NovelToon NovelToon
Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Di puncak Gunung Awan Putih, Liang Wu hanya mengenal dua hal: suara lonceng pagi dan senyum gurunya. Ia percaya bahwa setiap nyawa berharga, bahkan iblis sekalipun pantas diberi kesempatan kedua.

Namun, kenaifan itu dibayar mahal. Ketika gurunya memberikan tempat berlindung kepada seorang pembunuh demi 'welas asih', neraka datang mengetuk pintu. Dalam satu malam, Liang Wu kehilangan segalanya: saudara seperguruan dan gurunya yang dipenggal oleh mereka yang menyebut diri 'Aliansi Ortodoks'.

Terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan kuil yang terbakar, Liang Wu menyadari satu kebenaran pahit: Doa tidak menghentikan pedang, dan welas asih tanpa kekuatan adalah bunuh diri.

Ia bangkit dari abu, bukan sebagai iblis, melainkan sebagai mimpi buruk yang jauh lebih mengerikan. Ia tidak membunuh karena benci. Ia membunuh untuk 'menyelamatkan'.

"Amitabha. Biarkan aku mengantar kalian ke neraka, agar dunia ini menjadi sedikit lebih bersih."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Topeng Jerami

Matahari terbit di atas Desa Sungai Batu, sebuah pemukiman kecil di kaki Gunung Awan Putih. Bagi penduduk desa, matahari ini biasanya membawa harapan panen. Tapi hari ini, sinar matahari hanya menyoroti kehancuran di puncak gunung.

Asap hitam masih mengepul tipis dari reruntuhan Kuil Teratai Emas di kejauhan, seperti dupa raksasa yang dibakar untuk dewa kematian.

Di pinggiran desa, bersembunyi di balik tumpukan jerami kering, sepasang mata mengawasi.

Liang Wu menggigil. Bukan karena dingin pagi, melainkan karena demam. Luka bakar di separuh wajah kirinya mulai berdenyut dengan ritme yang menyakitkan. Nanah mulai terbentuk di balik perban kain kotornya. Tubuhnya yang kuat karena kultivasi Qi Tingkat 7 sedang bertarung melawan infeksi, tapi dia butuh obat. Dan makanan.

Dia meremas kantong uang yang dia rampas dari penjarah semalam. Ada sekitar tiga puluh keping tembaga dan dua keping perak. Cukup untuk membeli obat salep dan bakpao hangat.

Tapi dia tidak bisa masuk begitu saja.

Di alun-alun desa, sebuah papan pengumuman baru telah didirikan. Kerumunan warga desa berkumpul di sana, wajah mereka cemas.

Liang Wu mempertajam pendengarannya, mengalirkan Qi ke telinga.

"...Dengar ini!" teriak seorang pria berseragam biru langit—murid luar Sekte Pedang Azure yang bertugas sebagai penegak hukum desa. Dia menunjuk poster bergambar wajah sketsa kasar. "Iblis Liang Wu, murid murtad dari kuil sesat di atas, masih buron! Ciri-ciri: Kepala gundul, membawa tasbih, tatapan mata gila. Jika melihatnya, lapor segera! Hadiahnya sepuluh keping emas!"

"Sepuluh emas?" gumam seorang petani tua. "Itu cukup untuk makan tiga tahun."

"Tapi Tuan..." seorang wanita paruh baya memberanikan diri bertanya. "Kuil Teratai Emas selalu baik pada kami. Mereka memberi obat gratis saat wabah tahun lalu. Kenapa mereka disebut sesat?"

PLAK!

Murid Sekte Azure itu menampar wanita itu hingga terjatuh.

"Berani kau membela iblis?!" bentak murid itu, tangannya memegang gagang pedang. "Patriark Zhao sendiri yang membongkar ritual darah mereka! Mereka membunuh wanita untuk tumbal! Obat yang kau minum itu mungkin darah bayi!"

Warga desa terdiam ketakutan. Wanita itu menangis sambil memegangi pipinya yang merah.

