NovelToon NovelToon
101 Days To Be Your Partner

101 Days To Be Your Partner

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:728.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Arrafa Aris

Niat hati, Quin ingin memberi kejutan di hari spesial Angga yang tak lain adalah tunangannya. Namun justru Quin lah yang mendapatkan kejutan bahkan sangat menyakitkan.

Pertemuannya dengan Damar seorang pria lumpuh membuatnya sedikit melupakan kesedihannya. Berawal dari pertemuan itu, Damar memberinya tawaran untuk menjadi partnernya selama 101 hari dan Quin pun menyetujuinya, tanpa mengetahui niat tersembunyi dari pria lumpuh itu.

"Ok ... jika hanya menjadi partnermu hanya 101 hari saja, bagiku tidak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika kamu jatuh cinta padaku." Quin.

"Aku tidak yakin ... jika itu terjadi, maka kamu harus bertanggungjawab." Damar.

Apa sebenarnya niat tersembunyi Damar? Bagaimana kelanjutan hubungan Quin dan Angga? Jangan lupakan Kinara sang pelakor yang terus berusaha menjatuhkan Quin.

Akan berlabuh ke manakah cinta Quin? ☺️☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Kediaman Pak Alatas ...

Di ruang tamu, Bik Yuni sedang duduk di sofa bersama Nyonya Zahirah.

"Bik, katanya ada yang ingin Bibik bicarakan?" tanya nyonya Zahirah.

"Begini Nyonya, saya ingin mengusulkan anak saya menjadi terapis untuk Den Damar," usulnya.

"Maksud Bibik, Naira?"

"Iya, Nyonya. Kebetulan Naira adalah seorang perawat," jelasnya penuh harap.

Nyonya Zahirah, tampak berpikir sekaligus menimbang-nimbang.

"Nyonya, terus terang saja, saya tidak menyukai gadis yang tinggal bersama Den Damar. Saya khawatir gadis itu hanya ingin memanfaatkan Den Damar," tutur Bik Yuni sekaligus memprovokasi.

"Maksudnya?" Nyonya Zahirah mengerutkan kening.

"Gadis itu adalah asisten pribadi Den Damar. Dia akan tinggal di rumah itu selama 101 hari. Mungkin saja mereka berdua ada perjanjian," sambung Bik Yuni.

"Aku nggak akan membiarkan putraku dimanfaatkan. Baiklah, biarkan Naira tinggal di sana sekaligus menjadi terapis untuk Damar. Tolong awasi gadis itu!" tegas Nyonya Zahirah.

"Baik, Nyonya," sahut Bik Yuni dengan girang.

Senyum penuh arti terbit di bibir wanita paruh baya itu kemudian bergumam dalam hati, 'Aku yakin, jika Naira menjadi terapis Den Damar, keduanya pasti akan semakin dekat. Den Damar pasti akan tertarik dengan putriku ketimbang gadis itu.'

.

.

.

Sore harinya ....

saat Quin baru saja membuka pintu mobil, ponselnya kembali bergetar. Saat menatap kontak yang memanggil ia bergumam, "Mr. Brewok."

"Ya, Mr. Brewok, ada apa?" Quin tertawa.

"Ck, kamu ini. Quin apa kamu akan ke taman kota?" tanya Damar.

"Nggak, hari ini aku akan langsung pulang. Kenapa, apa kamu sedang berada di taman itu?"

"Nggak, aku sudah di rumah. Pulanglah, aku menunggumu," balas Damar lalu tersenyum.

"Oke, siap Mr. Brewok!" Quin kembali tertawa sebelum akhirnya memutuskan panggilan telefon.

Sementara itu, di rumah Damar, Naira sedang menghampiri Damar sekaligus menegur pria itu.

"Damar, apa kabar?"

Damar memutar kepala kemudian tersenyum menatap gadis itu. "Naira, kapan kamu kemari? Kabarku baik dan seperti yang kamu lihat sekarang?"

"Tadi siang. Oh ya, Damar, mulai besok aku yang akan menjadi terapismu," kata Naira.

Damar mengangguk pelan. Setelah itu ia menggerakkan tuas kursi rodanya menuju area kolam renang.

Damar tersenyum miris memandangi kolam renang yang berukuran luas itu. Terkenang saat dirinya gemar mengadakan party bersama teman-temannya ditemani gadis-gadis seksi bertubuh aduhai.

Namun, sekarang semuanya telah berubah sejak ia duduk di kursi roda. Dirinya nyaris tak dikenali karena sengaja merubah penampilannya.

Tak lama berselang, Quin yang baru saja tiba melangkah masuk ke dalam rumah. Tanpa sengaja ia malah menabrak seseorang.

