NovelToon NovelToon
Menjemput Cahaya

Menjemput Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.

Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.

Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.



**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23_Adam dan Santi (2)

Pagi ini, ruang administrasi tampak sepi. Hanya ada Adam yang duduk di belakang meja, matanya fokus pada layar laptop, sesekali jemarinya mengetik sesuatu.

Ruangan itu tak terlalu besar, hanya berisi beberapa rak buku, lemari arsip, dan meja kayu yang terlihat sedikit usang. Cahaya matahari pagi menembus jendela, memberikan bayangan samar di dinding ruangan yang berwarna krem pudar.

Ketukan halus terdengar di pintu. Suara lembut seorang gadis menyusul sesaat kemudian.

"Assalamualaikum," ucap Santi pelan, hampir seperti bisikan.

Adam menoleh, tatapannya lepas dari layar laptopnya. Ia mengenali suara itu. Santi. Gadis yang akhir-akhir ini mulai menarik perhatiannya, dengan cara yang bahkan tak bisa ia pahami.

"Wa'alaikumussalam," jawabnya, suaranya tetap tenang, "silahkan masuk!"

Santi melangkah masuk perlahan. Langkahnya ragu-ragu, seakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Jemari mungilnya menggenggam sebuah tasbih berwarna cokelat tua, terlihat sedikit lusuh namun masih terawat dengan baik.

"Ada apa Santi?" tanya Adam dengan nada datar.

"Ini, saya mau mengembalikan tasbih milik Ustadz," katanya sambil menyodorkan benda itu ke hadapan Adam. Namun, tatapannya tak pernah berani bertemu dengan mata lelaki itu. Ia menunduk, seperti biasa.

Adam menatap tasbih itu sekilas, lalu kembali menatap wajah Santi yang masih tertunduk. Ada sesuatu dalam sikap gadis ini yang selalu menarik perhatiannya.

Bukan hanya karena wajahnya yang cantik atau auranya yang berbeda dari santri lain, tapi lebih dari itu—seolah ada misteri yang bersembunyi di balik sorot matanya yang selalu enggan menatap dirinya.

Ia tersenyum kecil, tapi tak segera mengambil tasbihnya.

Menyadari bahwa Adam hanya diam, Santi semakin gelisah. Ia tidak suka berlama-lama berada di ruangan yang hanya berisi dirinya dan seorang pria. Itu membuatnya canggung, atau lebih tepatnya... takut?

Masa lalunya belum sepenuhnya hilang, ia masih dihantui olehnya, yang membuatnya takut berduaan dengan pria, terkecuali Fahri. Hanya saja, waktu tak pernah mengijinkan dirinya berduaan dengan Fahri.

"Ini saya letakkan di mana, Ustadz?" tanyanya lagi, suaranya nyaris tak terdengar.

"Letakkan saja di atas meja ini," jawab Adam santai.

Santi dengan lembut meletakkan tasbih itu di atas meja, lalu bersiap untuk pergi. Tapi sebelum ia bisa berbalik, Adam tiba-tiba bangkit dari kursinya.

Gerakannya yang mendadak, membuat Santi terkejut. Ia refleks mundur selangkah, seakan ada ancaman yang tak kasat mata. Napasnya sedikit tertahan, dan untuk pertama kalinya, ia memberanikan diri mengangkat wajah.

Tatapan mereka bertemu.

Sekejap saja.

Tapi cukup untuk membuat jantung Santi berdegup lebih cepat.

Adam tersenyum kecil, namun senyum itu entah kenapa terasa samar—seperti menyimpan sesuatu di baliknya. Entah itu sekadar kelembutan, atau sesuatu yang lebih gelap.

"Terima kasih," ujar Adam singkat.

Santi langsung mengalihkan pandangannya kembali ke lantai. Ia tidak ingin terjebak dalam sorot mata itu terlalu lama. Ada sesuatu di dalamnya yang terlalu berbahaya untuk ia jelaskan.

"Sama-sama, Ustadz. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum," katanya buru-buru, berusaha menghindari lebih banyak percakapan.

"Wa’alaikumussalam," balas Adam, masih dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Santi segera melangkah pergi. Namun, saat punggungnya hampir melewati pintu, Adam kembali bersuara.

"Santi," panggilnya pelan.

Langkah Santi terhenti. Ia tidak berbalik, hanya menunggu dengan dada yang tiba-tiba terasa berat.

"Kau takut padaku?"

Pertanyaan itu membuat Santi memejamkan matanya sejenak. Ada sesuatu di dalam suaranya—sesuatu yang tidak bisa ia abaikan.

Santi menggeleng kecil, meski ia tahu Adam tak bisa melihatnya, "tidak," jawabnya lirih.

Lalu ia pergi, meninggalkan ruangan itu dengan perasaan yang semakin sulit dijelaskan.

Setelah keluar dari ruang administrasi, Santi berjalan cepat menuju kamarnya. Namun, perasaannya masih belum tenang. Sejak pertama kali mengenal Adam, ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari pria itu. Bukan hanya sikapnya yang tenang dan karismatik, tapi juga tatapannya—tatapan yang seolah bisa menembus pertahanannya yang paling dalam.

Di balik segalanya, ada ketakutan yang ia coba sembunyikan.

