Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKHIR HIDUP ANASTASYA
Setelah meminum teh yang disuguhkan, Anastasya merasa tubuhnya terasa tak nyaman sehingga diapun menggeliat seperti cacing kepanasan.
“Ada apa denganku? Kenapa tubuhku terasa sangat panas dan tidak nyaman seperti ini?”,batinnya gelisah.
Apa yang Anastasya minum telah membuat jin jahat yang berada dalam dirinya pun beringsut keluar dari dalam tubuhnya.
Friska yang kedua matanya telah diusap menggunakan air yang telah Nayla beri doa pun bisa melihat asap hitam perlahan keluar dari tubuh Anastasya dengan kedua mata terbelalak lebar.
Asap hitam yang keluar melalui kepala Anastasya yang semula kecil perlahan mulai membesar dan membentuk wajah seorang wanita yang menyeramkan dengan mulut terbuka lebar.
“B*****t! Jangan ikut campur!”\, hardiknya kasar.
Nayla yang melihat ada bahaya segera menarik tubuh Friska agar tersembunyi dibelakang tubuh mungilnya dan mulai menggumankan beberapa doa menggunakan bahasa jawa dengan cepat.
“Arghhh! Panas! Panas!”, teriaknya kesakitan.
Sambil berteriak kesakitan, kepulan asap hitam tersebut terus keluar dari pucuk kepala Anastasya, berusaha untuk menyempurnakan bentuknya.
Nayla terus melantunkan doa yang entah sejak kapan mengalir lancar melalui mulut munggilnya, membuat asap hitam yang hampir sempurna merubah wujudnya itu terbakar dan hilang dalam udara.
Anastasya yang sadar jika penjaga dirinya telah musnah pun segera menoleh kebelakang dengan cepat.
Tak ada lagi wajah cantik yang selama ini Anastasya banggakan karena sekarang yang terlihat hanya wajah buruk penuh luka dan nanah sedang menatap Nayla dan Friska penuh dendam.
“Azzam! Azzamlah yang seharusnya mati, bukan Dion!”, teriaknya menggelegar.
Kuku panjang Anastasya yang semula berwarna merah kini telah berubah menjadi hitam sepenuhnya yang menandakan tubuh wanita itu telah dikuasai oleh iblis yang dia pelihara selama ini.
Melalui isyarat mata, Nayla menyuruh Winata untuk membawa Friska kedalam kamar Azzam dan menunggui pemuda itu sementara dirinya disini akan bertarung dengan Anastasya yang telah dirasuki oleh roh jahat.
“Jadi, hanya segini kemampuanmu”, ucap Nayla mengejek sambil menghindari serangan Anastasya yang kerasukan dengan santai.
Anastasya yang telah dikendalikan oleh roh jahat pun menyerang Nayla secara membabi buta, berusaha untuk mencabik-cabik wajah dan tubuh gadis itu dengan kuku tajamnya yang beracun.
Tapi sayangnya, gerakan Nayla lebih gesit, membuat serangan yang datang kepadanya mampu dihindari dengan mudah.
“Untung saja aku telah rutin berolahraga sehingga tubuhku tak lagi kaku”, guman Nayla puas melihat hasil kerja kerasnya selama beberapa minggu ini berhasil.
Anastasya yang merasa terpojok pun segera melemparkan sebuah bungkusan yang berisi tali pocong dan tanah kuburan ke udara.
Begitu tanah tersebar, puluhan pocong muncul dan langsung menghilang setelah mendapatkan perintah, menuju kearah dimana kamar Azzam berada.
“Sial, aku harus memperingatkan Kunti agar waspada”,ucap Nayla yang langsung berteriak dalam hati memanggil Kunti yang segera merespon panggilannya.
“Siap. Kamu tenang saja, akan aku hadapi para pocong sialan itu!”, jawab Kunti geram.
Setelah menjawab panggilan Nayla, puluhan pocong terlihat berada diluar kamar Azzam yang langsung berhadapan dengan taman samping kediaman.
Melihat musuh telah datang, Kunti pun meninggalkan Azzam didalam kamar bersama kedua orang tuanya sementara dirinya keluar untuk bertarung.
“Dasar pocong tak tahu aturan! Pergi kalian dari sini!”, ucap Kunti sambil berusaha memukul mundur para pocong yang terus bergerak maju, berusaha mendekat ke jendela kamar Azzam.
Kunti cukup heran, melihat pocong yang menyerangnya seakan tak pernah habis, hingga tanpa sadar dia pun mulai kelelahan.
Nayla yang sadar jika kekuatan Kunti mulai melemah pun berusaha untuk segera menyelesaikan pertarungannya dengan Anastasya.
Para pelayan yang menyaksikkan pertarungan tersebut hanya mampu bersembunyi dibalik tembok pembatas anatara ruang tamu dan ruang keluarga dengan tubuh gemetaran.
