orang gadis yang berusia 20 tahun harus terpaksa menikah dengan seorang CEO muda yang berusia 26 tahun.
Natasha bukannya bahagia dengan pernikahannya. tapi nyatanya malah selalu disiksa secara fisik serta batin oleh sang CEO karena dia merasa gadis itu adalah penghancur masa depannya dengan hubungan asmara pacarnya.
apakah Natasha bisa bertahan dengan sikap kasar CEO atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Nila purwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perubahan dan perhatian
" Huek...huek ..."
Alvaro mengerutkan dahinya dengan mata yang masih mengantuk saat mendengar suara Ana yang sedang muntah .
" Heuk ..."
Apa yang terjadi pada Ana. Alvaro bangun dari tempat tidurnya lalu memakai celananya dan menghampiri Ana yang ada di kamar mandi.
"Kau baik-baik saja?", tanya Alvaro yang kini sudah berada di kamar mandi
Ana tidak menjawabnya , ia terus saja muntah karena perutnya bergejolak mual.
Alvaro mendekat dan memijit tekuk leher Ana, dia merasa khawatir dan merasa bersalah terhadap Ana. Apakah kemarin dia terlalu memaksakan keinginannya . Hingga membuat Ana seperti ini.
"Kau sudah merasa lebih baik?", tanya Alvaro setelah Ana berhenti muntah.
"Ya sedikit ",jawab Ana pelan
Grep.....
"Apa yang__"
"Aku mohon ,Alvaro. biarkan aku seperti ini dulu sebentar", kata Ana sambil memeluk Alvaro yang masih telanjang dada
Alvaro hanya diam, namun beberapa saat setelahnya tangannya bergerak lalu mengelus rambut Ana.
Alvaro merasa bersalah ,seharusnya semalam dia tidak memaksanya, bagaimanapun Ana pasti sedang lelah setelah pulang dari camping.
"Maaf ",kata Alvaro pelan lalu mengecup kepala Ana
Ana semakin mempererat pelukannya, dia senang melihat kekhawatiran Alvaro terhadapnya. Ana merasa senang atas perubahan Alvaro terhadapnya dia begitu lembut pada dirinya saat memijat tekuk leher Ana.
Dan saat mendengar permintaan maaf membuat Ana merasa senang. pikiran Ana bahwa Alvaro sedikit berubah padanya, dia tidak sekejam dulu padanya. Dia berharap mudah-mudahan ini awal yang baik bagi mereka.
Alvaro berjalan memapah Ana dengan merangkulnya dan menuju tempat tidur. lalu mendudukkan Ana di pinggir tempat tidur
"Al, aku bisa melakukannya sendiri", kata Ana
"Biar aku saja, anggap saja sebagai permintaan maafku", jawab Alvaro sambil mengusapkan minyak di perut Ana untuk untuk mengurangi rasa mualnya.
"Terima kasih", kata Ana sambil tersenyum pada Alvaro
Alvaro membalasnya dengan senyuman, dan Ana sangat senang dengan respon Alvaro padanya. mungkin ini adalah pertama kali Alvaro tersenyum padanya.
Ana menyandarkan kepalanya di ranjang saat rasa pusingnya menyerangnya.
Dia meminjamkan matanya, berharap agar rasa pusingnya hilang . Namun sepertinya sia-sia. Ana masih merasakan mual di dalam perutnya.
"Wajahmu semakin pucat, Ana. aku panggilkan dokter ya?", tanya Alvaro yang khawatir
Ana menggeleng pelan" tidak perlu aku pasti hanya kelelahan, setelah istirahat aku pasti akan membaik membaik", katanya lirih
"Kau yakin?"
Ana mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Alvaro pun mengikutinya dan berbaring di samping Ana.
"Kau tidak berangkat ke kantor?", tanya Ana pelan sambil mengatur nafasnya ketika merasakan mual di perutnya
"Aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam kondisi seperti ini", jawab Alvaro lalu menoleh ke arah Ana
Ana pun ikut juga menoleh dan mereka saling bertatapan yang cukup lama dalam keheningan.
"Tidurlah lagi", ucapan baru sambil menarik tubuh Ana ke dalam pelukannya di dada bidangnya
Ana tidak menolak karena dia suka ketika Alvaro memperlakukannya dengan lembut seperti ini, Ana berharap ini akan terus berlanjut.
"Alvaro ",panggil Ana sambil mendongak lalu menatap wajah Alvaro
"Ada apa!", jawab Alvaro sambil menatap wajah Ana
" Aku suka saat kau bersikap seperti ini", kata Ana lalu menenggelamkan wajahnya di dada Alvaro
Alvaro hanya diam, dia juga tidak tahu kenapa. Dia bersikap seperti ini kepada Ana. apakah hanya karena rasa bersalahnya pada Ana atau kah ada hal lain yang menjadi penyebabnya?
.
.
Setelah beristirahat Ana bangun dari tidurnya. kini tubuhnya sudah merasa enakan. Ana turun dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah beberapa menit Ana keluar dengan memakai . Ana berjalan menuju dapur untuk membuatkan sarapan. 6ebelum keluar Ana menoleh pada Alvaro yang masih tertidur pulas, lalu tersenyum manis setelah itu dia berjalan menuju pintu dan menuruni anak tangga.
Baru terbangun dari tidurnya lalu menoleh ke arah samping karena ana tidak ada di sampingnya.
"Ke mana dia", ucap Alvaro sambil mengurutkan dahinya
Lalu dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang merasa lengket. Setelah beberapa menit Alvaro keluar dari kamar mandi yang sudah memakai pakaian lalu dia berjalan menuju dapur. Dan benar saja Ana ,berada di sana yang sedang memasak.
"Ana ,Kenapa kau malah memasak?", tanya Alvaro yang sudah berada di dapur
"Aku bosan Hanya berbaring di kamar tanpa melakukan apapun", jawabnya sambil memasak nasi goreng
"Memangnya kau sudah sembuh?"
"Memangnya kapan aku sakit?", tanya Ana balik
"Ana !",kesal Alvaro
"Aku baik-baik saja ,Alvaro"
"Tapi wajahmu sangat pucat, apalagi bibirmu yang terlihat pucat"
"Lalu aku harus apa?", tanya Ana males
Tiba-tiba Alvaro mencium bibirnya sekilas.
"Alvaro !",ujar Ana kesal setelah Alvaro mencium bibirnya
"Setidaknya bibirmu tidak akan sepucat tadi", kata Alvaro dengan santai yang tidak merasa bersalah dengan ucapannya
Ana kesal bukan main kepada Alvaro, rasanya dia ingin memutilasi tubuhnya yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Cepat sajikan makanannya, Aku sudah lapar",
kata Alvaro setelah mengacu pipi Ana
Alvaro mengira jika pipi Ana akan memerah tetapi nyatanya salah kini nampak lebih kesal.
"Tadi kau melarangku memasak, halo sekarang kau malah menyuruhku untuk menyajikan makanannya! dasar menyebalkan!", kesal Ana
Alvaro hanya terkekeh kecil lalu pergi menuju ke arah meja makan untuk menunggu Ana untuk menyajikan makanannya.