Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara Nekad
Ruang Kerja Adrianto Pratomo
"Wiro Sableng ke Princeton?" seru Adrianto saat Mandaka laporan ke ayahnya.
"Lha, Papa ikutan manggil Wiro Sableng?" kekeh Mandaka.
"Gara-gara adikmu itu tho," sungut Adrianto. "Ngapain dia ke Princeton cari Sari?"
"Mana aku tahu, Pa."
"Apa anak itu bikin masalah lagi?" gumam Adrianto.
"Aku sih mikirnya bisa stress tuh si kopassus sama Sarimi," ucap Mandaka.
"Ya semoga tidak ada pertarungan lagi. Papa pusing kalau harus mengeluarkan adikmu dari sel lagi!"
Kali ini Mandaka tertawa terbahak-bahak.
***
Princeton University New Jersey
Mandasari menatap Wira dengan perasaan gemas karena bisa-bisanya pria satu ini dengan pedenya menembak dirinya tanpa ada mesra sekalipun. Harusnya pria-pria di keluarga aku yang seperti itu, bukan tentara muridnya Sinto Gendeng ini.
"Setelah aku bilang aku tidak ada tertarik sama kamu atau pun menjadi anggota Persit Kartika Chandra Kirana, apakah kamu akan mundur?" tanya Mandasari.
"Siapa yang mau mundur?" jawab Wira dengan santainya. "Justru, aku baru mulai, nona Random."
Mandasari mendelik. Benar-benar Wiro Sableng muridnya Sinto Gendeng ini. Oke Sarimi, kamu harus bermain cantik.
"Tunggu, tentara ganteng, kamu masih tetap mengejar Sari? Apa kamu yakin?" tanya Oscar sambil menatap Wira.
"Yakin lah!" senyum Wira dengan percaya diri. "Kalau tidak, ngapain aku jauh-jauh dari Fort Bragg kesini?"
"Dengar, muridnya Sinto Gendeng. Apa kamu yakin? Yakin seyakin-yakinnya? Yakin? Haqul yaqiin?" Mandasari menatap wajah Wira yang mengangguk sambil tersenyum. "Oke, fix ! Kamu kesambet!"
"Kamu ngomong apa sih Sari?" tanya Oscar yang bingung karena Mandasari memakai bahasa Indonesia.
"Aku hanya meyakinkan diriku bahwa Mr Soldier di depan aku ini, yakin mau ngejar aku," jawab Mandasari dengan bahasa Inggris.
"Apa kamu yakin kamu mau ngejar sahabat aku ini? Bisa tabah kamu?" Oscar menatap Wira dengan wajah tidak percaya.
"Ada yang salah ?" balas Wira.
"Haaaiissshhh!" gerutu Oscar.
Mandasari menggelengkan kepalanya. "Kamu nginap dimana?"
"Di apartemen kamu, boleh?" goda Wira
Mandasari hanya tersenyum manis dan menendang kaki Wira.
"Aduuuhh!" Wira memegang kakinya.
"Enak saja kamu menginap di apartemen Sari! Hanya aku yang boleh menginap disana!" ucap Oscar judes.
"Lho, tapi kamu kan pria," protes Wira.
"Yang sayangnya burungku tidak berdiri meskipun lihat Sari polosan. Jadi aman. Kalau kamu, sudah pasti burungmu berdiri dan mimisan!" Oscar memajukan tubuhnya. "Dan aku pasti akan h0rny sama kamu."
Wira pun memasang wajah bergidik sementara Mandasari tertawa terbahak-bahak.
***
Wira akhirnya mendapatkan hostel dekat apartemen Mandasari dan pria itu pun datang ke tempat gadis itu tinggal. Mandasari memberikan ijin masuk setelah dia menghubungi Adrianto dan ayahnya memberikan lampu hijau Wira datang.
Wira cukup terkejut melihat Oscar dengan santainya duduk diatas karpet tebal sambil membuat skripsinya di dalam apartemen Mandasari.
"Jadi kamu benar-benar tinggal disini?" tanya Wira ke Oscar.
"Diijinkan tinggal disini sementara oleh Mr Adrianto," jawab Oscar kalem.
"Beneran tidak apa-apa?" Wira menatap Mandasari.
"Kan si kadal sudah bilang kalau dia tidak bisa berdiri kalau sama aku jadi aman deh," jawab Mandasari. "Oh, bokap bilang kamu cuma boleh disini maksimal jam sepuluh malam."
Wira melongo. "Seriously?"
"Serius, Wiro Sableng," jawab Mandasari dengan wajah datar.