"Mulai hari ini," lanjut murid itu sombong, "Pajak perlindungan naik dua kali lipat. Kami butuh biaya untuk memburu sisa iblis demi keselamatan kalian. Yang tidak bayar, akan kami anggap simpatisan iblis!"

Di balik tumpukan jerami, tangan Liang Wu mencengkeram gagang parang besinya yang karatan.

Urat-urat di punggung tangannya menonjol. Amarah lamanya—amarah yang ingin menegakkan keadilan—bergejolak. Dia ingin melompat keluar, memenggal kepala murid sombong itu, dan berteriak bahwa Aliansi-lah iblis yang sebenarnya.

Tapi kemudian, dia merasakan denyut di wajah kirinya.

Ingat, Wu'er, suara Guru Xuan bergema di kepalanya. Kebaikan adalah lentera yang menarik ngengat.

Jika dia keluar sekarang, dia akan membunuh satu murid. Lalu puluhan lainnya akan datang. Dia akan mati dikeroyok, dan desa ini akan dibakar karena "menyembunyikan" dia.

Liang Wu melepaskan gagang parangnya. Napasnya berat.

Dia bukan lagi pahlawan. Pahlawan mati konyol di puncak gunung. Dia adalah anjing liar yang harus bertahan hidup.

Dia mundur perlahan, meninggalkan alun-alun itu. Dia menyusup ke halaman belakang sebuah rumah petani yang sepi.

Di jemuran, tergantung pakaian kasar petani: celana goni cokelat dan baju tunik abu-abu yang sudah ditambal di sana-sini. Dan yang paling penting, sebuah caping (topi jerami kerucut) lebar yang biasa dipakai untuk ke sawah.

Liang Wu mengambil pakaian itu. Dia meninggalkan dua keping tembaga di ambang jendela sebagai bayaran—sisa moralitas terakhir yang dia miliki.

Dia berganti pakaian di dalam hutan bambu. Jubah biksu robeknya yang penuh darah dan lumpur dia kubur di dalam tanah. Dia mengenakan baju petani yang sedikit kekecilan di bahunya yang lebar.

Terakhir, dia memakai caping itu. Dia menekannya rendah, sehingga bayangan topi menutupi seluruh wajah bagian atasnya, terutama mata kirinya yang mengerikan.

Sekarang, dia bukan lagi Liang Wu si Biksu. Dia hanyalah seorang pengembara tak bernama dengan parang karatan di pinggang.

Liang Wu berjalan keluar dari hutan bambu, langsung menuju kedai obat kecil di ujung desa. Dia menundukkan kepala, membiarkan caping menyembunyikan wajahnya.

"Tabib," panggilnya serak saat masuk.

Tabib tua itu sedang menimbang akar manis. Dia mendongak, melihat sosok besar dengan pakaian petani tapi aura yang menekan. "Apa yang sakit, Anak Muda?"

"Luka bakar. Dan infeksi," jawab Liang Wu singkat. Dia meletakkan sekeping perak di meja. "Aku butuh salep terbaikmu, perban bersih, dan jarum jahit."

Mata tabib itu melebar melihat perak. Itu uang yang banyak. Dia tidak banyak tanya—di zaman kacau seperti ini, orang yang terluka dan punya uang biasanya orang berbahaya.

"Tentu, tentu. Tunggu sebentar."

Saat tabib itu meracik obat di belakang, Liang Wu mendengar percakapan dari dua pria yang sedang minum teh di meja sudut. Salah satunya, dia kenali suaranya.

Si Bos Penjarah yang tangannya buntung.

Pria itu pucat, lengan kanannya dibebat kain penuh darah. Dia sedang bicara dengan nada bergetar pada temannya.

"...Aku bersumpah demi makam leluhurku! Itu bukan manusia! Dia punya dua wajah! Satu sisi wajahnya meleleh seperti lilin, matanya melotot tanpa kelopak! Dia mematahkan tangan kiriku hanya dengan pedang kayu!"

