Di saat seorang pria tampan yang sedang tulus mencintai seseorang,tapi tiba-tiba saja pria tersebut di campakkan dan juga di hina oleh sang kekasih karena dirinya yang hidup serba kekurangan.
Dari situlah,dirinya memutuskan untuk tidak akan mau mencintai wanita lagi dan menutup hatinya untuk wanita manapun.Tapi belum sempat luka di hatinya sepenuhnya pulih,di saat itu juga,seorang wanita yang derajatnya sangat berbeda jauh dari dirinya yang jauh dari kata mewah,malah selalu terlibat di dalam kehidupannya dan perlahan-lahan berhasil membuka hatinya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.eliane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.13
Kembali ke Sebastian.
"****" umpat Sebastian dengan wajah kesalnya,sambil menggusar rambutnya dengan gerakan kasar.
"Tidak mungkin,secepat itu menghilangnya kan..." gumam sebastian sambil terus menelisik di sekitar danau kembali.
Sebastian yang baru saja menyadari kehilangan cincinnya di tengah jalan tadi,ia langsung memutar balik ke arah danau tadi kembali dan melaju dengan kecepatan yang lumayan laju.Tapi nyatanya,ia tetap kehilangan cincinnya itu,karena ia sudah mencarinya selama hampir 2 jam tapi ia tetap tidak bisa menemui cincinnya juga.
"Semua ini gara-gara wanita tadi,uangku jadi melayang begitu saja" gumam Sebastian dengan nada frustasinya,sambil duduk di atas tanah dengan gerakan tubuh yang lelah,tidak bersemangat dan juga terus menghela napas dengan berat.
Tadinya ia berencana ingin mengadaikannya kembali ke toko perhiasan tersebut saja,ia tidak masalah walaupun uangnya akan sedikit berkurang nanti karena sudah di pastikan akan di potong sedikit jumlahnya nanti dan ia juga baru beli beberapa hari yang lalu ,tapi sekarang ia tidak akan mendapatkan uangnya sedikitpun.
"Wanita itu memang benar-benar..." gumam Sebastian lagi,ia bingung harus mengumpat dengan kata-kata apa untuk wanita secantik itu.
"Menyebalkan,bicaranya juga sembarangan.Apa-apaan,lotre,hutang,apa lagi bunuh diri,yang benar saja wanita itu.Aku juga tidak akan sebodoh itu,sampai harus bunuh diri hanya gara-gara wanita.Apa lagi wanita itu telah menipu dan mempermainkan aku" lanjut Sebastian lagi,dengan wajah yang semakin kesal saat ia mengingat kembali semua kalimatnya wanita tadi.
Padahal ia hanya sedang bingung saja,makanya tadi ia datang ke sini mengikuti kata hati membawanya saja,untuk mengurangin semua rasa tidak menentunya tadi.Bahkan tidak ada sama sekali terbesit di dalam kepalanya tentang hal-hal gila itu.Walaupun ia tidak memikirkan dirinya sendiri,tapi ia juga pasti akan memikirkan keluarga kecilnya.
"Ya,walaupun perkataannya tadi ada benarnya juga" gumam Sebastiam lagi dengan wajah sedihnya,saat ia mengingat kembali perkataan wanita tadi yang mengatakan tentang patah hati.
"Dring dring dring" terdengar suara nada panggilan di HP miliknya Sebastian,yang ntah sudah ke berapa puluh kalinya karena terus tidak di angkat oleh Sebastian dari tadi.
Sebastianpun segera mengambil HPnya dari dalam saku celananya dengan gerakan malas,iapun langsung mengangkat telepon tersebut saat ia sudah mengetahui siapa pemilik penelepon tersebut.
"Hallo,Sebastian apa kamu di sana?" tanya Erik dari seberang sana dengan wajah khawatirnya,karena pemilik no kontak yang sedang ia telepon tidak mengeluarkan suara sama sekali.Begitu juga dengan kekasihnya dan Elvan yang sedang berada di dekatnya.
"Ada apa?" tanya Sebastian balik dengan nada malasnya.
"Syukurlah, ternyata kamu masih hidup" jawab Erik dari seberang sana sambil menghela napas lega,dan di ikuti oleh Elisa dan juga Elvan,hingga mampu membuat Sebastian langsung mendengkus kesal karena mendengar jawaban darinya barusan.