"Aduh! Punya mata nggak sih?!"

"Ah, maaf aku nggak sengaja," ucap Quin.

"Makanya kalau jalan perhatikan langkahnya! Kek orang buta saja!" bentak Naira.

"Heh, apa kamu nggak dengar? Aku kan sudah bilang MAAF," bentak Quin balik dengan perasaan geram. "Sepertinya telingamu yang bermasalah!"

Mendengar ada keributan, Damar menghampiri keduanya lalu bertanya, "Quin, Naira, ada apa ini?"

"Aku nggak sengaja menabrak gadis itu. Aku sudah meminta maaf. Dianya malah marah seolah tak terima, aneh," jelas Quin.

"Hanya hal sepele rupanya. Oh ya, Quin, perkenalkan ini Naira anaknya Bik Yuni. Dia yang akan menjadi terapisku," tutur Damar.

'Cih, aku mengira siapa tadi. Seolah-olah dia pemilik rumah ini saja,' batin Quin merasa geram.

"Aku Quin, asisten pribadinya Damar." Seusai memperkenalkan diri, Quin langsung berlalu meninggalkan Naira juga Damar.

Sesaat setelah masuk ke kamar, Quin menggerutu kesal. "Nyebelin banget hanya akan menjadi terapis saja angkuhnya nggak ketolongan!"

Quin merebahkan tubuh lelahnya ke atas ranjang. Memejamkan mata sebelum akhirnya ia malah ketiduran.

Beberapa jam kemudian, Quin merasa pipinya seperti dielus seseorang. Dengan spontan ia menahan tangan itu.

"Sayang," ucapnya lirih lalu membuka mata. "Damar." Quin perlahan merubah posisi menjadi duduk.

'Quin, aku berharap saat aku menyentuh pipimu lagi, kamu menyebut namaku,' batin Damar sembari memandangi Quin yang kini duduk di sampingnya.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Quin dan Damar menggelengkan kepala.

Quin beranjak dari ranjang. Gadis itu memilih duduk di lantai lalu menyentuh telapak kaki Damar.

Dengan lembut, Quin mulai memijat telapak kaki Damar kemudian beralih ke betis pria itu. Sesekali ia mendongak menatap wajah Damar sambil bercanda.

"Ternyata kamu bisa memijat juga, ya," kelakar Damar lalu tergelak.

"Lumayan soalnya aku belajar dari YouTube. Mudah-mudahan ini sedikit membantu," kata Quin. "Oh ya, apa Adrian sudah membeli kruk untukmu?"

"Ya, benda itu ada di kamarku."

"Mulai besok sebaiknya kamu menggunakan kruk itu sambil menjalani terapi. Tapi, jika kamu merasa lelah bisa beralih ke kursi roda. Aku sarankan terapinya selama 30 menit untuk melatih otot-otot kaki juga syarafmu," tutur Quin.

Damar sedikit membungkuk kemudian berbisik, "Aku merasa kamu lebih cocok menjadi terapisku."

Quin mendongak sehingga jarak wajah keduanya begitu dekat. Sedetik kemudian Quin tersenyum.

"Aku bukan ahli terapis. Tapi, seorang designer," bisik Quin. Keduanya kemudian tertawa.

Quin juga Damar tak menyadari, sejak tadi Naira terus memperhatikan gelagat mereka berdua. Perasaan cemburu seketika merasuki gadis itu.

Naira sengaja berdehem sekaligus membuat Quin juga Damar langsung menoleh ke arahnya.

"Naira, ada apa?" tanya Damar dengan kening berkerut tipis.

"Nggak apa-apa," jawab Naira seraya menghampiri Damar. Akan tetapi, ketika mengarahkan tatapannya kepada Quin, sang perawat memasang wajah judes.

'Ada apa dengannya? Seolah-olah aku ini seorang kriminal,' gerutu Quin dalam hati.

"Biar aku bantu," tawar Naira. Akan tetapi Damar menolak sesaat setelah ia berpindah duduk ke kursi roda.

Setelah Damar juga Naira meninggalkan kamarnya, Quin memilih masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan tubuh sekaligus mendinginkan kepalanya.

.

.

.

Mansion Wibowo ....

"Angga, besok mama dan papa akan mengadakan pesta anniversary pernikahan. Jangan lupa mengajak Quin menghadiri pesta itu besok," tutur Bu Meilan.

"Iya, Mah," sahut Angga dengan pandangan tertunduk.

"Angga, mama sangat berharap Quin bisa hadir. Lagian sudah lama mama nggak bertemu dengannya," tutur Bu Meilan lagi penuh harap.

