Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 20. Miss you
"Diam atau kamu akan mati!" Ancamnya.
Tubuh Ayana seketika menjadi kaku dan tidak bisa berkutik ketika suara itu mengancam Ayana.
"Kenapa penjahat ini bisa masuk kedalam." Batin Ayana.
"Jika kamu bergerak sedikit saja akan aku pastikan lehermu akan terputus," ancamnya lagi.
Mata Ayana terbuka sempurna saat mendengar suara itu berkata sekali lagi. Ayana akan memancing untuk berbicara karena ia ingin memastikan bahwa tebakannya benar.
"Kenapa jika aku bergerak? Kamu akan membunuhku? Silahkan saja," ucap Ayana.
"Baiklah kalau begitu." Dan benar tebakan Ayana jika suara itu begitu familiar di telinga Ayana.
"Cukup Aston aku tau itu kamu," ujar Ayana membuat pria yang semulanya memeluk Ayana dari belakang mendadak melepaskan pelukannya.
"Bagiamana kamu bisa tau itu aku?" Tanya Aston.
"Hidup bersamamu selama ini tidak membuatku lupa dengan suaramu," balas Ayana yang sedikit kesal.
Aston berjalan ke arah saklar lampu dan menyalakannya. Nampak hal pertama yang Ayana lihat adalah Aston yang sudah memakai baju tidur. Aston berjalan kearah Ayana dan memeluk tubuh istrinya yang sangat ia rindukan selama seminggu ini.
"Kamu bilang besok baru pulang kenapa sudah sampai aja di rumah?" tanya Ayana di sela-sela berpelukan.
"Aku ingin memberimu kejutan," jawab Aston.
Ayana mencubit pinggang Aston yang membuat Aston merintih kesakitan.
"Itu bukan kejutan namanya, itu hampir membuatku mati karena jantungan." Ayana begitu kesal kepada Aston namun tidak mungkin jika ia harus mengajak Aston berkelahi karena mengingat Aston baru saja sampai rumah di mana selama seminggu Aston harus pergi ke luar negeri untuk melakukan bisnis jadi Ayana menurunkan egonya.
Aston memeluk tubuh Ayana lagi untuk melepaskan kerinduannya. "Aku begitu merindukanmu hingga aku tidak bisa fokus dengan pekerjaan ku." Ucap Aston yang membuat Ayana tersenyum dalam pelukan Aston.
Ayana melepaskan pelukannya kepada Aston.
"Aku mau mandi dulu," ijin Ayana kepada Aston.
Aston melepaskan pelukannya dan membiarkan Ayana untuk mandi terlebih dahulu. Ayana melesat ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena badannya sudah begitu tidak nyaman.
Sambil menunggu Ayana selesai mandi Aston melanjutkan pekerjaannya lagi. Walaupun ia sudah berada di rumah namun ada beberapa email yang harus ia balas dan beberapa email masuk adalah berkas yang Hadwin kirim kepadanya.
Terlalu fokus dengan pekerjaannya membuat Aston tidak menyadari jika Ayana sudah berada tempat di sebelahnya.
"Kamu masih harus bekerja?" Tanya Ayana yang membuat Aston terkejut.
"Kamu kapan ada di sini?" tanya Aston balik.
"Saat kamu membalas email dari Hadwin," jawab Ayana.
Aston menggendong tubuh Ayana ala bridal style membawanya menuju ke tempat tidur mereka.
"Aku menginginkannya apa boleh?" tanya Aston.
Memang Aston dari awal meminta haknya ia selalu meminta ijin terlebih dahulu kepada Ayana. Karena Aston tidak ingin memaksanya.
Ayana mengangguk kepalanya bertanda bahwa ia menyetujui permintaan Aston di mana Aston meminta haknya.
Malam ini mereka berdua melepaskan ke rindu mereka dengan mesra dan malam ini adalah yang begitu bahagia bagi keduanya.
...•••...
