Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 27
Total 20 hari bagi Esme dan rombongannya sampai ke ibu kota Ravenloft. Mereka tampak takjub dengan apa yang dilihat. Sungguh kota yang megah dan juga ramai. Banyak sekali orang yang berlalu lalang.
"Lady, ini sungguh sangat indah. Sangat berbeda dengan Vasilica ya?"
"Tentu saja Daria. Ravenloft bahkan 10 kali lipat lebih besar dari Vasilica. Ravenloft merupakan sebuah kekaisaran dan Vasilica hanya salah satu kerajaan kecil yang ikut bergabung ke kekaisaran."
Daria mengangguk anggukan kepalanya tanda ia mengerti. Dari sejarah yang dia pelajari ada 4 kekaisaran besar di dunia ini. Ravenloft, Sein, Aterna dan Echo. Dimana masing-masing memiliki wilayah yang luas. Setiap kekaisaran memiliki paling sedikit 15 kerajaan kecil yang bernaung. Sungguh bukan main-main bukan besarnya.
"Apa kita akan langsung pergi ke istana Ravenloft, Es?"
"Tidak Paul, kita menginap dulu saja di penginapan. Besok baru kita kesana."
Niat hati Esme memang begitu, namun ternyata rencana tidak sesuai yang dia pikirkan. Ketika sampai di penginapan, seorang yang dia kenal sudah menunggunya dan langsung memintanya dan rombongan untuk datang ke istana.
"Bagaimana Anda bisa tahu Tuan Marquis Heros Cumimburg kalau kami sudah sampai?"
"Tidak ada yang Baginda Kaisar kami tidak ketahui jika itu soal Lady."
"Maaf?"
"Tidak perlu di pikirkan Lady, sekarang mari kita berangkat ke istana."
Esme mengangguk, Paul pun setuju dengan ide itu. Mungkin di tempat ini lebih aman dari pada tempat terkahir mereka menginap, tapi tetap saja Paul merasa was-was jika itu kembali menimpa mereka.
Sedangkan itu di istana, Loyd sedari tadi tidak kunjung berhenti mondar-mandir. Dan entah berapa kali dia melihat ke jendela ke arah pintu gerbang istana.
Apa yang dilakukan oleh Loyd itu memancing rasa kesal dari Algar. Tapi sang istri yakni Evelyn hanya terkekeh geli.
"Sayang, kenapa kau hanya tertawa begitu. Aku sudah pusing melihatnya yang bejalan kesana kemari."
"Biarkan Baginda seperti itu, baru kali ini kan Baginda menunggu seseorang? Biasanya kan beliau yang selalu menunggu. Aku sungguh penasaran sosok sepeti apa Lady Esme Covantina sampai bisa membuat Baginda Kaisar gundah begini."
"Eve, aku mendengar mu."
Eve menutup mulutnya dengan kipas. Dia tentu saja melanjutkan tawanya ketika mendapat teguran dari Loyd. Eve juga dekat dengan Loyd, hanya saja Eve lebih menjaga hubungannya. Bagiamana pun Loyd adalah seorang kaisar. Dia begitu menaruh hormat.
Berada di pihak kaisar membuat situasi Eve tidak mudah. Namun meskipun begitu, dan juga usianya masih muda, Eve sangat memegang teguh pendiriannya berdiri di sisi Algar untuk mendukung Loyd.
"Baginda, apa yang membuat Anda tertarik dengannya?"
Evelyn yang sedikit sudah mendengar cerita dari Loyd karena sang kaisar itu membutuhkan ide untuk menyambut Esme menjadi penasaran terhadap ketertarikan Loyd. Selama hidupnya yang sudah 30 tahun itu, Loyd sama sekali tidak pernah tertarik dengan siapapun. Bahkan tahun kemarin saat dia kembali sejenak dari pengembaraannya, semua wanita yang dicalonkan menjadi permaisuri ditolak mentah-mentah olehnya.
Tapi kini tiba-tiba Loyd berkata begitu menunggu Esme. Yang mana wanita itu bukanlah bangswan dari Ravenloft. Wanita itu juga ternyata mantan ratu sebuah kerajaan kecil. Sungguh hal yang diluar dugaan.
Janda dalam pergaulan bangsawan biasanya dianggap seseorang yang tidak layak. Dia menjadi janda berarti tidak mampu melayani suaminya dengan baik. Itulah pandangan para wanita bangswan terhadap seorang janda.
Terlebih ini mantan ratu, pasti banyak rumor tidak baik yang menerpa nya. Namun Evelyn terkejut ketika mendapatkan fakta bahwa Esme adalah Ratu yang begitu dicintai oleh rakyatnya. Maka dari itu Evelyn penasaran mengapa Loyd sangat tertarik dengan Esme.
