Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan untuk Ayah!
Sosok yang disebut pangeran itu terpaku mantap Qian yang duduk manis bersama ayahnya. Dia melebarkan matanya, seolah memastikan apa yang dilihatnya. Tapi ketika mata nya mengecil ataupun membesar, itu sama saja. Sosok manis dengan gaun merah itu tetap berada di sana dengan tersenyum manis.
"Siluman pendek...." Ucapnya.
"Apa? Kau bilang sesuatu?" Tanya teman nya.
"Dia....."
"Dia itu putri seorang jenderal. Ternyata dia yang terlibat dengan putri Shiba tadi."
Seketika tangannya mengepal karena bertemu kembali dengan Qian yang mengatainya anak kecil dan mengigit tangan nya.
'Aku akan balas dia.... Siluman pendek!'
"Apa dia melakukan sesuatu padamu adikku?"
"Tidak kak, dia pergi setelah mengatakan kalau kami tidak sopan pada yang lebih tua. Padahal itu hanya pengasuh nya saja." Ucap adiknya. Tuan putri itu sudah berbesar hati untuk berkenalan dengan Qian, tapi justru respon yang diterimanya tidak baik.
"Ya, bukan hanya itu. Dia juga bilang dia memiliki keterampilan memanah. Seperti anak laki-laki saja."
"Dia bilang padamu?"
"Iya, dia bilang padaku dan teman-temanku. Bukankah itu mustahil? Atau dia terlalu mengada-ada."
"Mungkin saja."
Pembicaraan mereka terhenti ketika keluarga kerajaan Xang datang. "Orang tua mu!" Pangeran dia itu langsung mengambil posisi untuk mengikuti kedua orang tua dan juga keluarga nya.
Mendengar kehadiran keluarga kerajaan Xang, Qian menggerakkan kepalanya untuk melihat. Dia penasaran bagaimana keluarga kerajaan ini. Tentu saja begitu anggun dan berwibawa, mereka menggunakan pakaian yang senada bewarna emas dan hitam. Itu sangat indah.
Semuanya diam sembari menunggu kaisar sebelumnya menaiki tahta nya. "Aku ucapkan terimakasih atas kehadiran kalian semuanya. Hari ini adalah hari istimewa bagi kerajaan Xang, karena putraku.... Yang akan melanjutkan mengurus istana." Pria yang sudah dimakan usia itu memberikan sepatah dua katanya.
"Aku berharap, kalian merasa senang berada disini." Lanjutnya kembali.
"Baiklah, tidak perlu diundur lagi, aku...... Kaisar Cong San, hari ini mengumumkan bahwa putraku jenghis San, akan melanjutkan tahta berikutnya dengan ditemani oleh permaisuri Bai Ling." Terlihat seorang pria dan wanita berjalan seiringan dengan ditemani tabuhan gendang menuju tahta kerajaan.
Semuanya diam dengan khidmat mengikuti acara ini. Mahkota itu langsung berpindah tempat serta pedang yang merupakan warisan dari keluarga melekat di tangan nya. Selepas mahkota itu berada di posisinya, semua hadirin bertepuk tangan dan rakyat menyerukan raja mereka yang baru. Hall ini begitu besar dengan dibangun diantara yang paling tinggi, agar rakyat bisa menyaksikan kebahagiaan di istana.
"Hidup raja jenghis San! Dan permaisuri Bai Ling!"
"Wah, ayah dan ibumu sudah duduk di tahta. Kenapa kau tidak kesana?" Tanya anak itu pada temannya.
"Tidak perlu, ini hari ayah dan ibuku. Aku disini saja." Jawab nya sembari menatap penuh bahagia pada kedua orang tuanya.
Setelah acara utama selesai, acara hiburan langsung dimulai. Terlihat beberapa penari yang anggun memasuki panggung dan memulai tarian mereka. Para tamu juga menikmati jamuan yang telah disediakan.
Qian hanya melihat sekilas dan lebih tertarik kepada makanan yang beberapa tidak ia temui di tempatnya. "Apa ini?" Tanya Jun Hui ketika seorang pelayan mendekat dengan sesuatu yang dibawanya.
"Maaf jenderal, tapi ini adalah bagian dari acara. Para putri dan putra dari kerajaan yang diundang bisa ikut memeriahkan acara dengan menunjukkan potensi yang dimiliki. Ini tidaklah wajib, jika putri jenderal berminat." Jelas pelayan itu.
