Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Keluarga
Jingga terbangun dari tidurnya pagi itu, dia melirik jam yang menunjukkan pukul 04:50 dan bergegas untuk membangunkan Arkana untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Jika di pikir-pikir semenjak keduanya menikah, Arkana belum menjadi imam sholat untuknya.
Perlahan namun pasti Jingga mengetuk pintu kamar Arkana sambil memanggil namanya dari luar, setelah menunggu beberapa saat nampaknya tak ada jawaban dari dalam.
Alhasil Jingga membuka pintu kamar pria itu dengan pelan-pelan, dia mendapati kamar Arkana yang sangat gelap dan terlihat dirinya sedang tidur di balik selimut tebalnya.
“ Mas, bangun. Waktu sholat subuh, kita jamaah yuk.” Ajak Jingga sambil menarik pelan selimut yang di gunakan oleh Arkana.
“ Hmmm, kamu aja sana. Aku nggak sholat.” Balas Arkana dengan nada yang kesal.
“ Kamu laki-laki loh mas, nggak ada istilahnya laki-laki nggak sholat.” Jawab Jingga.
“ Kamu ini nyebelin banget sih, keluar sana. Sholat sendiri seperti biasa bisa kan.?” Ketus Arkana melirik Jingga dengan tatapan yang tajam.
Jingga sudah tidak bisa berkata-kata lagi jika Arkana menunjukkan sikap kesalnya barusan, mau tidak mau Jingga pun harus meninggalkan kamar itu. Terpaksa hari ini dia akan sholat subuh sendirian lagi.
**
Hari minggu Arkana tidak masuk kerja, biasanya dia akan menghabiskan waktu di rumah. Seperti hari ini, sarapan pagi pun dia tidak keluar atau lebih tepatnya dia belum keluar dari kamarnya sejak tadi subuh.
Jingga merasa harus membangunkannya setelah dia selesai menyiapkan sarapan untuk Arkana di atas meja makan. Jingga melangkah menuju kamar Arkana, dia mengetuk pintunya perlahan dan tidak ada jawaban seperti sebelumnya.
“ Aku masuk ya mas.” Sahut Jingga yang kemudian membuka pintu tersebut.
Anehnya saat Jingga memasuki kamar Arkana, sosok pria itu tidak ada di dalam kamar. Jingga pun heran, sebab dia tidak melihat Arkana keluar dari kamarnya sejak tadi.
“ Mas, kamu dimana.?” Panggil Jingga mencoba mencarinya di dalam kamar mandi.
Pintu kamar mandi baru saja terbuka, hal pertama yang di lihat oleh Jingga adalah tubuh sixpack milik Arkana dengan dada bidang yang begitu sempurna.
“ Ngapain kamu masuk ke kamarku.?” Tanya Arkana dengan nada yang sinis.
“ Aku mau panggil kamu sarapan, aku pikir kamu belum bangun jadi aku mau bangunin kamu.” Balas Jingga tak berani menatap Arkana lagi.
“ Keluar dari sini, aku nggak mau sarapan.” Ucap Arkana kembali dengan sikap dinginnya.
“ Aku udah buat makanan kesukaan kamu loh, setidaknya makan”
“ Keluar.” Potong Arkana yang membuat Jingga takut dan akhirnya keluar dari kamar itu.
Jingga berdiri di depan pintu kamar Arkana dengan perasaan yang bingung, padahal baru kemarin sikap manisnya terlihat sangat menyenangkan. Dan sekarang, dia kembali menjadi sosok yang sinis dan dingin.
**
Jingga sedang sibuk menyiram tanaman di belakang rumah, sampai dia mendengar kabar yang mengejutkan dari seseorang yang datang ke rumahnya.
Seorang pria yang bekerja di rumah mertuanya datang dan memberitahu Jingga dan Arkana bahwa mama Widya kecelakaan dan di larikan ke rumah sakit hari ini.
Tanpa menunggu waktu lama, mereka berdua pun langsung meluncur menuju rumah sakit keluarga. Setibanya disana, Arkana langsung bertindak dan ingin mengecek keadaan mamanya.
Sementara itu Jingga menunggu diluar sambil berdoa, dia sangat takut kehilangan mama Widya yang sudah dia anggap sebagai mama kandungnya sendiri.
“ Ya Allah jangan ambil mama Widya, aku sudah cukup banyak kehilangan. Tolong jangan ambil beliau.” Pinta Sofia yang terus meminta keselamatan mama Widya.
