Naya menjadi wisudawan terbaik di hari itu. Tapi siapa sangka, ternyata Papanya sudah menikahkan Dia dengan anak temannya sendiri secara diam-diam tanpa sepengetahuan Naya.
Lantas apakah Naya akan terpaksa melanjutkan rumah tangga barunya atau lari dari kenyataan?
Simak terus updatenya di TERJEBAK PERNIKAHAN RAHASIA DI HARI WISUDA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Kasih Sayang Orang Tua
“Nay... Ini obatnya”. Alfath mendapati Naya dalam keadaan matanya terpejam. Tubuhnya tetap bersandar di kepala ranjang.
“Nay... ”. Naya masih tetap diam.
“Apa Dia tidur kali ya... ”.
“Nay... ”. Alfath yang gemas menggoyangkan tubuh Naya yang diam.
“Astaghfirullah... Naya...ini suhu badannya panas banget”.
Alfath bukan tipe orang yang banyak mikir. Dia sedikit bicara tapi banyak bertindak. Dia segera menggendong Naya menuruni tangga tanpa memperdulikan siapapun yang ada di rumah saat itu. Kemudian melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.
“Jadi gimana hasilnya bro...? ”.
“ Sebelumnya Aku mau tanya dulu nih sama Kamu”.
“it's okay”.
“Cewek itu siapa? ”.
“Alah pake nanya lagi. Bodoamat siapapun Dia Kamu nggak perlu tau”. Alfath yang tidak sabaran langsung nyelonong masuk kedalam ruangan Naya. Dia membelai rambut Naya yang masih belum siuman dari pingsan yang kesekian kalinya.
“Asam lambungnya naik. Dia juga dehidrasi”. Fadli, seorang dokter muda yang sekaligus teman lama Alfath itu membuka suara.
“Oh iya Aku lupa sesuatu... ”. Alfath menepuk jidatnya.
“Ya udah Aku tinggal dulu. Jangan lupa di jaga ya ceweknya, takutnya di ambil orang. Wkwk... ”. Alfath mengabaikan ejekan Fadli.
...****************...
“Naya... dimana anakku...? ”. Papa dan Mama Naya yang tengah panik berhasil menemukan ruangan Naya. Napas Mamanya naik turun sambil menangis.
“Pa... Ma... ”.
“Papa sama Mama kok tau kalau Naya disini? ”.
“Mbok Jah yang bilang tadi”
“Naya kenapa Fath...?”.
“Dia nggak kena apa-apa kan? ”.
“Sayang... Bangun sayang, ini Mama Nak... ”.
“Ma, tenang Ma... Naya cuma butuh istirahat”. Alfath menimpali Mamanya yang sangat panik menciumi tangan anaknya.
“Sayang... Maafin Mama sama Papa, gara-gara pernikahan itu Kamu jadi seperti ini”.
“Ma... Mama jangan gitu dong... Pernikahan Naya itu justru membawa keberkahan buat kita semua. Bukan jadi malapetaka”. Papa Hakim membentak Mama Naya.
“Keberkahan apanya. Ini semua gara-gara Papa, gara-gara Papa menikahkan Naya jadi Dia nggak mau pulang dan sekarang malah seperti ini. Papa suka kalau Naya mati... Hah...? ”. Emosi Mama Naya meledak.
“Mama ini apaan sih... Nggak usah ngomong yang aneh-aneh. Lagian Naya cuma butuh istirahat”.
Alfath menyaksikan kedua mertuanya bertengkar di depan mata kepalanya sendiri. Hatinya seperti teriris setiap kali mendapatkan mertuanya bertengkar akibat pernikahannya yang di anggap sebelah pihak oleh Mama Naya. Sejak awal Mama mertuanya tidak setuju. Naya yang rencana awal akan di jodohkan dengan saudara tertua Alfath dari awal juga sudah menolak memtah-mentah. Namun pendapat dan keyakinan orang tua mereka berbeda. Mereka memiliki ambisius yang besar. Menjodohkan antara satu sama lain agar kekayaan mereka tidak jatuh ke tangan orang lain adalah misi utama.
“Ma... Pa... Aku mohon jangan bertengkar di sini. Ini tempat umum Pa, Ma... ”. Alfath berusaha meredam amarah kedua mertuanya yang sudah membara seperti api. Ruangan itu hening.
“Mama... ”. Naya membuka matanya samar-samar. Memanggil Mamanya yang terdiam setelah beradu mulut dengan Papanya. Dia telah mendengar semuanya tadi. Alfath segera mendekat ke tempat Naya. Hatinya sedikit lega karena Naya siuman.
“Aku mohon Mama sama Papa jangan bertengkar lagi ya. Aku sudah menerima semuanya dengan lapang dada”.
“Sayang Kamu jangan begitu. Kalau Kamu keberatan Kamu bisa mengajukan surat perceraian Nak... Papamu memang sudah kurang waras. Bahkan misi-misinya akan di tukar dengan anak semata wayangnya”. Mama Naya yang bersungut-sungut itu kembali mengorek api amarah Papanya lagi.
“Ma, harus bilang pakai bahasa apa lagi sih Aku ini... ”.
“Stop... ”.
“Justru Aku akan tertekan jika Papa sama Mama terus-terusan bertengkar seperti ini. Aku akan baik-baik saja jika kalian kembali seperti semula”. Naya bangkit dari tempatnya kemudian memeluk Papa dan Mamanya secara bergantian.
“Aku tau, Mama cuma khawatir jika anaknya tidak bahagia. Itu sudah hal yang biasa”. Mereka semua tersenyum. Naya berhasil meredam amarah kedua orang tuanya.