Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.
Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Pernikahan Tanpa Cinta
"Nona, kita sudah sampai. Silakan masuk ke dalam," ujar Dion membukakan pintu mobil untuk Cleantha.
Seperti biasa, Cleantha hanya pasrah layaknya boneka yang bisa diatur sesuka hati oleh Raja dan anak buahnya.
Begitu melihat kedatangan Cleantha, para pelayan tergopoh-gopoh menyambutnya. Menilik dari perubahan sikap mereka, sudah jelas para pelayan itu tahu bahwa Cleantha merupakan wanita yang dipilih oleh tuan besar mereka.
"Nona saya harap Anda beristirahat malam ini. Besok adalah hari pernikahan Anda dan Tuan Raja. Jam tujuh pagi, Anda sudah harus siap untuk dirias sebagai pengantin."
Iya dan iya. Hanya kata itu yang selalu terucap dari bibir tipis Cleantha. Kata 'iya' mungkin kini bagai mantra yang haru diucapkan berulang-ulang oleh Cleantha.
Dengan diantar dua orang pelayan, Cleantha menuju ke kamar barunya di lantai dua.
"Selamat istirahat, Nona," ucap para pelayan ketika mereka telah sampai di ambang pintu.
"Terima kasih," jawab Cleantha singkat.
Setelah para pelayan pergi, Cleantha buru-buru menutup pintu kamarnya. Ia menghempaskan dirinya di tempat tidur sambil menutup wajahnya dengan bantal.
Cleantha merasa begitu lelah, baik fisik maupun jiwanya.
Dalam waktu sehari saja, dunianya berubah jungkir balik.
Ia harus rela dijadikan isteri kedua oleh pria yang tidak dikenalnya, hanya karena sebuah kesalahan yang tak disengaja. Tertawan dalam pernikahan tanpa cinta. Lebih parahnya lagu, ia akan menjadi perusak rumah tangga wanita lain. Sungguh suatu kenyataan yang miris sekaligus memalukan.
Terbayang pun tidak pernah, jika suratan nasib menggiringnya menjadi orang ketiga dalam pernikahan Raja dan Zevira. Meski itu bukan kemauannya, namun tindakannya pasti akan menorehkan luka mendalam pada hati seorang isteri.
Cleantha mencoba memejamkan mata. Berguling ke kiri dan ke kanan, hingga mengubah posisi tidur beberapa kali. Namun ia tidak dapat terlelap sama sekali. Justru bayangan wajah Zevira yang terlintas di pikirannya.
"Nyonya Zevira, maafkan saya. Besok saya terpaksa menikahi suami Anda demi menebus kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan bersentuhan dengan Tuan Raja sedikitpun. Dan saya akan segera menyingkir dari kehidupan Anda saat perjanjian itu sudah berakhir,"
batin Cleantha merasa bersalah.
...****************...
"Nona Cleantha, mari kita turun ke bawah. Tuan Raja dan penghulu sudah menunggu Anda," ucap Bu Siska menyadarkan Cleantha dari lamunan.
Cleantha mengangguk. Sebelum meninggalkan kamar, ia melihat pantulan dirinya di cermin.
Dalam balutan kebaya serba putih dan polesan rias pengantin yang, wajahnya terlihat sempurna. Sayang sekali semua kecantikan ini adalah kepalsuan semata. Sebentar lagi ia akan terjebak ikatan berbahaya, dimana dirinya tak lebih dari sebuah bidak catur yang dimainkan Raja Adhiyaksa.
Dengan diapit oleh Bu Siska dan perias pengantin, Cleantha menuruni anak tangga berukir. Menuju ke ruang tengah yang kini telah disulap menjadi ruangan ijab kabul.
Anak buah Raja memang patut mendapat acungan jempol. Hanya dalam waktu singkat, mereka mampu mempersiapkan acara pernikahan bosnya dengan baik.
Di ruangan itu, Cleantha melihat Raja, penghulu, dan Zevira Adhiyaksa sudah menantinya.
