NovelToon NovelToon
Malam Kelam Bersama Tuan William

Malam Kelam Bersama Tuan William

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: leni nurleni

Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.

Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.

Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.

Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?

Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

"Tuan!" pekik Indra yang saat ini menyadarkan William dari lamunannya.

William memutar bola matanya malas karena Indra berteriak padahal jarak mereka sangat dekat.

"Ada apa?" tanya William malas pada Indra.

"Lihatlah tuan, anda mencari perbincangan hangat di grup pengusaha." Indra menyodorkan ponselnya pada William.

William melihat apa yang Indra perlihatkan, matanya membulat saat melihat beritanya langsung viral di grup pengusaha. Walaupun grup itu privasi tapi tetap saja William akan mendapatkan nilai buruk di mata para pengusaha.

Apa lagi rekan bisnis William dan klien William yang saat ini sudah dimana-mana, takutnya mereka semua membatalkan kerja sama dengan William.

"Siapa yang membagikan ini?" tanya William.

Indra menggelengkan kepalanya. "Saya kurang tau Tuan, tapi mungkin saja yang membagikan ini adalah pria yang sudah mati itu." Indra hanya menduga-duga saja karena selain pria itu tidak ada siapa pun lagi yang tau tentang foto itu.

"Gak mungkin, dia sudah meninggal!" papar William.

"Tuan, mungkin saja dia sengaja memposting berita ini dengan durasi waktu karena dia tau kalau dia akan di tangkap." Indra menebak tapi hal itu juga masuk akal karena mengingat teknologi semakin canggih.

"Apa maksudmu?" tanya William.

"Tuan, kita bisa memposting sebuah cerita atau berita dengan waktu yang sudah kita tentukan, dan mungkin saja pria itu memilih waktu sekarang. Setelah dia meninggal," jelas Indra.

William diam karena ucapan Indra ada benarnya, pria itu sudah meninggal dan tidak ada lagi orang yang tau tentang berita itu. "Sekarang, bagaimana nasib perusahaan ku?" lirih William.

"Tuan, Anda tenang saja karena aku akan hapus berita ini secepatnya," ucap Indra pasti.

William menganggukan kepalanya, dia sangat mengandalkan Indra sekarang. Karena William tidak terlalu tau tentang sosial media, jadi William sangat berharap pada Indra.

"Kepalaku rasanya bercabang, belum selesai masalah Claudya dan sekarang datang lagi masalah baru ini. Cckk, aku merasa ingin hilang saja dari sini!" gerutu William dengan wajahnya yang datar.

Sedangkan saat ini, Rian dan Zidan datang ke hotel William, mereka sepakat mau Mempertanggung jawabkan perbuatan William pada Claudya. Walaupun Zidan tengah berkontribusi dengan William tapi sekarang setelah tau hal ini Zidan tidak perduli lagi kedepannya seperti apa.

Sekarang yang Zidan pikirkan adalah janjinya dahulu pada Claudya, kalau setelah Zidan tau ayah Agnia maka Zidan tidak akan segan-segan membuat orang itu babak belur.

Tapi sekarang Zidan berubah pikiran, dia tidak akan mengotori tangannya untuk membalas William karena sekarang saja William mungkin tengah dihantui oleh para pengusaha kelas atas.

Mereka pergi dari sana untuk bertemu dengan William, terlihat kalau Rian sangat kesal terlihat sekali dari hidungnya yang kembang kempis karena menahan amarah, bahkan Zidan juga bisa melihat dada Rian yang naik turun karena amarah yang ingin sekali pria itu lampiaskan sekarang.

"Rian, apa kita akan langsung masuk kedalam kamarnya?" tanya Zidan.

"Tentu saja, kamu pikir kita akan seharian disini?" tanya Rian dengan suara membentak pada Zidan.

"Ya, aku hanya tanya saja." Zidan langsung berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Rian.

Mereka datang ke salah satu kamar, Zidan begitu hapal kamar William karena Zidan sendirilah yang memilihkan kamar itu. Tapi saat ini mata Zidan menangkap sosok Indra yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Tuan Indra, akhirnya aku bertemu dengan anda. Bisa beri tau aku, apa tuan William ada di kamarnya?" tanya Zidan sesopan mungkin bicara pada Indra asistennya William.

"Ada, silahkan masuk." Indra mempersilahkan masuk kedalam kamar William, Indra paham pada pemikiran Zidan sekarang.

"Ini tidak bisa dibiarkan, pasti mereka datang untuk membuat masalah dengan tuan," batin Indra.

Mereka masuk kedalam, tanpa perhitungan Rian langsung berlari mendekat pada William yang tengah duduk di sofa. Rian dengan berutal memukul William secara membabi buta. Terlihat kalau William tidak bisa membalas karena wajah dan tubuhnya sudah di cecar dengan pukulan oleh Rian.

"Rian, sabarlah dahulu!" teriak Zidan memisahkan Rian agar tidak terus memukul William.

"Kau! Pria bren gsek! Teganya kau menghamili adikku tanpa bertanggung jawab padanya! Dasar gila! Orang tidak waras! Aku harap kau mati sekarang juga!" hina Rian dengan sumpah serapah keluar semua dari mulutnya.

"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya Indra yang melihat William sekarang yang sudah babak belur.

Kekuatan Rian cukup besar karena ulahnya itu membuat William sampai terlihat memar di beberapa bagian wajah tampannya, William meringis kesakitan. Dia langsung berdiri dan menatap pada Rian yang saat ini dipegangi oleh Zidan.

Sungguh Zidan menyesal karena sudah membiarkan Rian memukuli William, walaupun Zidan juga ingin melanjutkannya tapi dia tidak mau menambah beban William.

