Apa jadinya jika seorang gadis remaja berusia 16 tahun, dikenal sebagai anak yang bar-bar dan pemberontak terpaksa di kirim ke pesantren oleh orang tuanya?
Perjalanan gadis itu bukanlah proses yang mudah, tapi apakah pesantren akan mengubahnya selamanya?
Atau, akankah ada banyak hal lain yang ikut mengubahnya? Atau ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23 - Tawanan Pesantren
~💠💠💠~
Suasana di lorong pesantren semakin menegang. Hujan rintik-rintik pun mulai turun, membasahi halaman luar dan membuat udara terasa lebih dingin. Namun, di dalam ruangan itu, hawa panas perdebatan masih terasa.
Semua mata kini tertuju ke tiga santri laki-laki yang berdiri di belakang.
Salah satunya adalah Rehan, ia berdiri di tengah dengan postur tegap, dengan suaranya yang tenang dan tegas ia berkata, "Aku bisa jadi saksi. Karena kebenarannya, Miska tidak hamil. Mereka hanya menyebar gosip yang tidak benar."
Para santriwati pun langsung menundukkan kepalanya. Meski beberapa dari mereka hanya berani mencuri pandang, karena menatap santri laki-laki secara langsung itu dianggap tabu.
"Rehan?," seru ustadzah Siti.
Rehan pun mengangguk mantap. "Iya, Ustadzah. Aku mendengar sendiri, mereka merencanakan ini untuk menjebak Miska," jelasnya.
Zoya dan Sarah langsung tersentak. Wajah mereka pucat, mata mereka melebar penuh ketakutan.
"I-itu tidak benar, Ustadzah!," ujar Zoya mencoba membela diri, meski suaranya terdengar bergetar.
Namun, Sarah yang lebih lemah mentalnya langsung menunduk dan tidak bisa berkata apa-apa.
"Benar tidaknya bisa kita buktikan nanti di ruang pendisiplinan," tegas Ustadzah Siti sambil menatap kedua santri itu dengan penuh kekecewaan.
Lalu, dua ustadzah lain segera menggiring Zoya dan Sarah ke ruang pendisiplinan. Sementara para santri yang tadi berkerumun perlahan bubar, dan masih bergumam membicarakan kejadian itu.
Namun, di tengah hiruk-pikuk yang mulai mereda, Miska justru diam. Lalu, matanya perlahan melirik ke arah Rehan, kemudian tanpa ragu ia berjalan mendekatinya.
Ketiga santri laki-laki itu pun langsung tampak canggung. Salah satu dari mereka yang bernama Dani bahkan langsung menyikut lengan Rehan, seakan menyuruhnya mundur.
"Tunggu... dia beneran mau nyamperin kita?," bisik Dani panik.
"Astaghfirullah... ini kan bahaya, Rehan!," bisik santri satunya yang bernama Amar, dengan wajahnya yang sudah mulai merah.
Tapi Rehan tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam dan menunggu apa yang akan dilakukan Miska.
Begitu berada tepat di depan Rehan, Miska pun berhenti. Dengan ekspresi datar, ia hanya menatap Rehan, lalu berkata santai,
"Terima kasih."
Hanya dua kata. Singkat, tapi langsung membuat ketiga santri laki-laki itu semakin canggung.
Dani dan Amar langsung menunduk, seakan tidak ingin terkena masalah. Sementara Rehan, hanya diam sejenak lalu mengangguk singkat.
Tidak menunggu balasan apa pun. Miska langsung berbalik pergi dengan langkah tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.
Namun, begitu Miska sudah cukup jauh, Dani dan Amar langsung menarik lengan Rehan.
"Astaghfirullah, Rehan!," bisik Dani panik. "Miska itu cewek terkenal paling nyeleneh di pesantren ini. Kenapa kamu malah nolongin dia?."
"Bener! Kalau Ustadz sampai tahu, bisa kena peringatan kita!," timpal Amar seraya mengangguk cepat.
"Aku cuma berkata jujur," jawab Rehan.
"Iya, tapi tetap aja, Rehan!," dengus Dani seakan frustrasi.
"Gawat. Miska itu kayak badai. Kalau dia udah nyamperin kita lagi, bakal ada masalah baru," tambah Amar sambil menyikut lengan Rehan lagi.
Namun, saat ini Rehan hanya menatap ke arah Miska yang semakin menjauh, lalu berkata pelan,
"Kita lihat saja nanti. Dan untuk berita tentang kehamilan seseorang di pesantren ini sepertinya memang benar adanya," ujar Rehan.
"Apa!!."
"Apa maksudmu Rehan?."
"Sttt! Kita belum tau kepastiannya. Jadi, jangan sampai hal ini jadi keributan lagi sebelum kita punya bukti."
"Tapi, apa benar bukan Miska?."
"Tentu saja bukan."
"Rehan, kamu yakin sekali. Kamu kan tidak tau lebih banyak tentangnya."
"Entahlah...."
BERSAMBUNG...