"Apa sekarang kamu sedang mengharapkan kematianku?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya,kenapa hari ini tahu ada saja yang mengharapkan dirinya mati.Tadi wanita itu,sekarang Erik sahabatnya.
"Bukan begitu maksudku,bro.Habisnya dari tadi aku sudah meneleponmu sebanyak 30 kali dan mungkin saja lebih,tapi kamu masih saja tetap tidak mengangkatnya.Apa kamu tidak tahu kalau kami sangat mengkhawatirkanmu dari tadi karena kamu tidak kembali dan juga tidak memberi kabar sama kami.Dan satu lagi,kamu sedang ada di mana sekarang,Restoran sedang sibuk saat ini" jawab Erik dengan nada kesalnya,karena Sebastian sudah pergi berjam-jam tapi sampai saat ini tidak kembali-kembali juga.Padahal saat pergi tadi,Sebastian mengatakan pada mereka hanya sebentar saja,mana Restoran lagi sibuk banget saat ini.
"Apa kamu...." lanjutan dari Erikpun langsung terhenti karena di sela oleh Sebastian.
"Hari ini,tolong kamu urus semuanya.Aku tidak akan kembali ke Restoran lagi hari ini.Dan sampaikan pada Pak Hendi kalau hari ini aku mintak izin" sela Sebastian dengan cepat dan wajah tidak bersemangatnya dan juga rasa kesalnya.
Sahabatnya yang satu ini memang pandai berbicara,katanya khawatir tapi ujung-ujungnya ternyata gara-gara sedang mengkhawatirkan kalau akan tidak ada yang membantu dia di Restoran.
"Apa? Apa kamu bilang?Apa kamu sedang bercanda,bro?" tanya Erik dengan wajah kagetnya dan rasa kesalnya,karena hari ini Restoran memang sedang sibuk-sibuknya tapi Restoran Managernya malah menghilang dan tidak kembali.
"Apa kamu baik-baik saja,bro?" tanya Elvan dari samping Erik,dengan nada seriusnya dan wajah khawatirnya sambil menajamkan pendengarannya di sekitarnya HP miliknya Erik.
"I,m fine.Tidak perlu khawatirkan aku,jaga saja Restoran itu dengan baik" jawab sebastian dengan nada tidak bersemangatnya,lalu ia langsung mematikan teleponnya secara sepihak sebelum sahabat-sahabatnya sempat berkomentar lagi.
Sebastian langsung menghela napas dengan berat setelah ia sudah mematikan teleponnya.Mau ia berteriak-teriak di tepi danaupun,uang,cincinnya juga tidak akan kembali padanya dan suasana hatinya juga tidak akan membaik dengan cepat.
Sepertinya ia harus segera pulang saja dan menetralkan suasana hatinya terlebih dahulu baru besok ia bisa fokus berkerja kembali,lalu iapun berdiri dari duduknya dan segera berjalan pergi dari sana dengan wajah pasrahnya tanpa banyak kata-kata lagi.
Di seberang sana...
"Kenapa dengan pria sensi ini?" tanya Erik dengan nada kesalnya,sambil menatap HP miliknya.Lalu ia segera menatap ke arah kekasihnya dan juga Elvan,yang hanya di tanggapin dengan wajah khawatir dan gedikan bahu tanda tidak tahu oleh Elisa dan juga Elvan.
"Pak..." panggil salah satu karyawan pada Erik,sambil berjalan mendekat ke arah Erik dan yang lainnya.
"Lihatlah..." ucap Erik yang menyuruh Elisa dan Elvan untuk melihat karyawan yang sedang memanggilnya tadi dan juga begitu banyaknya pengunjung yang terus keluar masuk tanpa henti dari tadi.
"Sudahlah,ayo kita kerja dulu.Besok baru kita tanyakan lagi sama Bastian" ajak Elisa dengan nada pelan,sambil berjalan ke arah para pengunjung sana.
Lalu di ikuti oleh Elvan dan juga Erik yang sedang menampilkan wajah kesal yang bercampur rasa khawatir.Walaupun mereka ber 3 merasa khawatir,tapi mereka harus tetap menjalankan tugas-tugas mereka masing-masing.
***
Di salah satu sebuah Cafe kecil yang tidak begitu ramai pengunjung,seorang pria paruh baya sedang menunggu seseorang di dalam sana.Dan ia memang suka memilih tempat seperti ini karena ia tidak menyukai keramaian.
