Dia memilihnya karena dia "aman". Dia menerima karena dia butuh uang. Mereka berdua tak siap untuk yang terjadi selanjutnya. * Warisan miliaran dollar berada di ujung sebuah cincin kawin. Tommaso Eduardo, CEO muda paling sukses dan disegani, tak punya waktu untuk cinta. Dengan langkah gila, dia menunjuk Selene Agueda, sang jenius berpenampilan culun di divisi bawah, sebagai calon istri kontraknya. Aturannya sederhana, menikah, dapatkan warisan, bercerai, dan selesai. Selene, yang terdesak kebutuhan, menyetujui dengan berat hati. Namun kehidupan di mansion mewah tak berjalan sesuai skrip. Di balik rahasia dan kepura-puraan, hasrat yang tak terduga menyala. Saat perasaan sesungguhnya tak bisa lagi dibendung, mereka harus memilih, berpegang pada kontrak yang aman, atau mempertaruhkan segalanya untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Melebihi Batas
Robert berdiri tak bergerak, ekspresinya netral namun matanya memperhatikan gerak gerik pengantin baru itu.
“Kau ternyata berbakat,” bisik Tom pada Selene, jempolnya mengusap pipinya yang masih ada bekas tepung di sana. “Tapi kurasa kau sudah tidak membutuhkan guru lagi. Jonathan akan membereskan pembayaran untuk Chef Chandler.”
Selene mengerutkan kening. “Tapi aku belum selesai belajar. Masih banyak yang—”
“Sudah cukup,” ucap Tom, masih menatap matanya dan kini merengkuh pinggang Selene. “Aku punya kejutan untukmu besok. Liburan akhir pekan. Hanya kita berdua.”
Ia melihat konflik di mata Selene, kebingungan, sedikit kekecewaan, lalu pasrah. Selene akhirnya mengangguk, tersenyum kecil. “Baiklah.” Selene merasa tak enak pada Robert karena Tom begitu tiba-tiba memutuskan hal ini.
Tom menoleh ke Robert. “Terima kasih atas jasanya, Chef Chandler. Jonathan akan mengatur semua pembayaranmu beserta bonusnya.”
Robert mengangguk, mengumpulkan peralatannya dengan tenang, meskipun di kepalanya banyak pertanyaan yang berkecamuk karena Tom seperti sedang mengusirnya. “Terima kasih atas kesempatannya, Tuan Eduardo. Nyonya Selene, anda murid yang hebat. Teruslah berlatih.”
*
*
Setelah Robert pergi, Selene menarik napas. “Kenapa tiba-tiba?”
Tom tidak segera menjawab. Ia memotong lagi sepotong kue, memakannya perlahan. “Aku tidak suka melihatmu tertawa dengan pria lain,” akhirnya dia mengakui, suaranya rendah.
Selene menatapnya, matanya membesar. “Apa? Dia hanya—“
Tom merasa kata-katanya sendiri membuatnya terkejut. Ini melampaui batas kontrak. Ini pribadi. Ini berbahaya.
“Kita punya image untuk dijaga, Cara,” dia memperbaiki ucapannya, kembali ke wilayah aman. “Kakekku punya banyak kenalan. Jika ada gosip … itu akan berbahaya.”
Selene mengangguk, ada rasa kecewa karena tadinya dia berpikir Tom cemburu. “Tentu. Aku mengerti.”
Tapi Tom melihat kekecewaan di matanya. Dan kali ini, kekecewaan itu menusuk hatinya.
Ia ingin menarik kata-katanya kembali, ingin menjelaskan bahwa mungkin alasan sebenarnya bukanlah tentang kontrak atau warisan.
Tapi isi kontrak itu sendiri yang menghentikannya. ‘Tidak ada ikatan emosional yang akan dikembangkan selama masa perjanjian.’
Tom memalingkan wajahnya. “Aku harus kembali bekerja. Kuenya enak. Sungguh. Kau sangat berbakat.”
Ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Selene sendirian di ruang makan yang megah dengan kue coklat yang sempurna dan hati yang mulai retak.
*
*
Di dapur, Selene membersihkan sisa-sisa pembuatan kue dengan tangan gemetar. Bibirnya masih terasa hangat oleh ciuman Tom, ciuman yang selalu membuatnya berdebar, tapi juga membuatnya kecewa pada akhirnya.
Robert adalah satu-satunya teman yang dia miliki dalam kehidupan baru yang terisolasi ini, dan sekarang Tom mengambilnya.
Selene menyentuh bibirnya, mengingat kembali sensasi ciuman Tom tadi. Untuk sesaat yang singkat, rasanya seperti mereka benar-benar suami istri yang mesra. Seperti Tom benar-benar menginginkannya. Bukan sebagai istri kontrak, tetapi sebagai Selene.
Tapi kemudian dia teringat pada kontrak, pada perjanjian yang dia tanda tangani dengan mata terbuka dan sadar.
Hidup mewah, semua tagihan ibunya yang sakit, imbalan jutaan dolar di akhir pernikahan, semua itu harga yang besar dengan mengorbankan perasaannya.
Tom adalah pria yang tak terjangkau. Sejak awal, aturannya jelas. Jangan jatuh cinta. Jangan berharap. Jangan mengira sandiwara ini adalah kenyataan.
Namun saat dia membersihkan meja dapur, Selene tahu aturan-aturan itu sudah terlambat. Hatinya sudah memilih hal yang tak seharusnya, meski tahu pilihannya adalah jalan menuju hati yang hancur.
*
*
Di ruang kerjanya, Tom menatap dokumen tanpa benar-benar membacanya. Ingatannya tentang Selene dan Robert tertawa bersama masih membayanginya.
Tapi sekarang ada ingatan baru, Selene yang tersipu dan berdebar setelah ciuman mereka.
Dia mengepalkan tangannya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak bisa mengembangkan perasaan untuk istri kontraknya.
Itu melanggar aturan, melanggar logika, dan yang terpenting, itu berisiko mengacaukan segalanya.
pasti keinginanmu akan tercapai..
terima kasih kak Zarin 😘🙏
jangan biarkan Selene melakukan hal yg kurang pantas hanya karena ingin memiliki bayi ya kak Zarin 😁
tetap elegant & menjaga harga diri Selene, oke