Kabarnya mama Widya mengalami kecelakaan di lokasi pertambangan, dia langsung tak sadarkan diri di lokasi dan bergegas di larikan ke rumah sakit setelah mengalami begitu banyak pendarahan.
Setelah menunggu beberapa waktu, Arkana keluar dari ruang pemeriksaan dengan ekspresi yang sedih. Jingga menghampirinya dan menanyakan kabar mertuanya pada Arkana.
“ Mama gimana mas? Baik-baik aja kan.?” Tanya Jingga menatapnya penasaran.
“ Nggak tahu, mama kehilangan banyak darah. Tapi beruntung kita memiliki stok darah yang sesuai, kita tunggu aja keadaannya setelah mama di pindahkan ke ruang inap.” Jelas Arkana.
“ Semoga mama baik-baik aja, kamu yang sabar ya mas.” Lontar Jingga juga khawatir kepada Arkana.
“ Kamu bisa kan jagain mama sebentar, aku ada urusan diluar nanti aku balik lagi kok.” Ucap Arkana di balas anggukan pelan dari Jingga.
**
Jingga menemani mama Widya di ruangannya dengan setia, bahkan sejak tadi Arkana belum juga kembali entah pergi kemana. Jingga tetap setia berada di samping mama Widya dan terus mendoakan kesehatannya, sampai tiba-tiba pintu terkuak dan muncul kedatangan seorang pria yang tak asing.
“ Papa.” Ucap Jingga saat melihat yang ternyata datang adalah papa mertuanya.
“ Kamu duduk aja nak.” Ucap papa mertuanya menyuruh Jingga kembali duduk setelah dia ingin memberikan kursinya kepada pria itu.
“ Bagaimana keadaan mama? Apa kata dokter.?” Tanya beliau.
“ Dokter bilang kalau kondisinya cukup kritis, mereka belum bisa mendiagnosa lebih sebelum mama siuman.” Jelas Jingga.
“ Semoga mama baik-baik saja, jika dia sampai meninggal entah apa yang akan terjadi pada Arkana dan Bima.” Ucapnya kemudian.
“ Bima? Siapa Bima pa.?” Jingga baru saja mendengar nama itu terucap, dan dia tidak tahu siapa Bima itu.
“ Bima adalah putra pertama mama Widya, dia kakaknya Arkana.” Jawabnya lagi.
“ Kok aku nggak tahu soal itu? dimana kak Bima sekarang? “
“ Bima sudah meninggalkan rumah sejak dia masih remaja, sekitar 15 tahun yang lalu. Sebenarnya aku adalah suami kedua, dan bukan ayah kandung mereka. Bima ikut bersama ayahnya sedangkan Arkana ikut bersama mamanya.”
Jingga terkejut mendengarnya, dia baru saja mengetahui semua itu sekarang. Tak heran jika Arkana sangat bergantung pada mamanya, apapun yang di katakan oleh mamanya akan selalu di ikuti oleh Arkana.
“ Papa bisa jaga mama sekarang, kamu boleh kembali ke rumah untuk istirahat.” Lanjut beliau.
“ Nggak apa-apa pa, aku biar disini dulu aja. Lagi pula Arkana belum kembali, tunggu dia balik aja baru aku pulang.” Ungkap Jingga.
**
Menjelang petang, Arkana baru saja kembali. Dia mengajak Jingga untuk pulang ke rumah, sebelumnya Arkana melihat keadaan mamanya sebentar dan menitipkannya pada papa tirinya.
Kini Jingga dan Arkana sudah berada di dalam mobil, sejak tadi Arkana terlihat diam yang membuat Jingga mengira bahwa saat ini Arkana sedang sedih atas apa yang terjadi pada mamanya.
“ Mas, aku sudah tahu soal keluarga kamu dari papa. Aku dengar kalau kamu punya kakak laki-laki, apa nggak sebaiknya kamu kabarin dia kalau mama sedang sakit.?”
“ Jangan bahas orang itu lagi, dan kamu nggak ada hak atas hubungan keluargaku.” Ucap Arkana dengan nada yang ketus.
Jingga diam dan tidak mengungkitnya lagi, mungkin bukan waktu yang tepat untuk membahas soal Bima sekarang. Melihat respon Arkana pun sudah membuktikan bahwa Arkana tidak menyukai sosok kakak laki-lakinya itu.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.