Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 13
“Hiz... Dasar...” dia kesal lalu beranjak ke jendela. Dia membuka gorden nya dan mengisyaratkan Tora untuk diam. “Shh.... Semua orang sedang tidur,” tatapnya tapi Tora malah mengisyaratkan seperti dia tak dengar.
“Aku tak bisa mendengar mu.”
“Ck... Dasar...” Leandra mengepal tangan kesal, lalu dia menoleh ke meja belajar nya tadi dan mengambil buku tulis dan menulis sesuatu dengan pensil nya membuat Tora menatap diam.
Lalu Leandra menunjukkan tulisan nya, tulisan yang cantik dan khas tulisan seorang gadis yang feminim, tapi isinya membuat Tora terdiam.
“Pergilah atau aku akan memanggil polisi.”
Itu kalimat yang tertulis dengan ekspresi Leandra yang mewakili.
Lalu Tora mengeluarkan ponsel dan mengetik di catatan, kemudian menunjukan layar ponsel nya pada Leandra yang membaca apa yang di ketik Tora.
“Aku punya sesuatu untuk mu.”
Leandra yang membaca itu menjadi terdiam. “Dia menemukan ponsel ku? Hm.... Agak berbeda... Mungkin dia mau memberikan itu,” ia agak bingung.
“Itu ponsel ku?” Leandra menatap, kali ini dia bicara sambil menunjuk.
Lalu Tora mengetik lagi. “Buka dulu kacanya.”
“Ck... Dasar...” Leandra kembali kesal. Lalu menulis lagi dan menunjukan nya pada Tora. “Aku akan membuka kacanya sedikit, jadi kamu bisa memberikan nya padaku.”
“Kay,” Tora membalas dengan ketikan nya.
Lalu Leandra meletakan buku nya dan berjalan mendekat ke jendela dan membukanya. Tapi siapa sangka, ada sepasang mata bercahaya licik di topeng Tora.
Seketika Tora mendorong pelan jendela itu membuat Leandra terkejut. “Hei!” dia menjadi mundur waspada.
Tora memegang jendela atas dan masuk menginjakkan sepatunya di dalam. Bahkan langsung masuk begitu saja menatap Leandra yang terdiam menengadah seperti gadis kecil menatap raksasa di hadapan nya. Bahkan kepala Tora menyentuh langit-langit sedikit.
“E... Er... Em...” Leandra menjadi tampak agak takut. Tora terdiam menatap ekspresi itu lalu membungkukkan badan mendekat dengan topeng yang dekat membuat Leandra terkejut.
Tapi Leandra kesal dan langsung mendorong nya. “Aku tidak menyuruhmu masuk... Keluarlah... Kau tak boleh berada di sini sekarang...” dia mendorong sekuat tenaga tubuh Tora dari depan.
Tapi mendadak Leandra terkejut menutup hidung dan mulutnya. “Ump!! Bau apa ini astaga!! Bau mu seperti babi hangus...! Keluar dari sini sebelum seluruh ruangan terkena baunya!”
Tapi Tora hanya menghela napas panjang dan mendorong pelan Leandra. “Kau hanya membuang tenaga mu yang bahkan tak cukup kuat mendorong ku,” karena dorongan pelan itu bahkan membuat Leandra langsung terjatuh di ranjang. “Ah... Hizz.... Kamu!! Aku akan memberitahu polisi agar kamu di tangkap!!”
“Kita berdua akan ikut terlibat,” Tora langsung mengatakan itu membuat Leandra terkejut.
“Hah?! Kita berdua! Kenapa aku juga?!”
“Petugas keamanan itu, kau tidak membiarkan nya melakukan tugas nya,” balas Tora sambil berlutut di bawah ranjang membuat Leandra terkejut, bahkan Tora memegang kaki Leandra, dia seperti menatap lutut Leandra yang tampaknya masih tertutup penutup luka.
“Kenapa tidak di amputasi?” dia mulai bercanda.
“Cih, ini semua salah mu, ini masih sakit hingga sekarang…”
“Yah, paling tidak, pahamu masih mulus,” Tora kembali berdiri dan menatap sekitar. Sambil melanjutkan perkataan nya tadi. “Kau harusnya mendapat ucapan terima kasih dari kami, karena kau menggagalkan petugas keamanan itu... Meskipun itu bisa bahaya untuk dirimu.”