Pagi Aston mengajak Ayana pergi ke kantor bersamanya. Sebenarnya Ayana tidak ingin di tinggal oleh Aston maka dari itu Ayana pergi bersama dengan Aston dengan balutan warna baju yang hampir sama membuat mereka seperti memakai baju couple.
Banyak pasang mata yang melihat kemesraan keduanya membuat mereka begitu iri kepada Ayana. Karena setelah putus dengan mantan kekasihnya yang dulu Aston tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun dan sifat Aston yang menjadi lebih dingin dan juga keras membuat siapa saja menjadi takut jika berhadapan lagi dengannya. Mereka terkejut saat mengetahui jika CEO nya menikah secara mendadak.
Mungkin karena tidak ingin di rebut kembali oleh rekan bisnisnya maka Aston merahasiakan keberadaan Ayana itulah spekulasi yang beredar. Namun yang mereka kagumi kepada Ayana adalah ia bisa meluluhkan hati dingin Aston hingga bisa tersenyum kembali seperti sekarang.
Gandengan tangan tak pernah lepas dari keduanya di mana Aston selalu mengenggam tangan sang istri yang juga menggenggam tangannya. Di dalam lift yang khusus untuk CEO Aston mencium kening Ayana sekilas membuat Ayana tersenyum kearah Aston.
"Aku mencintaimu." Kalimat itu keluar lagi dari mulut Aston.
"Aku juga mencintaimu." Balas Ayana.
Ayana menyapa Fany yang tersenyum kepadanya.
"Nanti kita pergi ke cafe lagi." Ajak Ayana.
Fany mengangguk kepalanya sambil berjalan menuju ke resepsionis untuk memberikan sebuah berkas.
Di dalam ruangan hal pertama yang Aston lakukan adalah mengambil beberapa cemilan dari lemari sebelah kiri miliknya.
"Jika kamu ingin lagi kamu ambil sendiri, ya." Ucap Aston yang di anggukin oleh Ayana.
Sebenarnya Ayana sudah sarapan namun mulutnya ingin memakan sesuatu. Untung saja Aston memiliki beberapa cemilan untuknya agar ia betah di ruangan Aston.
Aston yang melihat kelakuan sang istri hanya tersenyum.
...•••...
"Kamu mau kopi?" tanya Ayana ketika jam makan siang telah tiba.
"Boleh, seperti biasa, ya." Jawab Aston.
Ayana berjalan keluar ruangan dan menemukan Fany yang sudah menunggu dirinya dengan wajah cerianya. Mereka berjalan berdua untuk menuju cafe tempat biasanya saat Ayana berkunjung ke kantor Aston.
Selepas Ayana pergi hanya tersisa Aston di dalam ruangan dengan beberapa berkas yang menumpuk di mejanya. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya membuat ketampanan Aston jauh berkali-kali lipat.
Tok!
Tok!
Tok!
Cklek
Jika pintu masuk langsung terbuka bisa di pastikan jika itu adalah Hadwin yang masuk dan benar jika Hadwin yang masuk ke dalam ruangannya. Hadwin membawa sebuah amplop coklat dan menyerahkan kepada Aston langsung.
"Apa ini?" tanya Aston.
"Itu adalah foto nyonya Ayana saat berbelanja di pusat perbelanjaan." Jawab Hadwin.
"Lalu?"
Hadwin hanya diam tanpa membuka suaranya.
Aston yang penasaran maksud dari ucapan Hadwin langsung membuka amplop coklat yang Hadwin berikan kepadanya. Mata Aston terbuka sempurna saat melihat isi amplop coklat itu. Amarah Aston kali ini tidak bisa di hentikan siapapun ketika melihat foto di mana Ayana di tampar oleh Xaquila yang entah apa penyebabnya sang istri di tampar olehnya.
"Dari mana kamu mendapatkan ini?" tanya Aston.
"Jake yang memberikannya," jawab Hadwin.
Aston bergegas mencari keberadaan Xaquila karena Aston ingin mempertanyakan prihal kejadian yang ada di foto ini. Hadwin yang mengerti amarah Aston hanya diam dan mengikuti Aston dari belakang saja. Karena jika Aston di hentikan saat ia marah maka orang itu akan terkena imbasnya.