"Apa kamu benar-benar sudah mengatakannya dengan benar pada pria itu?" tanya pria paruh baya tersebut yang ternyata adalah pak tua tersebut.Ia sudah menunggu pria tersebut selama 30 menit di sana,dan ia juga tidak menyukai itu.
"Sudah Tuan.Aku juga sudah meneleponnya barusan,dia mengatakan kalau dia sudah mau sampai" jawab Asistennya dengan cepat.
"Benarkah? Tapi kenapa pria si*l*n itu belum datang juga?" tanya Tuannya dengan umpatan karena merasa sangat kesal,ntah sudah berapa kali ia merubah posisi duduknya akibat bosan menunggu.
Tapi belum sempat Asistennya menjawab kembali,dari ambang pintu sana sudah terlihat pria yang sedang mereka bicarakan tadi sedang berjalan masuk ke dalam Cafe tersebut.
Asistennya pak tua tersebutpun segera mengangkat tangan dan mengisyaratkan pada pria tersebut yang terlihat sedang mencari sesuatu.
"Siapa kamu? Dan kenapa kamu ajak bertemu?" tanya pria tersebut yang ternyata adalah pemilik Restoran tempat kerjanya Sebastian.Ia bertanya dengan wajah penasarannya dan juga bingung,sambil duduk di hadapan pria itu dan juga menelisik wajah pria yang terlihat seumur dengan dirinya itu.
Beberapa hari yang lalu ia di ajak bertemu dengan pria yang tidak ia kenal ini melalui Asistennya.Awalnya ia ragu,hingga hari ini ia memutuskan untuk bertemu.
"Apa kamu memang orang yang selalu tidak bisa menepati janji? Dan apa kamu tahu,kalau kamu telah membuat aku menunggumu selama 30 menit lebih dari jam yang telah di tentukan" ucap pak tua tersebut dengan tatapan tajam dan wajah kesalnya tanpa menjawab pertanyaan dari pria itu,sambil memperlihatkan jam tangannya pada pria itu dan juga sedikit mengetuk-ngetuknya pelan dengan menggunakan jari telunjuknya.
"Maaf Tuan, tadi aku sedang ada sedikit urusan" jawab pria yang bernama Hendi itu dengan wajah yang tersenyum takut,sambil terus menelisik wajah pria tersebut,sepertinya ia memang belum pernah melihatnya.
"Aku akan langsung saja.Aku ingin membeli Restoran milikmu yang saat ini sedang memperkerjakan seorang pria yang bernama Sebastian Sachdev Rendra" ucap pak tua tersebut dengan nada tegasnya,sambil terus menatap tajam ke arah pria itu.
"Apa?" tanya pria itu dengan wajah terkejutnya,sambil menatap wajah tegasnya pak tua tersebut.
"Tuan,aku tidak bisa menjualnya" lanjut pria itu lagi,dengan memberanikan diri untuk menolak,karena Restoran tersebut adalah Restoran pertama yang sejak awal ia bangun dan juga ia rintis dari awal.Tidak mungkin ia akan rela menjualnya begitu saja kan.
"Kalau Tuan mau,Tuan bisa melihat Restoran milikku yang lainnya lagi" lanjut pria tersebut lagi,dengan ekspresi takut di wajahnya saat ia melihat pak tua tersebut yang sedang menampilkan ekspresi marah.
"Tidak mau,aku hanya menginginkan Restoran yang aku maksudkan tadi saja.Dan aku tidak akan mengulanginya lagi,aku juga tidak menyukai adanya penolakan dari siapapun.Apa kamu sudah mengerti sekarang?" tanya pak tua tersebut,masih dengan nada tegas dan juga tatapan tajamnya.
"Ba baiklah,Tuan.Aku akan menjualkannya padamu" jawab Pak Hendi dengan nada gugupnya saat ia melihat Asistennya pria tersebut yang sedang memperlihatkan sebuah pistol di selipan pinnggangnya.
"Cepat kamu urus semuanya,setelah selesai,baru kamu kabarin aku lagi" perintah pak tua tersebut pada Asistennya dengan nada tegasnya,lalu ia langsung berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja.
"Baik Tuan" jawab Asisten tersebut dengan cepat dan sedikit menundukkan kepalanya ke arah punggung Tuannya.