Semua mata tertuju pada kehadiran sang calon mempelai wanita.
Dibantu Bu Siska, Cleantha mendekat pada Raja untuk duduk di sampingnya.
Setelah Cleantha bersanding dengan Raja, acara ijab kabul pun dimulai.
Sambil menahan perasaannya yang kacau balau, Cleantha mendengar Raja mengucapkan Ijab Kabul di hadapan penghulu dalam satu tarikan nafas.
Pria itu memberikan satu set perhiasan berlian sebagai mas kawin untuk Cleantha.
Begitu pernikahan mereka disahkan, Cleantha menundukkan kepalanya lalu mencium tangan Raja yang telah resmi menjadi suaminya.
Diam-diam, Cleantha mencuri pandang ke arah Zevira. Ia begitu mengagumi ketegaran isteri pertama Raja itu. Zevira tidak terlihat sedih maupun kecewa melihat suaminya menikahi wanita lain. Raut wajahnya tampak biasa saja. Bahkan dengan mudahnya ia memberikan persetujuan atas pernikahan kedua suaminya.
"Hati Nyonya Zevira ini terbuat dari apa? Dia merelakan suaminya menikah lagi denganku. Sungguh dia wanita yang sangat hebat. Kalau aku yang berada di posisinya, aku pasti tidak akan tahan diduakan oleh suamiku seperti ini,"
batin Cleantha bersimpati pada Zevira.
Usai ijab kabul, Zevira memajukan kursi rodanya ke arah Raja. Ia mengulurkan tangan dan memberi ucapan selamat kepada suaminya.
"Selamat Raja atas pernikahan keduamu. Semoga kamu menyukai isteri barumu ini."
Zevira beralih mengulurkan tangannya kepada Cleantha.
"Selamat Cleantha. Mulai hari ini kita akan tinggal bersama di satu atap."
"I..iya, Nyonya. Terima kasih," jawab Cleantha canggung.
Raja tidak merespon basa basi dari isteri pertamanya itu. Ia menyuruh Dion mengantarkan penghulu keluar dari vila lalu berdiri dari kursinya.
"Bu Siska, bawa Cleantha untuk berganti baju. Setelah itu antar dia ke rumahku di Jakarta."
"Baik, Tuan," jawab Bu Siska.
"Tunggu, Raja. Biar Cleantha pulang bersamaku. Sudah menjadi tanggungjawabku untuk menjaga isteri keduamu. Sekarang aku menganggapnya sebagai adikku sendiri," potong Zevira tiba-tiba.
"Terserah kamu saja," jawab Raja dingin.
Sesudah bicara demikian, Raja berlalu meninggalkan kedua isterinya itu.
Cleantha hanya membisu. Dalam hal ini, ia merasa tidak punya hak untuk menentukan apapun.
Zevira tersenyum tipis melihat kepergian Raja.
"Pelayan, bawa Nona Cleantha ke kamar untuk mengganti bajunya," perintah Zevira kepada para pelayan.
"Baik, Nyonya."
"Cleantha aku menunggumu di mobil. Jangan lupa bawa barang-barangmu juga," kata Zevira bersikap ramah.
Dibantu para pelayan, Cleantha melepas kebaya dan aksesoris pengantinnya.
Tak berselang lama, Bu Siska mengantar Cleantha menuju halaman depan dan menunjukkan sebuah mobil lexus berwarna putih.
"Nona, itu mobilnya Nyonya Zevira. Cepat kesana karena Nyonya Zevira sudah menunggu dari tadi. Sekali lagi saya mengucapkan selamat atas pernikahan Anda."
"Terima kasih, Bu."
Cleantha bergegas menuju ke mobil yang dimaksud Bu Siska.
Melihat kedatangan Cleantha, supir pribadi Zevira segera membukakan pintu dengan hormat.
"Ayo masuk, Cleantha. Jangan sungkan," ucap Zevira menyapa madunya itu.
"Iya, Nyonya."
"Jangan panggil aku Nyonya. Mulai saat ini panggil aku Kak Vira. Kita akan menjadi seperti saudara, kakak dan adik."