Ayana yang baru kembali dari cafe dan menuju ke ruangan Aston mendadak menghentikan langkahnya saat melihat Aston berjalan ke arahnya.
"Aston ini kopimu." Ayana menyodorkan segelas kopi kepada Aston namun Aston berlalu begitu saja tak menghiraukan kehadiran Ayana.
Bingung dengan sikap Aston yang mendadak menjadi dingin membuat Ayana menghentikan langkah Hadwin dan mempertanyakan soal sikap Aston.
"Ada apa ini Hadwin? Kenapa Aston begitu marah?" tanya Ayana.
Alih-alih menjawab pertanyaan Ayana yang menanyakan perihal sikap Aston yang mendadak menjadi dingin Hadwin memberikan amplop coklat itu kepada Ayana.
Ayana menerima amplop coklat itu dengan perasaan kebingungan. Namun saat mengetahui isi amplop coklat itu Ayana dengan segera berlari menyusul Aston yang mungkin sudah jauh. Ayana tidak tau jika Jake melaporkan kejadian itu kepada Aston karena sebelumnya Ayana melarang Jake untuk memberi tahukan kejadian di mana Xaquila menamparnya kepada Aston. Akan tetapi ternyata Ayana tidak mempercayai ucapan Jake.
Berlari dengan sekuat tenaga untuk menyusul Aston yang mungkin saja sudah cukup jauh. Mata Ayana menangkap keberadaan Aston yang berjalan keluar gedung. Dengan cepat Ayana masuk ke dalam lift untuk menyusul Aston.
Pintu lift terbuka dengan segera Ayana mengejar Aston yang sebenarnya tidak bisa Ayana kejar. Ayana sedikit kesusahan berlari menggunakan heels tinggi.
Mobil Aston melesat pergi meninggalkan gedung. Ayana takut jika Aston berbuat yang aneh-aneh mengingat kejadian saat Aston menghajar Jake yang tidak becus menjaga Ayana.
Ayana menghentikan sebuah taksi dan menyuruhnya untuk mengikuti mobil Aston. Ayana begitu lelah saat mengejar Aston. Mobil Aston memasuki area sebuah perusahaan yang lumayan besar namun lebih besar milik Aston.
J. Company itulah nama perusahaan yang Aston datangi sekarang.
Ketika Aston hendak masuk kedalam suara Ayana tak dapat menghentikan langkah Aston.
"Aston! Jika kamu berbuat nekat kamu akan kehilangan ku!" Ancam Ayana yang memperlihatkan sebuah pisau kecil yang berada di tangannya.
Mata Aston yang melihat itu langsung menghampiri Ayana. Namun alih-alih berlari kearah Aston yang menghampirinya, Ayana berlari ke mobil Aston dan masuk kedalamnya. Melihat itu Aston langsung ikut masuk kedalam mobilnya.
"Apa yang kamu lakukan Ayana!" pekik Aston.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu akan melakukan seperti apa yang kamu lakukan kepada Jake?" tanya Ayana.
"Aku akan melakukan lebih dari yang aku lakukan kepada Jake!" Sahut Aston.
"Apa dengan cara seperti itu kamu bisa menyelesaikan semua masalah yang kamu hadapi? Tidak! Kamu malah membuat masalah bertambah lagi. Di mana nama baikmu menjadi tercemar karena kamu membuat orang babak belur di tambah lagi kamu akan menjadi topik berita di mana-mana dan semua kolega mu akan menganggap mu buruk dan mereka akan menarik semua investasi yang mereka tanamkan dalam perusahaan mu. Apa kamu pernah berpikir sampai sana? Apa kamu pernah berpikir semua tindakan yang kamu lakukan? Apa kamu pernah berpikir dampak dari perilaku buruk mu ini? Amarah tidak akan menyelesaikan sebuah masalah. Amarah akan memperburuk keadaan yang ada. Jika kamu marah karena kejadian itu coba lihat aku sekarang apa aku ada luka yang serius? Tidak ada aku baik-baik saja. Tamparan itu karena aku membalas ucapannya yang menghinaku. Karena ia ingin merendahkan. Jadi aku mohon sebagai istri mu hentikan semuanya dari sini." Jelas Ayana.