"Qian ingin berpartisipasi?" Tanya Jun Hui pada putrinya.
Gadis kecil itu berpikir... "Apa jika bermain musik akan ada alat nya?" Tanya nya.
"Tentu nona. Istana menyediakan nya." Jun Hui berpikir, mungkin putrinya ingin bermain musik seperti istrinya yang ahli dalam bidang itu.
"Qian ingin......"
"Kalau begitu aku ingin memanah! Apa ada?" Sontak jawaban putrinya membuat Jun Hui terkejut, begitu juga dengan pelayan itu.
"Untuk kakaknya ya?" Tapi Qian menggeleng.
"Alatnya ada tidak?"
"Alatnya ada, kalau begitu tulis nama kakaknya...."
"Ayah, aku ingin ikut! Aku ingin memanah!" Ucap Qian kembali pada ayahnya.
"Qian, kalau memanah itu bersama para pangeran."
"Lalu? Semuanya bisa ikut kan ayah."
"Qian, ini tidak bercanda."
"Aku tidak bercanda! Aku bersungguh-sungguh! Apa ayah tidak percaya padaku?" Jun Hui tidak menjawabnya, dia justru sedang berkutat dengan pemikiran nya. Sejak kapan putrinya membawa panah dan busur.
"Bagaimana kalau kaligrafi? Qian bisa itu."
"Tidak! Aku mau ikut memanah! Kalau tidak boleh, aku ke kamar saja! Ayah tidak percaya padaku!" Dengan wajah imut merajuknya, Qian langsung menggunakan cara itu.
'Pokoknya aku harus ikut!'
"Bukan begitu putriku...."
"Boleh atau tidak! Kalau tidak aku tidak mau bicara dengan ayah!" Ngambek! Qian langsung melakukan nya membuat Jun Hui kelabakan. Putrinya itu diam membisu tanpa menatapnya.
"Kalau Qian bisa mengambil ini, tanpa memanjat dalam dua puluh detik. Ayah ijinkan." Jun Hui tidak punya cara lain, dan benar saja, putrinya itu langsung tertarik.
"Sungguh?" Ucap Qian.
"Iya, tapi kalau tidak berhasil, tidak ada perdebatan lagi." Qian mengangguk senang, Jun Hui pastikan putrinya tidak bisa mengambil hiasan pinggang yang ia beli untuk istrinya yang Jun Hui letakkan di bagian penutup kepalanya. Perbedaan tinggi yang begitu kentara, dipastikan putrinya akan langsung gagal atau menolak.
"Baiklah, ayah berdiri dengan tenang. Aku akan ambil...." Ucap Qian.
"Qian, ayah akan menghitung nya." Peringat Jun Hui jika putrinya lupa.
"Iya, ayah hitung saja." Ucap Qian dengan tenang.
Jun Hui tidak peduli dengan tatapan orang-orang jika melihat mereka. Dan benar saja Jun Hui mulai berhitung. Qian tampak berdiri melihat nya, oh ini mudah... Dan putrinya itu akan gagal jika hanya diam seperti itu.
"Tiga belas, empat belas, lima belas....." Jun Hui tersenyum pada rekannya sejenak sambil melanjutkan hitungan nya.
"Enam belas, tu....." Mata Jun Hui membesar ketika melihat putrinya tersenyum manis dengan hiasan pinggang di tangannya.
Jun Hui langsung m3raba-r@ba kepalanya dan itu sudah hilang. "Ayah, aku berhasil!" Ucap Qian. Jun Hui menunduk mensejajarkan dirinya.
"Qian, Qian meminta bantuan orang lain?" Qian menggeleng.
"Tidak, aku menggunakan sumpit. Aku melempar nya, seperti ini..... Dan! Yap! Jatuh seperti itu!" Ucap Qian mencontohkan pada seorang wanita didekat mereka, dan Jun Hui terkesima dengan itu.
"Bibi cantik, hiasan pinggang bibi terjatuh!" Ucap Qian.
'Astaga, bagaimana bisa... Putriku melakukan nya dengan perhitungan yang matang.' Jun Hui melihat putrinya dengan pemikiran berat itu.
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🥰
suka bgt baca ceritamu thor