Kisah Cinta antara seorang duda beranak satu dengan gadis cantik yang ternyata adalah adik dari asistennya sendiri.
Semuanya berawal ketika Ghea bertemu dengan bocah tampan bernama Gathan. Dilanjutkan dengan pertemuan Ghea dengan Gavin, yang ternyata adalah ayah dari Gathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BatagorAci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 12
Waktu jam makan siang~
"Eh si Ganteng nyamperin kita!" Pekik salah satu teman Ghea, yang bernama Ara. Kini Ghea dkk tengah makan siang Di kantin kampus, tak disangka raja kampus menghampiri tempat mereka duduk.
"Siang girls." Sapa laki-laki tampan itu ikut bergabung duduk di mane bundar kantin.
"Siang ganteng." Balas Ara dengan senyum centilnya. Si raja kampus tertawa kecil dengan balasan Ara.
"Makan apa Ghe?" tanya Bagas.
"Yang lu liat?" Ucap Ghea balik tanya.
"Pasta." Jawab Bagas.
"Nah itu tau, ngapain nanya!" Ketus Ghea, Bagas hanya tersenyum mendengar ucapan Ghea. Baginya ucapan Ghea yang ketus sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya.
"Udah Gas, Ghea mah gitu orangnya gampang emosian. Mending sama Ara aja, udah cantik, baik, lemah lembut, perhatian pula. Paket komplit lah." Seru Ara mencairkan suasana.
"Cih murah sekali anda nona!'' Cibir Ghea berdecih.
"Ara rela kok jual murah, yang penting dibelinya sama Bagas." Balas Ara.
"Nggak ada diskon gitu, kan yang beli orang ganteng?" Tanya Bagas menimpali ucapan Ara.
"Ada dong, diskonnya entar 50% buat Bagas." Balas Ara sambil terkekeh kecil. Bagas dengan gemas mengacak rambut Ara yang diponi kedepan.
"Aaaaa Bagas jangan gitu dong." Keluh Ara sambil merapikan poninya yang berantakan akibat ulah Bagas.
"Kenapa emangnya?"
"Jantung Ara berdebar-debar tau. Coba deh pegang dada Ara." Ara sudah memegang tangan Bagas dan akan mengarahkannya ke dada kirinya, namun....
"Heeeei kalian jangan berbuat mesum di kampus ya! Bisa-bisanya mau pegang-pegang anak orang. Nih juga satu, malah nyengir kayak orang gila, stres gua lama-lama punya temen kayak kalian berdu." Ucap Ghea yang berhasil menghempas tangan Ara yang menuntun tangan Bagas ke arah dadanya.
"Hehe maap ya, Ara suka khilaf kalo deket orang ganteng." Ara terkekeh sambil menggaruk lehernya.
"Astagfirullah, lu udah paling bener harusnya sekolah ditempat yang isinya cewe semua. Gimana kalo lu ketemu orang ganteng yang nggak lu kenal terus lu khilaf?" Decak Ghea mengomeli temannya.
"Ara khilafnya cuma sama Bagas seorang kok, tenang aja ntar kalo Ara khilaf kan ada Bagas yang jagain." Balas Ara.
Ghea ingin sekali memuntahkan pasta yang ia makan tadi. Ucapan temannya ini sungguh membuatnya muak.
"Balik lah, gua udah kenyang. Lu awas lu kalo kurang ajar sama Ara. Ara masih polos jangan diracuni pikirannya!" Ucap Ghea menatap tajam Bagas.
"Iya-iya bakal aku jagain Ara, orang udah anggap kayak sodara sendiri." Balas Bagas.
"Kok kayak sodara sih, Ara maunya kayak pacar. Ayo bilang kayak pacar sendiri!" rengek Ara sambil menggoyangkan lengan Bagas.
"Astaga, iya-iya kayak pacar sendiri." Seru Bagas sambil mencubit pipi Chubby Ara.
"Aminnnn." Ucap Ara mengamini perkataan Bagas barusan.
"Jijay gua!" Cibir Ghea memutar bola matanya malas.
"Yeee Ara sekarang udah punya pacar, mulai sekarang Bagas panggil Ara sayang ya, biar kayak orang-orang lain yang pacaran." Balas Ara semangat. Bagas hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Ara. Ara senang bukan main mendapat respon baik dari Bagas.
"Ayo panggil Ara pake panggilan sayang." Pinta Ara.
"Iya sayang."