"Namun jika kamu tidak menghentikannya maka aku akan menggoreskan pisau ini ke tanganku!" Ancam Ayana yang memperlihatkan sebuah pisau kecil berada di pergelangan tangannya.
"Ayana apa yang kamu lakukan apa kamu sudah gila!"
"Aku akan nekat jika kamu berbuat seperti itu lagi!"
Tak ingin berdebat terlalu jauh Aston meminta maaf kepada Ayana.
"Baiklah aku minta maaf." jawab Aston.
"Tapi aku marah saat kamu di tampar olehnya."
"Aku malah tidak marah saat ia menamparku karena di saat aku berhasil membalas ucapannya aku merasa menang. Jadi sekarang ayo kita pergi." Ajak Ayana.
Aston menjalankan mobilnya meninggalkan gedung milik Jesper.
...•••...
Mobil Aston tiba di gedung miliknya. Mereka terdiam sejenak sambil menetralkan amarah mereka berdua masing-masing. Aston mengenggam tangan Ayana.
"Maafkan aku," ucap Aston.
Ayana menghela nafasnya dan menghadap kearah Aston. "Apa kamu dari dulu seperti?" Tanya Ayana.
"Seperti apa?"
"Jika kamu marah kamu langsung menghajar orang itu?"
"Iya, aku langsung menghajar orang itu jika ia menganggu orang yang aku sayangi," jawab Aston.
"Apa dulu mantan kekasihmu tidak menegur mu ketika kamu berbuat seperti ini?"
"Ayana, aku mohon jangan membawa nama dia di saat seperti ini,"
"Aston, jawab apa yang aku tanyakan kepadamu,"
Aston menghela nafasnya dalam-dalam. "Dia tidak marah, malah membiarkanku, dan ia merasa bangga ketika aku berbuat seperti itu."
Ayana begitu terkejut mendengar jawaban Aston di mana Xaquila begitu bangga ketika Aston berbuat kriminal seperti ini. Bagiamana ada wanita yang bangga kekasihnya menjadi penjahat.
"Sekarang kamu sudah menikah dan kamu menginginkan anak bukan? Jika sifatmu tidak bisa di kendalikan maka aku akan menunda kehamilanku. Aku tidak ingin anakku melihat tempramen ayahnya yang buruk." Ucap Ayana keluar dari mobil Aston.
Aston mengacak-acak rambutnya dan menyusul Ayana. Perasaan Ayana begitu marah saat melihat Aston yang ternyata tidak bisa berubah sejak dulu. Masih Ayana ingat ketika Aston menghajar Jake dengan tangan kosongnya hingga membuat Jake luka cukup serius. Begitu kuat sekali tenaga Aston hingga membuat Jake terluka.
Ayana tersenyum sekilas ke Fany, namun Fany di buat bingung ketika sang CEO nya berlari masuk ke dalam ruangan dengan keadaan yang cukup berantakan. Itulah kenapa Fany begitu bingung dengan keadaan Aston yang tidak bisa.
Aston berlutut di hadapan Ayana yang sedang duduk di sofa dengan wajah yang menahan marah.
"Baiklah aku akan berubah demi kebaikan kita bersama, tapi jangan menunda kehamilan karena aku sangat ingin mengendong anak," ucap Aston.
Kali ini Ayana ingin mengakhiri pertengkaran yang terjadi antara dirinya juga Aston.
"Aku pengan ucapanmu." Jawab Ayana.
Senyum Aston mengembang saat mendengar jawaban dari Ayana. Senyuman penuh dengan maksud tersembunyi membuat Ayana begitu ketakutan kepada Aston.
Aston menggendong tubuh Ayana ala bridal style dan membawanya menuju ke ruangan istirahat Aston dan mereka melakukannya lagi. Pertengkaran ini di selesaikan dengan cara mereka sendiri.