Angga mengangguk kemudian bertanya, "Papa, Kak Altaf juga Kak Karin ke mana? Kok, sejak tadi aku nggak melihat mereka?"

"Papa dan Altaf mungkin sebentar lagi akan pulang. Sedangkan Karin sudah pulang tadi sore dijemput sama suaminya," jelas Bu Meilan."

Angga kembali mengangguk kemudian beranjak dari sofa. "Mah, aku ke kamar dulu, malam ini aku menginap," kata Angga.

Sesaat setelah berada di kamar, ia langsung berbaring. Menatap langit-langit kamar sambil berpikir. "Bagaimana jika Quin menolak? Tadi siang saja dia begitu dingin kepadaku. Semoga saja dia melunak jika menyangkut dengan mama."

Tak lama berselang ponselnya bergetar. Saat menatap kontak yang memanggil ia memilih mengabaikan. Terus seperti itu sehingga benda itu berhenti bergetar dengan sendirinya.

Sedangkan orang yang menghubunginya terlihat begitu kesal juga jengkel. Karena saat ini ia sedang berada di depan pintu apartemen Angga.

"Kok, nggak dijawab? Ngeselin banget sih?!" gerutu Kinar. Memandangi daun pintu di hadapan kemudian memilih meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Quin yang sejak tadi memilih ke rooftop, masih fokus menatap layar laptop. Sedetik kemudian ia menutup benda itu kemudian merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal.

"Ahirnya selesai juga. Besok tinggal di eksekusi."

Ia beranjak dari tempat duduk. Menghampiri pagar kaca lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Heh, sedang apa kamu di sini?" tanya Naira dengan nada ketus.

Quin mengerutkan kening seraya memutar badan. "Namaku bukan heh, tapi Quin. Kamu nggak lihat aku lagi ngapain?!" balas Quin, balik bertanya dengan senyum sinis.

Naira memutar bola matanya malas lalu mendorong bahu Quin. "Jangan pernah mencoba mengambil kesempatan apalagi memanfaatkan Damar!" ancam Naira.

"Aku? Memanfaatkan dan mengambil kesempatan kepada Damar?" tanya Quin sambil menunjuk dirinya sendiri. "For what? Aku hanya asisten pribadi dan sama sekali nggak ada niat seperti itu!"

"Setahuku asisten pribadi nggak harus sedekat itu juga dengan Damar!" protes Naira tak suka.

Quin mengerutkan kening, menyipitkan mata kemudian tersenyum sinis.

"Aku merasa sebagai asisten pribadi itu hal yang wajar. Lalu, apa masalahnya? Aku malah curiga jika kamu menyukai Damar," tebak Quin dengan senyum sinis.

Tebakan Quin seketika membuat Naira gugup sekaligus menjadi salah tingkah.

'Huh! Dari gelagatnya saja sudah ketahuan jika dia memang menyukai Damar. Daripada sama dia mending Damar sama Al saja,' batin Quin.

...----------------...

1
Memyr 67
ternyata nyonya zahira nyonya goblog. sudah 91 hari tapi tidak tau apapun tentang asisten pribadi anaknya.
Nanik Winarni
Luar biasa
Memyr 67
pasangan ibu dan anak bodoh. bi yuni dan naira. mimpi ketinggian. tapi biar saja, biar merasakan sakitnya sewaktu jatuh.
Memyr 67
hmmmh alur lambat ya?
Memyr 67
janji gombal angga. bilang sebelumnya, yg terakhir dengan kinara, malah diulang lagi
Memyr 67
kalau nyonya zahirah cerdas, selidiki donk quin. kalau berhubungan dengan harta, pelayan setia bisa tidak jujur juga.
Memyr 67
angga nggak mau jujur sih. nikmati saja kebohonganmu ke quin sampai entah kapan.
Memyr 67
mampir. awal yg menarik
min hana
tes
Ayu Wulansari
Luar biasa
Siti Masitah
quin..seperti ani ani tanggung
Siti Masitah
lepas dari biawak di tampung buaya...hadeeh ..quin..quin
Siti Masitah
bangke
Siti Masitah
pembokat gk tau diri
Ade Salamah Alam
thor maaf aku baru nemu novel nya..novel nya bagus tp maaf nih mau nanya aku yg salah atau memang dr part 45 langsung lloncat part 78 part 46-77 nya engga ada?
Dewi Dama
Luar biasa
Ria Pohan
perempuan kl sdh kecewa, sulit untuk percaya. kok gitu tah????!!!
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Nurlaila Hasan
kereen,,
Bu Dewi
berasa kurang, anak2 nya blm besar dan bgm pertemanan anak2 mereka...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!