“Kamu sih Sum, ngapain tadi ngajak lihat. Sekarang kita tak bisa bergerak dan lari dari sini”, ujar bi Wati, rekan bi Sumi ketakutan.
Nayla tak menyangka jika lawannya cukup sulit dihadapi sehingga diapun terpaksa menggunakan cara curang untuk mengalahkannya.
Dari balik saku celananya, dia mengeluarkan tubukan beras ketan yang telah dicampur kunyit kea rah wajah Anastasya, membuat wanita itu kesakitan dan kehilangan fokus.
Untuk melenyapkan seluruh kekuatannya, Nayla menggunakan sisa air daun kelor yang tadi dia pergunakan untuk campuran teh yang diminum oleh Anastasya, menyiramkan langsung ke kepalanya,membuat wanita itu berguling-guling kesakitan dilantai.
“Sakit!sakit sekali! Arghhhh!”
Teriakan tersebut mengakhiri pertempuran sengit malam ini. Begitu roh jahat itu keluar, Anastasya pun jatuh tak sadarkan diri dengan wajah hancur penuh nanah.
Nayla yang mendengar pertempuran sengit di taman samping kediaman pun segera melesat kesana untuk membantu Kunti yang kini sudah kelelahan menahan seranga para pocong yang terus berdatangan.
Tak ingin membuang banyak waktu dan tenaga, Nayla segera melemparkan beras ketan yang telah dicampur dengan kuyit kearah para pocong yang langsung berubah menjadi asap begitu beras ketan dicampur kunyit tersebut mengenai tubuhnya dan menghilang bersama angin yang berhembus.
“Fyuhhh...untung kamu cepat datang. Aku sudah kuwalahan menghadapi mereka”, ucap Kunti sambil duduk selonjoran dengan nafas kembang kempis.
Nayla yang baru pertama kali bisa melihat wujud Kunti pun bergerak mendekat, untuk melihat jelas teman yang selama ini mengikutinya.
Kunti yang dilihatin dari dekat oleh Nayla pun segera mendongak, “Ada apa?”, tanyanya.
Nayla terdiam sambil mengamati wujud Kunti yang baginya tak terlihat semenyeramkan seperti yang ada dalam film-film yang pernah dia tonton.
Bahkan menurut Nayla, penampilan Kuntina, teman Kunti yang disuruh menjaga apartemennya lebih menyeramkan dengan rambut gimbal dan kedua lingkar mata hitam dengan bola mata putih sepenuhnya, berpakaian putih lusuh dengan aroma bunga kantil yang sangat kuat,membuat siapa saja yang berdekatana akan merinding seketika
Sementara penampakan kuntilanak didepannya ini, bukan hanya tak menakutkan tapi sedikit lucu menurut Nayla, hingga membuatnya tanpa sadar terkekeh pelan.
Kunti yang penasaran dengan apa yang dilihat Nayla pun kembali bertanya, “Ada apa? Kenapa kamu tertawa setelah menatapku seperti itu?”.
Melihat wajah Kunti yang penasaran terlihat semakin lucu seperti anak kecil dengan bedak tebal dan rambut kusut khas bayi baru bangun tidur, tawa Nayla pun meledak seketika, membuat Kunti yang sedari tadi bertanya tak dihiraukan mulai mengerucutkan bibirnya.
“Aku tak menyangka jika penampakan wujudmu ternyata selucu ini”, ucap Nayla pada akhirnya, karena tak tahan melihat bibir Kunti yang semakin maju itu.
Kunti yang dibilang lucu pun hanya bisa mendelik marah, namun hal itu justru semakin membuat tawa Nayla semakin keras.
Terus ditertawakan oleh Nayla, Kunti pun ngambek dan berjalan keluar taman, membuat Nayla tersadar dan segera meminta maaf, tapi diacuhkan oleh Kunti yang terus melenggang tanpa menoleh kebelakang.
“Sorry...sorry. Habis wajahmu lucu banget sih. Beda sekali dengan kuntilanak yang selama ini aku tahu”, ujar Nayla sambil menyeka sudut matanya dengan ujung jarinya.
Tak mendapat respon, Nayla yang hendak mencari Kunti menghentikan langkahnya ketika melihat Winata datang menghampirinya.
“Bagaimana dengan Anastasya. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”, tanya Winata dengan ekpresi serius.
“Sekarang, semua kekuatan yang dia miliki telah lenyap. Jadi, om bisa melakukan apapun terhadapnya”, ujar Nayla.
Winata yang sudah tahu apa yang akan dia lakukan pun segera menyuruh anak buahnya untuk membawa Anastasya ke gudang belakang rumah yang terpisah jauh dari kediaman utama.
Para pelayan dan pekerja yang melihat wanita yang berusaha mencelakai keluarga tersebut dibawah ke gudang belakang hanya bisa bersimpati dalam hati karena mereka sangat tahu, tak ada hal baik yang akan terjadi jika seseorang telah dibawah kesana.