"Ternyata pak Adrianto tegas juga ya?" gumam Wira, tidak percaya kalau ada anak gadis yang tinggal di Amerika, masih ada aturan macam VOC seperti ini. Sementara di Jakarta, anak gadis pulang tengah malam atau pagi pun, tidak dicariin.
"Kamu tidak tahu saja. Di keluarga aku cuma ada mode pola asuh. Versi VOC atau versi barbarism para kaum emak. Keluarga aku, mix keduanya. Bayangkan saja. Sejak kecil, aku, Daka, Vendra sudah terbiasa dengan jurus japit telinga tanpa bayangan mama ! Ini kening aku jadi nonong juga karena kebanyakan kena jurus jitak pemaju jidat!" Mandasari memperlihatkan keningnya yang sebenarnya tidak nonong banget.
Wira menutup mulutnya dengan tangannya, berusaha untuk tidak tertawa terbahak-bahak.
"Memangnya kamu doang yang punya jurus Pukulan Sinar Matahari, Pukulan Kunyuk Melempar Buah, dan Ilmu Silat Orang Gila? Mamaku juga punya jurus aneh-aneh tahu !" lanjut Mandasari yang akhirnya membuat Wira tidak tahan untuk tertawa terbahak-bahak.
"Ya Tuhan, Sari ... Bisa-bisanya kamu tahu soal itu?" gelak Oscar yang akhirnya mencari tahu apa itu Wiro Sableng gara-gara sahabatnya.
"Lha kan aku juga jadi ikutan baca dong," jawab Mandasari cuek. "So, Wiro Sableng, kamu mau makan disini? Tapi cuma ada penyetan."
Wira terkejut. "Kamu bikin penyetan apa?"
"Cuma ayam goreng, sambal, dan lalapan apa kadarnya. Aku malas masak."
"Boleh deh. Aku ingin tahu masakan kamu," senyum Wira
"Eh Sari, kunyuk itu apa?" tanya Oscar yang membaca versi bahasa Indonesia.
"Kunyuk itu kamu," jawab Mandasari sambil menyiapkan makan malam.
"Hah? Aku ? G@y gitu?" tanya Oscar.
"Bukan, tapi monkey. Kan elu mirip," cengir Mandasari.
Oscar melongo. "Sarrrrriiiiii ! Kamu jahat !" jerit Oscar membuat Wira tertawa terbahak-bahak.
***
Ketiganya pun makan dengan tangan ayam goreng dengan nasi, sambal dan lalapan. Oscar bahkan sudah terbiasa makan dengan tangan sejak berteman dengan Mandasari dan Mandaka. Rupanya makan dengan tangan jauh lebih nikmat apalagi kalau makan nasi Padang. Lidah Oscar menjadi terbiasa makanan Indonesia karena Rarasati biasa masak masakan asal negaranya.
"Kamu pulang besok ke Fort Bragg?" tanya Mandasari ke Wira.
"Lusa. Aku dapat libur empat hari." Wira mengambil sambal lagi. "Sambal kamu enak."
"Kan aku sudah bilang, Sari pintar masak," sahut Oscar sambil makan mentimun.
"Soalnya, aku dari kecil sudah diseret mama masuk dapur. Daka juga sama, begitu juga dengan Vendra. Karena lebih irit," jawab Mandasari.
"Tapi kamu kan orang kaya, kenapa tidak jajan ?" tanya Wira.
Mandasari menggelengkan kepalanya. "Jika kamu bisa irit, kenapa ngorot? Kita kaya, iya tapi tidak harus boros. Tidak selamanya kita punya uang terus kan?" senyum Mandasari. "Justru ajaran seperti ini, membuat aku dan para saudara aku, bisa tahu bahwa hidup itu secukupnya, semadyanya. Papa dan mama tidak pernah ribut kalau aku minta uang untuk pendidikan tapi pasti akan ngomel panjang lebar kalau minta Birkin karena tidak penting untuk saat ini!"
Wira menatap Mandasari dengan perasaan kagum. "Lalu kemarin kamu belanja itu?"
"Aku kemarin belanja pakai voucher ! Kan mall itu punya keluarga aku dan tanteku mengirimkan voucher belanja karena tahu aku pasti membeli barang diskon yang banyak untuk disumbangkan ... Meskipun kemarin beli buat mama dulu sih."
Wira semakin yakin kalau pilihannya tidak salah. Bu, nona random ini akan aku jadikan istriku!
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
mending sama sarimi yang nggak punya niat apa apa dan yang pasti meskipun bar bar tetap tahu manner
kl ga prcya,tnya ka hana aja....😁😁😁