Ia tahu betul siapa dirinya sendiri. Masa lalunya bukanlah kisah yang dapat dengan mudah diterima oleh sekelilingnya. Jika orang-orang di pesantren ini tahu siapa dia sebenarnya… jika Adam tahu…

Santi menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu. Tidak, ia tidak boleh membiarkan pikirannya berlarian liar. Ia, harus mengubur aib ini sedalam-dalamnya. Ia tidak akan membiarkan siapapun tahu siapa dirinya di masa lalu. Ia tidak lagi hidup di masa lalu, ia sudah hidup di masa sekarang. Dan sekarang ia sudah menjadi wanita baik-baik, dan selamanya akan terus begitu.

Namun, satu hal yang tidak bisa ia sangkal adalah bagaimana tatapan Adam tadi membuatnya merasakan sesuatu yang asing.

Sebuah bahaya.

Bukan dari Adam.

Tapi dari dirinya sendiri.

Di dalam ruang administrasi, Adam masih berdiri di tempatnya. Matanya menatap pintu yang kini telah tertutup, seolah membayangkan sosok yang baru saja pergi dari sana.

Santi.

Gadis, yang telah memikat hatinya tanpa ia sadari. Selama di Singapur, ia banyak menghabiskan waktu bersama dengan wanita-wanita malam. Ia banyak menghambur-hamburkan uang untuk bersenang-senang dengan banyak wanita. Tapi, tidak ada wanita yang bisa menyamai Santi. Setiap kali ia melihat Santi, hatinya begitu senang, jauh lebih senang ketimbang saat dia menenggak beberapa botol alkohol saat dirinya masih berada di luar negeri.

Dan itu menarik perhatiannya.

Adam bukan orang yang mudah tertarik pada siapa pun. Tapi Santi... ia bukan hanya menarik. Ia adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan.

Dengan perlahan, Adam mengambil tasbihnya dari atas meja. Jemarinya memainkan butiran kayu itu, sementara pikirannya mulai tersesat dalam sesuatu yang lebih dalam.

Santi mungkin bisa berusaha menghindarinya.

Tapi Adam yakin, cepat atau lambat, ia akan menemukan jawabannya.

"Santi... Santi... kamu tidak bisa lepas dariku," ujar Adam tersenyum.

Sedangkan Santi, sudah sampai ke gajebo, hari ini ada kajian, dan mereka melaksanakannya di Gajebo.

"Kamu kenapa San, kok seperti ketakutan begitu?" tanya Fatimah.

"Iya, San, wajahmu kok tegang banget, emangnya habis dari mana?" tanya Zahra.

"Iya, nih, tadi kami nungguin kamu di kamar, tau-taunya kamu enggak dateng,-dateng, jadinya kami tinggal deh. Eh, sekarang datang datang wajah sudah tegang begitu, memangnya ada apa San, habis ketemu hantu?" tanya Alea.

Santi menggelengkan kepalanya, "tidak, aku enggak kenapa napa kok, cuman kecapekan aja berlari dari dapur umum, kesini."

"Lah, ngapain juga kamu ke dapur umum, kan kerjaan kita dah selesai?" tanya Zahra.

"Itu, aku lupa matiin keran, kamar mandi belakang, jadinya aku matiin tadi," ucap Santi ngarang.

Ia tidak mungkin menceritakan hal tadi ke teman-temannya, yang ada teman temannya menjadi heboh, dan memicu timbulnya fitnah. Dan ia tidak mau itu terjadi. Lagipula, ia yakin Adam hanya menganggap dirinya sebagai santri biasa di sini, sama seperti yang lainnya.

1
Susi Akbarini
ya ampun sebenarnya Ros jga tahu Fahri...
tqpi kenapa ia cuek gtu..
apa yg membuatnya begitu..
atau emang orangnya gak mau gr..

klo gtu..
fahri harus swgera nembak.

biar Ros tau kalo fahri suka ama Ros..
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
laahhhh..
Fahri harusnya sat set cari no wa Ros..
bisa tanya Adam kan..
kenapa Ros punya firasat gak enak..
aoa dia jga ada rasa ama Fahri ...

klao iya..
kenapa kesannya dia cuek seolah gak ibgat mereka pernah temenan saat SMA..

Adam..
Adam..
kok gak muncul2..
kangen ini..
😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhh..

Adam amna Adam.

kok gak munvil..
kangen ini..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
ngaku aj Fahri klao Ros cinta pertama dan terakhirmu..
biar abi dan umimu pergi melamar Ros...
❤❤❤❤❤❤
0v¥
thor udah lama ngak up up
Susi Akbarini
jeng3..
klao sampai ketahuan gmna ya..
aoa mereka akan langsung dinikahkan?

apakah adam tidak kecewa saat tau santi gak perewan???
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waaahh..

fahri bisa salah paham.

pasti ros yg dikira mau dijodohkan ama dia..
pasti fahri langsung terima..

atau ris yg akhirnya sadar ada rasa ke fahri saat tau fahri mau dijodihka ama sahabatnya...

penasarannn....
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kak...

kok lama gak up..
kangen ama adam dan santi...
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalao suka halalin aja..
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sayang di pesantren gak ada cctv..

myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalo suka ama santi..
halalin aja.

😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
adam terciduk..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
bakal ketahuan ga ya.....
Lianali
cerita yang penuh makna.
Susi Akbarini
Adam ..
dingin..
menghanyutkan..

❤❤❤❤❤❤😉
Susi Akbarini
sebagai mantan penikmat wanita.

pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..

mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
oalah..
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
tatapan Adam seperti menginginkan Santi..
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
Susi Akbarini
mungkin Adam ada rasa ama Santi.

atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.

mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
ada yang panas nih.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!