Sedangkan Pak Hendi,ia hanya bisa menghela napas dengan berat dan menampilkan wajah pasrahnya saja.Restoran yang mampu membuat dirinya merasa bangga,sebentar lagi akan menjadi milik orang lain tapi dirinya tidak mampu berbuat apa-apa selain hanya pasrah saja.
***
Di kediamannya Rendra.
Stella yang sedang duduk di teras rumahnya itu langsung merasa kaget,saat ia melihat kakaknya yang sudah pulang.
"Kakak,kenapa hari ini kamu bisa cepat pulang?" tanya Stella dengan nada yang sedikit tinggi dan wajah penasarannya, sambil menatap wajah kusut kakaknya dan juga terlihat berjalan dengan tidak bersemangat dari luar halaman rumahnya itu.
Lalu ia segera mengalihkan tatapannya ke jam tangannya yang baru saja menunjukkan pukul 3 sore,padahal biasanya kakaknya itu pulang pukul 5 ke atas,bahkan kadangpun agak malam baru pulang.
Tapi hari ini,kakaknya membuat dirinya menjadi terheran-heran karena pulang terlalu cepat.
"Kakak,apa kamu tuli?" tanya Stella dengan wajah kesalnya sambil berdiri dari duduknya, karena kakaknya yang terus berjalan melewatinya dan mengabaikan pertanyaannya tadi.
"Kakak,kenapa hari ini kamu pulang lebih awal ?" tanya Stella lagi,dengan wajah penasarannya yang bercampur rasa kesal, sambil terus berjalan mengikuti langkah kakaknya.
"Stella,jangan mengangguku saat ini,aku ingin beristirahat" jawab sebastian dengan nada kesalnya,karena adiknya terus bertanya dan mengekornya dari belakang.
"Tapi kakak harus menjawab pertanyaanku dulu,baru aku akan berhenti" ucap Stella dengan nada manjanya yang bercampur rasa kesal,sambil terus mengikuti langkah kakaknya hingga ke depan pintu kamar milik kakaknya.
"Kakak,apa yang sebenarnya telah terjadi padamu? Kenapa wajahmu sangat tidak enak di pandang? " tanya Stella lagi,dengan wajah herannya dan juga rasa kesal,karena kakaknya tidak juga mau menjawab pertanyaan darinya.
"Kakak..."
"Brak"
Terdengar suara Stella yang kembali memanggil kakaknya dan langsung berlanjut dengan suara pintu kamar yang di tutup dengan kuat oleh Sebastian barusan.
"Kakak,,,dasar kakak menyebalkan" lanjut Stella lagi,dengan wajah kagetnya sambil mengelus-elus dadanya dengan pelan,karena suara pintu yang kuat tadi dan hanya tinggal sedikit saja hidung mancungnya akan terkena daun pintu tersebut.
"Stella,kamu sedang apa nak?" tanya Ayah dengan wajah penasarannya,begitu juga istrinya yang sedang berada di belakangnya.
Padahal mereka berdua sedang asyik menonton TV tadi,tapi suara berisik putri mereka mampu membuat mereka berdua terganggu hingga mereka berduapun segera meninggalkan tontonan seru mereka dan menghampiri putri mereka yang sedang sibuk mengekor di belakang kakaknya.
"Iya,sebenarnya apa yang sedang terjadi.Kenapa kamu berisik sekali,menganggu waktu nonton Ibu saja" timpal Ibu dengan nada kesalnya,sambil menatap penasaran ke arah putri mereka.
"Ayah,Ibu,aku hanya bertanya kenapa hari ini kakak pulang lebih awal tapi kakak tidak mau menjawabnya.Membuat aku menjadi kesal saja" jawab stella dengan wajah yang memberengut kesal,sambil berjalan menghampiri ke arah kedua orang tuanya.
"Aku rasa,,,sepertinya kakak sedang stres atau lelah" lanjut Stella lagi dengan asal,sambil menyentuh keningnya seperti orang yang sedang berpikir.
Sedangkan Ayah dan Ibu,mereka berduapun saling tatap mata dengan wajah penasaran mereka, lalu mereka kembali menatap wajah putri mereka yang masih terlihat kesal.
(Note...Untuk seminggu ke depan,Author tidak nulis ya,sedang ada sedikit urusan.Mohon maaf dan terima kasih😘)
kalau tertarik follow me. Thank you