Seketika Leandra mengingat apa yang dia lakukan saat itu. “Tapi... Tapi aku hanya tak ingin ada darah...”
“Kenapa? Kau tak suka darah? Kau hanya harus terbiasa.... Begitupun juga dengan kegelapan yang kau takuti,” tatapnya.
“Ah, dari mana kau tahu hal semacam itu!!” Leandra menatap panik.
“Bukankah kau menunjukan nya sendiri padaku ketika di taman itu, sikap mu aneh sekali... Kau hanya harus terbiasa...”
“Berisik, kau tahu apa memang nya?!” Leandra langsung menyela. Tapi ia terkejut melihat Tora berjalan mendekat ke kucing nya yang ada di meja.
“Tidak, jangan! Jangan sakiti mereka!”
“Kenapa? Aku hanya ingin mengambil ini,” Tora rupanya mengambil buku tulis milik Leandra tadi.
Tapi mendadak Leandra menjadi berwajah merah. “Jangan!” dia langsung berlari mendekat, tapi dia lupa bahwa Tora lebih tinggi darinya, dia mengangkat bukunya ke atas membuat Leandra mencoba mengambilnya. “Ugh... Berhenti mempermainkan ku!! Berikan bukunya!! Jangan di baca!!”
“Baca? Ok, aku akan baca,” Tora malah menganggap itu perintah lalu dia membuka buku itu, siapa sangka, itu adalah tulisan tangan yang membentuk cerita novel, sangat banyak sekali bahkan tulisan yang begitu rapi.
“Wou… Kau begitu berbakat membuat tulisan rapi dan juga, apakah ini novel... Sayang nya aku agak tak bisa membacanya tapi tulisan mu bagus,” dia memberikan bukunya membuat Leandra langsung mengambil itu dengan kesal dan wajah yang merah malu.
“Kupikir kau mengerjakan tugas sekolah atau apapun itu,” tatap Tora.
“Buat apa mengerjakan tugas sekolah di hari libur... Dasar!” dia berbalik dan menyimpan buku itu di lemari bajunya.
Tapi ia kembali mendengar Tora melakukan sesuatu yakni membuka rak meja belajar.
“Kamu!! Sudah cukup masuk ke sini! Apa kau tahu kau tak boleh masuk ke kamar wanita!” Leandra kesal.
“Aku tidur di atap, dan ini beresiko, jadi mungkin aku tak pernah masuk ke kamar seperti ini,” Tora memegang langit-langit dengan tangan nya.
“Hmp, jangan salahkan kamar ini, tubuh mu saja yang gede...”
“Aku tidak gede, aku hanya bugar, tidak seperti mu,” kata Tora sambil mengambil buku tebal di sana. “Kau juga membaca buku? Pengetahuan?” dia membaca judul buku itu.
“Ck, kau tadi bilang apa?! Maksudmu aku tidak sehat juga? Hanya karena aku ramping?”
“Aku tidak berpikir kau tidak sehat, justru kau ideal, dada besar, pinggang ramping, perut kecil--
“Hei, berhentilah!” Leandra langsung menyela.
“Baiklah... Bisa jawab pertanyaan ku tadi? Kau suka membaca buku pengetahuan?” Tora memberikan buku tebal itu.
“Yah, memang nya kenapa?!”
“Kau pasti bersekolah tinggi, tapi yang kulihat, di distrik ini, memangnya ada sekolah tinggi,” dia menggunakan nada bercandanya membuat Leandra benar-benar kesal.
“Kamu, menyebalkan! Aku tidak berasal dari distrik ini, dan lihat saja, suatu hari nanti, aku akan pergi!” dia menatap seperti mengamuk.
“Baiklah terserah...” Tora terlihat berjalan ke tempat tidur, lalu dia melihat gelas berisi air itu dan mengambilnya, siapa sangka dia langsung meminum nya dan terbaring di tempat tidur Leandra dengan posisi kaki yang tidak masuk ke ranjang.
“Hah?! Apa yang kamu lakukan!” Leandra terkejut melihat nya terbaring di ranjang nya.
“Aku haus...” balas Tora.
Leandra masih sangat kesal, tapi di sini, dia belum menyadari bahwa Tora minum air di gelas yang ia siapkan tadi.