"Baik, Nyonya. Maksud saya...Kak Vira," kata Cleantha gugup.
Bi Dewi, pelayan setia Zevira, memperhatikan Cleantha dari balik spion dengan tatapan tidak suka.
"Hardi, berangkat sekarang," perintah Zevira kepada supirnya.
Supir pribadi Zevira itu buru-buru melajukan mobilnya ke jalan raya.
"Clea, kita harus lebih akrab satu sama lain karena kita memiliki suami yang sama," ucap Zevira membuka obrolan.
"Terus terang aku heran mengapa Raja tidak mau semobil denganmu. Kalian baru saja menikah. Sebagai pengantin baru seharusnya pulang bersama. Apa kamu tahu apa penyebab Raja bersikap demikian?" tanya Zevira memancing Cleantha.
"Soal itu...saya tidak tahu."
"Saat Raja dulu menikahiku, dia bahkan tidak mau berpisah dariku barang sedetik saja. Tapi perlakuannya padamu sangat berbeda."
Zevira menghela nafas panjang.
"Aku dan Raja dulu sangat bahagia. Raja begitu mencintai dan memanjakan aku. Raja memperlakukan aku dengan istimewa seperti seorang ratu. Apalagi setelah aku melahirkan puteri cantik untuknya. Tapi semua itu berubah ketika aku mengalami kecelakaan."
Cleantha menyaksikan mata Zevira berubah memancarkan sorot kesedihan.
"Kecelakaan mobil membuat kakiku lumpuh. Sejak itu sikap Raja berubah total. Dia menganggapku wanita cacat yang tidak bisa melayaninya sebagai isteri. Karena itu dia menyatakan keinginannya untuk menikah lagi."
Cleantha ikut terenyuh mendengar cerita tragis Zevira. Ia bisa membayangkan betapa terpukulnya Zevira saat suaminya berniat membagikan cinta kepada wanita lain.
"Awalnya aku menolak keinginan Raja. Tapi dia mengancam akan menceraikanku bila aku tidak menyetujui pernikahan keduanya. Karena memikirkan nasib Ivyna, akhirnya aku setuju. Aku juga dipaksa memilihkan calon isteri baginya dalam kompetisi wanita muda. Bisa kamu bayangkan bagaimana sakitnya perasaanku, Clea?" tanya Zevira dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, Kak, saya mengerti. Saya minta maaf karena telah mengikuti kompetisi itu. Dan sekarang...saya malah menjadi isteri kedua Tuan Raja," ucap Cleantha penuh penyesalan.
"Ini bukan kesalahanmu, Clea. Suamiku yang telah memilihmu menjadi isterinya. Begitulah sifat pria. Di kala isterinya masih muda, cantik dan sehat, mereka akan menyayanginya. Sebaliknya bila isterinya berubah jelek atau cacat, mereka akan membuangnya begitu saja. Menganggapnya bagai barang yang tidak berguna," tutur Zevira getir.
"Tuan Raja benar-benar pria yang kejam dan tidak berperasaan. Dia memperlakukan isterinya dengan buruk hanya karena dia mengalami kelumpuhan,"
gumam Cleantha merutuki pria yang baru saja menjadi suaminya itu.
Sebuah ide cemerlang mendadak muncul di benak Cleantha. Sebagai sesama wanita, ia bertekad untuk menolong Zevira keluar dari penderitaannya.
Dengan lembut, Cleantha menyentuh tangan Zevira untuk memberikan dukungan.
"Kak Vira, jangan bersedih. Saya akan membantu semampu saya."
Raut wajah Zevira berubah senang.
"Bagaimana caramu bisa membantuku?"
"Saya akan membuat Tuan Raja menyadari kesalahannya dan kembali pada Kak Vira."
"Apa kamu yakin, Clea?"
"Iya. Saya hanya perlu informasi mengenai hal apa saja yang paling dibenci Tuan Raja dari seorang wanita," jawab Cleantha penuh keyakinan.