamar kamu. Pak Sam, tolong letakkan barang-barangnya di sana."

Pak Sam segera membawa koper Dara ke kamar, sementara Dara mengikuti dari belakang dengan rasa penasaran. Begitu pintu kamar dibuka, mata Dara kembali membulat.

"Pak Bos..." Dara melangkah masuk perlahan, menatap ranjang besar, lemari pakaian built-in, dan jendela besar dengan pemandangan kota. "Ini beneran kamar buat saya? Ini gede banget! Rasanya lebih cocok buat syuting sinetron daripada tempat tidur."

Ziel menyandarkan tubuh di pintu dengan ekspresi datar. "Kalau nggak suka, kamu bisa tidur di sofa ruang tamu."

"Eh, jangan gitu dong, Pak Bos!" Dara langsung melompat ke ranjang dan membenamkan wajahnya di bantal. "Bantalnya empuk banget, kayak awan! Aduh, kapan lagi hidup mewah begini!"

Pak Sam, yang sedang membereskan barang Dara, melirik Ziel dengan tatapan penuh tanya. Dalam hati, ia penasaran kenapa bosnya tinggal satu apartemen dengan karyawannya. Tapi melihat Ziel yang memasang wajah tak peduli, Pak Sam memilih diam.

Setelah selesai, Pak Sam berpamitan. Ziel menatap Dara yang masih duduk di ranjang dengan mata berbinar-binar.

"Ingat," ucap Ziel dengan nada serius. "Kamu bebas pakai fasilitas di sini, tapi jangan bikin keributan. Dan jangan lupa, pekerjaanmu tetap prioritas."

Dara berdiri tegak sambil memberi hormat. "Siap, Pak Bos! Aman terkendali!"

Ziel memutar tubuh dan pergi meninggalkan Dara. Begitu Ziel keluar, Dara kembali duduk di ranjang sambil bergumam sendiri. "Wah, tinggal di sini sih, rasanya kayak mimpi. Tapi... semoga Pak Bos nggak berubah jadi serigala berbulu domba. Ih, ngeri juga sih, kalau inget aku cuma tinggal berdua sama dia."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Dwi Winarni Wina
pak boss dara itu lagi bingung gmn klo ketahuan hamidun pasti akan dipecat gmn mau kasih makan adiknya dan calon debay tidak bekerja nanti...

Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....

Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....

kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....

blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...

lanjut thor.....
Dwi Winarni Wina
Minta tanggungjawab sm pak bos aja itu yg sangat dingin dan datar itu....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....

Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...

Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
phity
dara lgi bingung ziel...
Dwi Winarni Wina
Dara tidak fokus kerja ketakutan dirinya hamidun...
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
Heri Wibowo
beban Mandara ya gara-gara kamu Ziel.
Mrs.Riozelino Fernandez
noh orang nya serumah sama kamu Dara...tinggal jalan berapa langkah sampe deh...
Septya Tya
bingung jg ya jd dara mau curhat sama siapa mau cerita ke pak bos malah nnti di kira wanita gk bener apa lg di status data diri blm menikah tp kok hamil apa lg sblm tinggl bersama udh hamil,,, gmna gk frustasi lm2 si dara tp hny 1 yg bs nolong dara bukti anting yg ada di pak bos.
Anitha Ramto
Dara cerita yang sebenarnya sama Ziel...berani ga?kali Zie kasih solusi untuk nikahin kamu wkwkwkwkwk🤣
Mrs.Riozelino Fernandez
kk Othor Nana,cover nya ganti ya??
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻
Mrs.Riozelino Fernandez: iya kk sama persis,
ikatan diatas kertas,karya kk othor Fajar Riyanti...kk Nana bisa cek...
🌠Naπa Kiarra🍁: Eh, sama kayak cover novel sebelah? Aku gtw, Kak.
Soalnya i yang ganti NT. Coba aku tanya dulu deh besok sama adminnya.
Btw kalau boleh tahu, novel yang judulnya apa yang sama covernya kayak ini, Kak? Bia aku nanti bilang sama adminnua.
total 2 replies
Hanima
👍👍
Sugiharti Rusli
lebih baik kamu coba cek sekarang kehamilan kamu sudah berapa Minggu ke dokter Dara,,,
abimasta
dara jujur aja sama ziel.siapa tau ziel.jadi ingat kejadian malam itu
Sri Hendrayani
jujur aja dara
Sry C'cipit Tea
dag... Dig..dug.... gmn ya selanjutnya.... smoga ziel peka n sadar...
Wiwi
makasih kak bs baca lg karya kakak yg sangat bagus ini ... trus berkarya yah Kak... sukses dan sehat....
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Syavira Vira
💪💪👍🏻👍🙏
Hanima
lanjut Kak
Sri Hendrayani
kok jdi lucu dara ini
phity
aduuuu...kasian dara kan klo bgini thor,...fan pasti ini bakal berpengruh pd hari nya gk konsen gk semangat dan gk ceria, dmna mo cari laki2 yg sdh menanam benih itu
kaylla salsabella
semangat ya dara .....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!