"Dia wanita yang hebat dan tentunya kuat. Selain digembleng dari usia 5 tahun untuk jadi putri mahkota, dia juga sudah belajar pedang saat memasuki usia 10 tahun.Pola pikir yang luas dan melihat betapa dia dicintai rakyatnya pasti dia memiliki kualitas yang tidak sembarangan."
"Aah begitu, saya jadi penasaran dengan beliau. Bolehkan saya berbincang dengannya nanti?"
"Ohoo tidak semudah itu, Esme datang kemari untuk bertemu denganku Eve. Jadi jangan membuat jadwalku berantakan nantinya."
Mulut Evelyn menganga ketika mendengar ucapan Loyd. Pun dengan Algar. Sepasang suami istri itu agaknya tidak percaya dengan perkataan yang keluar dari mulut Loyd. Sungguh sesuatu yang menakjubkan.
"Kak, apa kau akan langsung menikahinya? Rasa-rasanya kau terlalu protektif dengannya. Padahal kalian belum jadi apa-apa."
"Jika dia mau, aku tidak masalah. Hubungan yang saling menguntungkan pastinya. Aku tak lagi dikejar-kejar untuk menikah, para penentang itu juga tidak akan menyodorkan anak-anak wanita mereka. Terus Esme, dia tidak akan diharapkan lagi oleh Stefan. Raja Vasilica itu ternyata masih mengharapkan sang mantan istri. Lucu bukan, padahal sudah dia ceraikan tapi diharapkan kembali."
Mendengar Stefan masih mengharapkan Esme, Loyd merasa tidak suka.Tapi dia juga tidak akan buru-buru membuat kesepakatan pernikahan dengan Esme. Esme adalah wanita yang cerdas, dia tidak akan menerima dengan segera bahkan bisa saja menolak dengan tegas.
Meskipun Loyd bisa membuat Esme menerima tanpa bisa menolak, tapi dia tidak akan melakukan itu. Ia yakin akan ada saatnya nanti Esme akan mau menerima tawarannya.
Ya, Loyd sudah membuat pertimbangan dan keputusan. Ia ingin menjadikan Esme sebagai permaisurinya. Cinta kah Loyd, tentu saja belum. Bahkan dia pun masih belum tahu apa itu cinta. Hubungan mereka yang akan dibuat pastilah karena sebuah kesepakatan yang menguntungkan.
Grdak gradak gradak
Tuplak tuplak tuplak
Suara sepatu kuda dan juga suara kerta kuda yang jauh itu tetap terdengar di telinga Loyd. Ini merupakan salah satu keahlian yang tidak diketahui oleh siapapun termasuk Algar dan Heros. Ya Loyd memiliki kemampuan pendengaran yang tajam. Jarak beberapa meter darinya berdiri, dia masih bisa mendengarnya.
"Akhirnya mereka datang. Ayo kita temui mereka Eve."
"Baik Baginda."
"Kak, kenapa hanya Eve yang kau ajak? Aku kan juga mau ikut."
Evelyn lagi-lagi hanya tertawa. Suami dan kakak sepupunya itu memang sellau demikian. Ada saja yang diributkan. Algar sendiri suka lupa, jika tidak ada Loyd, dia akan kesepian.
"Selamat datang di Istana Ravenloft, Lady Esme Covantina dan juga Tuan Count Paul Cardovan."
"Sebuah kehormatan bagi kami Baginda. Salam bagi matahari Ravenloft, Yang Mulia Baginda Kaisar Loyd Esteban Ravenloft. Semoga kejayaan dan juga kesejahteraan selalu bersama dengan Anda."
Ucapan selamat datang dibalas dengan ucapan salam. Sudah merupakan hal yang wajib dilakukan setiap orang yang bertemu dengan kaisar. Salam resmi yang sangat panjang dimana kadang Loyd tidak menyukainya tapi mau tidak mau harus mendengarnya.
"Perkenalkan, ini adik sepupuku sekaligus perdana mentri kekaisaran ini dan juga istrinya. Duke Algar Detrian dan Duchess Evelyn Detrian."
Mereka saling mengenalkan diri dan juga memberi salam. Esme sama sekali tidak menyangka akan disambut oleh orang sepenting mereka. Rasanya canggung sekaligus tidak enak.
''Lady Esme, mari ikut dengan saya. Saya akan menunjukkan kamar Anda. Anda pasti lelah bukan. Sekarang sebaiknya Anda istirahat lebih dulu."
"Terimakasih Yang Mulia Duchess."
"Panggil saja aku Eve. Biar lebih akrab."
Kalah start, rupanya Evelyn lebih dulu mengambil Esme. Dan lihatlah mereka memang bisa langsung akrab.
"Wah benar-benar Eve."
TBC
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/