"Hoekkk." Ghea langsung beranjak dari tempat itu sebelum otaknya terkontaminasi dengan kelakuan absurd mereka berdua.
Melihat kejadian Ara dan Bagas tadi, membuat Ghea rindu dengan Gavin dan Gathan. Ingin sekali ia bertemu dengan ayah dan anak itu, namun apalah daya ia masih memiliki jam pelajaran di kampus.
"Semangat:)." Ghea menyemangati dirinya sendiri.
*****
Sedangkan dikantornya, Gavin juga tengah makan siang diruangannya bersama dengan Gathan juga.
Setiap siang hari, Gathan sering menyusul Gavin ke kantor, entah itu dengan tujuan menyemangati sanga ayah atau hanya sekedar bermain yang pasti itu sama sekali bukan menjadi masalah untuk Gavin. Malahan Gavin senang jika bekerja ditemani oleh sang buah hati, rasanya menjadi penyemanangat sendiri untuknya.
"Daddy, nanti ommyh dateng ke cini kan?" Tanya Gathan yang masih sibuk makan cookies rasa coklat.
"Daddy nggak tau sayang, mommy kan lagi belajar di sekolah. Entar dimarahin guru, kalo mommy bolos." Jelas Gavin dengan penuh kasih sayang.
"Tenapa tiap hali mommyh belajal? Kan sudah besal?" Tanya Gathan dengan mencebikkan bibir mungilnya dengan kesal.
"Biar pintar sayang, besok Gathan juga harus belajar ke Sekolah biar pinter, oke." Ucap Gavin.
"Tapi nanti Athan ndak bisa main sama mommyh, dad. Mahu main sama ommyh telus." Balas Gathan merengek kepada sang ayah.
"Nggak boleh gitu sayang, tetep harus belajar biar pinter. Ntar ada waktunya sendiri buat main. Daddy janji kapan-kapan kita main sama mommy, oke." Ucap Gavin menasehati putra semata wayangnya.
"Janji yah, nanti Athan main sama Mommyh." Ujar Gathan memekik senang.
"Iya sayang, janji." Balas Gavin mengusap lembut rambut lebat berwarna hitam kepunyaan Gathan.
Kedua pria beda generasi itu melanjutkan acara makan siang sambil bercanda bersama.
*****
Waktu terus berjalan, siang pun sudah berubah menjadi sore hari. Dimana diwaktu-waktu itu banyak orang yang akan mengakhiri kegiatannya dari pagi hari tadi. Bisa kegiatan belajar, bekerja, dan lain sebagainya.
Sama halnya dengan Ghea, gadis itu tengah bersiap untuk pulang ke rumahnya barengan dengan Ara, karna Ara tidak dijemput kakaknya.
"Ara lu pegangan tapi jangan pegangan pinggang gua, pinggang pundak gua aja." Ucap Ghea memperingati Ara agar tidak memegang pundaknya layaknya seorang gadis dibonceng kekasihnya.
"Iya Ghea." Balas Ara. Gadis imut itu segera naik ke atas jok belakang motor trail Ghea dengan hati-hati.
"Udah belom?" Tanya Ghea.
"Bentar dong, ini rok Ara nyangkut Ghea." Gerutu Ara sambil membenarkan rok lucunya yang nyangkut di plat motor Ghea.
"Makanya kalo ka kampus jangan pake rok renda-renda, apalagi kalo pulangnya naik motor. Kakak lu kemana sih ampe nggak bisa jemput gini, biasanya juga stand by." Decak Ghea.
"Kakak Ara lagi nganterin mami ke surabaya." Jelas Ara. Kini tubuh gadis itu sudah duduk dijok belakang motor Ghea.
"Ara udah nih Ghe, ayo pulang." Ajak gadis itu sambil memeluk pinggang Ghea dengan erat. Gadis imut itu tak menyadari jika perbuatannya dapat membuat singa betina ngamuk.
"Tangan lu lepas monyet!" Sentak Ghea dengan kesal menghempas kedua tangan Ara yang melingkar di pinggangnya.
"Hehe maaf Ghea, Ara lupa soalnya, hayuk pulang." Seru Ara semangat melupakan kekesalan Ghea di depannya.
"Pegangan yang bener, awas kalo salah. Lu ntar nyangkut dipohon gua juga yang repot." Dumel Ghea. Ara yang ada dibelakangnya hanya berdehem sambil menganggukkan kepalanya paham. Ghea pun melajukan motornya keluar area parkiran kampus.