"Kenapa anda memukuli saya?" bentak William sambil sesekali meringis kesakitan.

"Pria tidak waras! Kau tau kesalahan mu dimana dan sekarang kau bertanya padaku?" Rian hendak mendekat lagi pada William tapi sayangnya Zidan menghentikan hingga Rian langsung terdiam.

William menatap pada Rian dan Zidan secara bergantian, William hanya mampu menghela nafasnya kasar. Dia sungguh tidak ingin berdebat sekarang kalau saja William sedang baik-baik saja mungkin dia akan membalas Rian dan bisa saja William menantang Rian untuk naik ke ring bersama dengannya.

Tapi William memilih untuk diam dan berusaha menyelesaikan ini dengan kepala dingin.

"Kalian duduklah dahulu, aku akan bicara pada kalian." William meminta sambil mempersilahkan kedua orang itu duduk di sofa.

"Tidak ada yang harus di bicarakan karena aku sudah tidak ingin berbicara dengan mu, dasar sampah!" maki Rian.

"Rian, jangan begitu. Kita duduk saja dan dengarkan apa yang akan tuan William katakan!" marah Zidan pada Rian.

Rian akhirnya mau duduk dan bicara dengan William, walaupun Rian masih sangat marah pada William. Sorot mata Rian tidak pernah lepas dari William, sorot mata yang memancarkan amarah itu tidak digubris oleh William.

"Aku bertanggung jawab pada Claudya," ungkap William.

Rian berdecih karena setau Rian selama ini Claudya kesusahan bersama dengan Agnia, kalau saja bukan karena Rian dan Zidan selama ini Claudya sudah sangat kesusahan. Mungkin saja Claudya tidak akan bisa makan karena kekurangan uang.

"Apa yang kamu lakukan pada Claudya? Bertanggung jawab seperti apa? Kalian saja baru bertemu lagi sekarang?" tanya Rian meremehkan.

"Tolong jangan menyalahkan aku!" tegas William mencoba untuk tenang walaupun dalam hatinya berontak ingin sekali membalas perbuatan Rian.

"Kenapa? Karena tuduhan aku benar?" tanya Rian dengan suara yang naik dua oktaf dari biasanya.

"Aku sudah memberikan dia Black card tapi ternyata Claudya membuangnya, malam dimana aku datang ke kampung kalian dengan keadaan tangan terluka karena aku dan Indra mencari black card itu, aku ingin tau dimana Claudya! Jujur saja aku lupa dengan Claudya tapi saat aku datang ke Bandung, ada seorang pria yang memberi tau kalau Claudya ada disini dan aku punya anak dari Claudya," jelas William.

"Lantas, kalau kau berikan Black card pada Claudya. Apa kau pikir itu cukup? Claudya kesusahan selama ini dan itu semua karena kau!" geram Rian.

"Tolong, aku sudah berbaik hati melakukan ini. Dimana ada pria baik seperti ku? Aku ke bar karena ingin membeli seorang wanita dan aku tidak tau kalau yang datang adalah Claudya, aku pikir dia adalah wanita yang aku beli. Jadi salahnya aku di mana?" tanya William yang mencoba mengelak tuduhan Rian.

"Claudya ku, dia wanita baik-baik!" sungut Rian.

"Aku tau, makannya aku memberikan dia hadiah black card, kalau kalian tau malam itu seperti apa kondisi Claudya. Maka kalian akan berpikir kalau Claudya adalah ja lang kecil yang naik ke ranjang setiap pria ...,"

Plak

Tangan Rian sudah lebih dahulu menampar William dan membawa William bungkam, Rian sudah benar-benar sayang pada Claudya. Rian tidak rela kalau ada orang lain yang menghina Claudya dihadapannya. Dimata Rian, Claudya adalah sosok wanita baik-baik yang menjadi korban.

"Sejak anda datang kemari, anda memukul saya lebih dari dua kali. Bagaimana kalau saya melaporkan anda ke polisi?" ancam William dengan tenang.

"Aku tidak perduli!" murka Rian.

Zidan mengerutkan keningnya mendengar ucapan William tadi.

"Tuan, malam itu Claudya dijual oleh sahabatnya sendiri, tapi yang aku dengar dari sahabatnya Claudya. Kalau pria yang sudah membeli Claudya kehilangan Claudya, tapi tuan pertanyaan yang mau aku tanyakan adalah kenapa anda membeli seorang wanita padahal pernikahan anda dan Nona Karisa akan berlangsung satu Minggu lagi?" tanya Zidan.

William menatap pada Zidan.

"Masalah itu adalah urusanku, ada masalah yang tidak bisa aku beritahu pada kalian tentang aku dan Karisa," ujar William.

"Oh, maafkan aku karena bertanya masalah ini," sesal Zidan.

"Sekarang aku mau bertanggung jawab, tolong bantu aku untuk menjadi Ayah Agnia." William memohon pada Rian dan Zidan.

Rian bangkit dari duduknya.

"Tidak akan, aku setuju pada Claudya. Aku tidak mau Agnia punya ayah yang penuh huru-hara seperti mu!" terang Rian.

Rian dan Zidan langsung pergi dari sana karena mereka tidak bisa melakukan apa yang William inginkan, semuanya kembali lagi pada Claudya yang menjadi salah satunya orang yang bisa memutuskan kehidupannya.

1
Adinda
kasihan william
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut
Sri Suhartati
Kecewa
Leni Nurleni: Terima kasih sudah mampir kak.
maaf kalau tidak sesuai dengan keinginan kakak🙏🙏
total 1 replies
Sri Suhartati
Buruk
sunshine wings
Sahabat apa ini,mencelakai teman sendiri.. 😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!