Menjadi seorang asisten rumah tangga bukanlah tujuan hidup bagi seorang wanita bernama ZENVIA ARTHUR.
Tapi pada akhirnya dia terpaksa menjadi ART seorang billionaire bernama KAL-EL ROBERT karena suatu alasan.
Bagaimana keseruan ceritanya?
follow instagram @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
KZ 13
"Menurutmu aku menyeramkan, Zi?" tanya Kal-El pada Zenvia.
Zenvia hanya menggeleng saja.
"Lalu mengapa kau tak pernah mengangkat kepalamu dan selalu menunduk jika berbicara denganmu?" tanya Kal-El.
"Kau majikanku," jawab Zenvia pelan.
"Apakah masih ada batasan karena itu?" tanya Kal-El santai.
Zenvia kembali mengangguk.
"Ini rumahku dan aku yang menerapkan semua aturannya. Lihat aku jika aku berbicara padamu dan tak perlu takut padaku," kata Kal.
Lalu perlahan Zenvia mendongakkan kepalanya dan mata biru itu menatap netra tajam Kal.
Baru menatap Kal sebentar sudah membuat Zenvia menunduk kembali.
Lalu Kal memegang dagunya dan mendongakkan kepala Zenvia.
"Jangan merasa takut pada apa pun. Jika kau selalu seperti itu, maka hidupmu akan selalu penuh dengan ketakutan. Itu akan benar benar menyiksamu," kata Kal menatap tajam mata Zenvia.
Zenvia meneguk ludahnya karena Kal begitu intens menatap matanya.
"Kau ingin tinggal dan bekerja di sini, kan?" tanya Kal.
Zenvia mengangguk.
"Kau harus mengikuti aturanku. Kau bisa?" tanya Kal.
Zenvia mengangguk lagi.
"Aturan pertama, besok ikut aku keluar. Dan kau tak boleh menolak," kata Kal.
"Ke mana?" tanya Zenvia dengan raut wajahnya yang bingung.
"Kau akan tahu besok. Aku ingin membuatmu sedikit lebih berani," kata Kal-El.
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti," jawab Zenvia.
"Kau akan tahu besok," jawab Kal-El dan beranjak dari kursinya setelah makan malamnya selesai.
"Apakah harus?" tanya Zenvia dan membuat Kal menoleh kembali padanya.
"Ya, harus. Itu syaratmu agar tetap bisa tinggal di sini," jawan Kal.
Lalu pria tampan itu menuju ruang tengah penthoae dan menyalakan televisi.
Zenvia menata dan membersihkan meja dan membilas piring kotor lalu menaruhnya di mesin pencuci piring.
Setengah jam kemudian, Zenvia selesai mengerjakan semua tugasnya. Wanita itu menghampiri Kal yang ada di ruang tengah.
"Apakah ada yang perlu ku kerjakan lagi?" tanya Zenvia.
"Tidak, tidurlah. Besok bangun pagi dan pakai pakaian olah ragamu," jawab Kal.
"Olah raga? Apakah besok kita akan olah raga? Kau mengajakku olah raga di luar?" tanya Zenvia.
"Hmm," jawab Kal.
"Tapi kau memiliki ruangan gym di sini. Mengapa kita tak olah raga di sini saja?" tanya Zenvia.
"Agar kau lebih bersosialisasi dengan banyak orang. Dunia terlalu indah untuk kau lewatkan. Enjoy it, oke?" Ucap Kal.
Zenvia terdiam dan tak menjawab apa pun.
"Bagaimana jika ada ...."
"Ada aku. Kau bersamaku jadi kau tak perlu khawatir." Kal memotong ucapan Zenvia.
Zenvia tak bisa berkata kata lagi. Dia hanya menunduk dan berbalik berjalan menuju kamarnya.
"Zi," panggil Kal lagi ketika Zenvia sudah berada di depan pintu kamarnya.
Zenvia menoleh dan melihat ke arah Kal.
"Kau punya baju olah raga?" tanya Kal.
"Tidak," jawab Zenvia.
"Mengapa tak bilang barusan?" tanya Kal.
Zenvia tak menjawab karena dia memang tak tahu harus menjawab apa.
"Baiklah, aku akan membelikannya sebentar lagi," kata Kal.
"Itu akan merepotkanmu," jawab Zenvia.
"Tidak, asistenku yang akan membelinya," sahut Kal.
Zenvia mengangguk saja.
"Kau sudah mau tidur? Ini masih jam 7," kata Kal.
Zenvia menggeleng.
"Kemarilah, duduk denganku di sini. Kita akan nonton film bersama," kata Kal.
Zenvia masih diam.
"Ini perintah. Tugasmu hanya duduk saja menemaniku di sini. Bukankab ini masih jam kerjamu?" kata Kal dengan banyak alasan.
Zenvian mengangguk dan menghampiri Kal kemudian duduk di sana. Dia duduk agak jauh dari Kal karena itu membuat jantungnya sedikit lebibh aman dari pada harus berdekatan dengan Kal.