Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: TENANG - TIDAK JERA?
Rose mengangkat tangannya dengan tatapan tak lagi tenang. Netra biru laut berubah menjadi sangat tajam. "Kamu! Kamu! Kamu! Kalian semua yang ada di kelas. Listen me."
"Justice is rewarded with kindness. Crime is rewarded with punished. I don't care about your status. This campus must have justice!" (Keadilan dibalas dengan kebaikan. Kejahatan dibalas dengan hukuman. Aku tidak peduli dengan statusmu. Kampus ini harus memiliki keadilan!)
Peringatan yang Rose berikan tidak tanggung, membuat semua mahasiswa yang menonton tercengang untuk kedua kalinya. Baru seminggu lebih, kejadian pertama terjadi, dan hari ini terulang lagi. Setidaknya gadis cupu yang transmigrasi menjadi gadis cantik bak dewi tidak menggunakan benda tajam, lagi. Meskipun begitu, suara tamparan yang begitu keras benar-benar terdengar ngilu.
Dela bersiap melawan, tapi pundak gadis rambut sebahu di tahan oleh Prita. "Stop! Kita bersihkan pakaianmu dulu! Ayo!"
"Apa kita biarkan si cupu....,"
"Del, kali ini aku setuju dengan Prita. Lihatlah pakaianmu sudah kotor. Ya, meskipun itu jus strawberry, tetap saja jorok." sambung Sarah menghentikan niat Dela, membuat gadis rambut sebahu itu menghentakkan kakinya kesal.
Rose tidak peduli dengan percakapan tidak bermutu dari geng cantika. Ia justru memilih duduk di bangkunya, dan sibuk membaca buku. Bahkan kepergian ketiga teman sekelasnya itu tak dianggap. Begitu juga dengan para mahasiswa yang kembali melakukan rutinitas seperti tidak terjadi apapun.
Ck. Ck. Kemana sebenarnya mata mereka? Kenapa tidak donorkan saja pada yang membutuhkan? Sepertinya, aku harus mengubah sedikit rencanaku. Percuma saja membalas geng cantika. Ujungnya seluruh penghuni kampus cuma bisa menonton. Tidak ada belas kasihan. Apa mereka itu robot? Mommy saja yang seorang pemimpin mafia bisa bersikap lembut dan tidak toleransi dengan kejahatan. ~batin Rose menggelengkan kepalanya sesaat.
Bunyi bel tanda masuk pelajaran pertama dimulai. Para mahasiswa mengikuti pelajaran dengan damai. Why? Karena si pembuat onar masih blum kembali ke kelas. Pasti dosen pun tidak akan bertanya kemana para anak donatur itu berada. Bagi dosen, ketenangan kelas yang jarang dirasakan adalah suatu berkat.
"Okay, anak-anak. Silahkan kerjakan tugas yang ibu berikan. Sampai ketemu minggu depan." Bu Dosen Farida membereskan semua buku yang biasa ia bawa dari atas meja sekaligus berpamitan setelah memberikan ilmu dua jam setengah.
"Siap, Bu." jawab anak-anak serempak, membiarkan dosen mereka meninggalkan kelas.
Beberapa mahasiswa ikut keluar tanpa memikirkan tugas, sedangkan rose memilih stay di kelas mengerjakan tugas untuk menunggu dosen kedua hadir. Meskipun ia bisa menyelesaikan tugas dengan mudah. Tetap saja, dirinya tidak berpikir untuk menunjukkan kemampuannya yang selama ini disembunyikan.
Spidol yang digunakan mulai tidak bekerja. Kemungkinan kehabisan tinta, melihat tulisan yang tidak lagi tebal. Rose mengambil botol tinta, membukanya lalu mengisi spidol dengan trik yang ia punya. Barulah kembali mengerjakan tugas dengan fokus. Tetapi dari sudut ekor matanya. Terlihat langkah geng cantika yang mendekat ke arahnya tanpa suara.
Rupanya, kalian tidak jera. Baiklah. Mari aku tunjukkan cara cantik memancing emosi tak berguna kalian.~batin Rose menyunggingkan senyuman tipis yang hampir tidak terlihat.
Disaat geng cantika mencapai jarak satu meter dari mejanya. Sikap tenang dengan tatapan fokus stand by selalu on, disaat itulah Rose bangun dengan tatapan ke tinta hitam khusus yang ada di atas mejanya. Ia berpura-pura tersandung kakinya hingga menyenggol botol tinta dan terjatuh mengenai sepatu putih milik Sarah.
"....,"
"Pagi menjelang siang anak-anak!" sapa seorang pria dengan lembaran kertas di tangannya. "Bapak ada pengumuman. Tolong dengarkan baik-baik."
"Kampus kita mengadakan pemilihan Senat dan BEM angkatan tahun baru, dan siapapun boleh berpartisipasi. Satu lagi, selama sebulan sebelum hari pemilihan. Silahkan semua partisipan melakukan demo dan mencari pendukungnya masing-masing." jelas pria yang dikenal sebagai Rektor Wisnu, membuat para mahasiswa berbisik.
Dela yang mencerna dengan baik semua pengumuman. Spontan memiliki ide yang lancar tanpa hambatan. Tangannya menarik lengan Sarah, lalu membisikkan sesuatu. Dimana bisikan itu menerbitkan senyum kepuasan yang pasti berarti hal besar akan terjadi.
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