"Kau mabuk, Bos," temannya tertawa. "Mana ada hantu minta uang?"

"Itu bukan hantu biasa! Itu... itu Asura! Dia bilang dia menjaga kuburan para biksu. Jangan pernah naik ke sana lagi! Demi Dewa, jangan pernah!"

Liang Wu diam mendengarkan di balik capingnya. Dia tersenyum tipis. Rasa takut itu menyebar lebih cepat daripada wabah.

Tabib kembali dengan bungkusan obat. Liang Wu mengambilnya, menyembunyikannya di balik baju, dan berbalik pergi.

Saat dia melangkah keluar, dia berpapasan dengan murid Sekte Azure yang tadi menampar wanita di alun-alun. Murid itu sedang berjalan angkuh, menendang keranjang sayur seorang nenek yang menghalangi jalannya.

Bahu mereka bersenggolan.

"Hei! Kau buta?!" bentak murid itu, mencengkeram bahu Liang Wu. "Petani rendahan! Berlutut dan minta maaf!"

Liang Wu berhenti.

Tangan murid itu masih di bahunya. Jarak leher murid itu hanya satu jengkal dari tangannya.

Liang Wu bisa mematahkannya dalam satu detik. Dia bisa merobek tenggorokannya sebelum murid itu sadar dia sudah mati.

Darah di dalam tubuh Liang Wu berdesir. Pembunuhan di hutan semalam telah membuka pintu air. Hasrat untuk menghancurkan sampah di depannya ini begitu kuat hingga jari-jari Liang Wu berkedut.

Tapi di balik caping, mata Liang Wu melirik ke arah papan pengumuman di kejauhan.

Sepuluh emas.

Kalau dia membunuh di sini, di siang bolong, dia tidak akan bisa membeli obat lagi. Dia tidak akan bisa mengejar Duan.

"Maafkan hamba, Tuan Pendekar," suara Liang Wu parau dan rendah, dibuat-buat agar terdengar tua. Dia membungkukkan badannya, membuat dirinya terlihat lebih kecil. "Mata hamba rabun kena debu sawah."

Murid itu mendengus jijik, melepaskan cengkeramannya lalu mengelapkan tangannya ke baju seolah baru menyentuh kotoran. "Dasar petani bau. Minggir!"

Murid itu mendorong Liang Wu dan berlalu pergi.

Liang Wu berdiri tegak kembali setelah murid itu menjauh. Di balik bayangan caping jerami, mata kanannya yang utuh menatap punggung murid itu dengan dingin.

Nikmati napasmu hari ini, batin Liang Wu. Karena saat matahari terbenam nanti... kau akan menjadi latihan pertamaku.

Liang Wu berjalan menjauh, menuju hutan di pinggiran desa. Dia akan mengobati wajahnya dulu. Lalu malam nanti, dia akan kembali.

Bukan sebagai pahlawan. Tapi sebagai konsekuensi.

1
azizan zizan
jadi kuat kalau boleh kekuatan yang ia perolehi biar sampai tahap yang melampaui batas dunia yang ia berada baru keluar untuk balas semuanya ..
azizan zizan
murid yang naif apa gurunya yang naif Nih... kok kayak tolol gitu si gurunya... harap2 si murid bakal keluar dari tempat bodoh itu,, baik yaa itu bagus tapi jika tolol apa gunanya... keluar dari tempat itu...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Misi dimulai 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Cerita bagus...
Alurnya stabil...
Variatif
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sukses 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sapu bersih 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yup yup yup 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Rencana brilian 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Dicor langsung 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Bertambah kuat🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Semangat 🦀🍄
Wiji Lestari
busyet🤭
pembaca budiman
saking welas asihnya ampe bodoh wkwkwm ciri kas aliran putih di novel yuik liang ambil alih kuil jadiin aliran abu² di dunia🤭
syarif ibrahim
sudah mengenal jam kah, kenapa nggak pake... 🤔😁
Wiji Lestari
mhantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Keadilan yg tidak adil🦀🍄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!