Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24. Pecahnya Hubungan
Apa yang kau tuai itulah yang kau tanam, ibarat cerminan dari segala perbuatan.
•
"Aku gak salah kak!" teriak Glenca duduk dikursi persis didepan Sean yang jarak mereka hanya di batasi oleh meja.
"Sudahlah Glenca, bukti video yang diberikan pelapor sudah cukup memberatkan kalian berdua," jawab Sean duduk di kursi menatap Glenca iba.
Sebenarnya Glenca adalah bukan adik satu-satunya dari Sean, dia memiliki dua orang adik yaitu Glenca dan satunya lagi, namun adiknya yang pertama entah kenapa bisa terpisah dengannya setelah pemakaman kedua orang tua mereka.
Sean yang merupakan anak pertama dan laki-laki terpaksa membesarkan anak bungsu keluarganya sendirian yaitu Glenca, dia sudah berusaha mencari keberadaan adiknya yang hilang namun tak kunjung menemukannya.
Jika Glenca memiliki sifat ingin merebut kebahagiaan orang lain, Sean akan mengatakan itu sepenuhnya salah Sean, sebagai kakak dia tidak pernah punya waktu kepada Glenca dahulu melainkan fokus kepada pekerjaan, sekolah sampai akhirnya ia menjadi seorang polisi.
"Kakak gak bisa gitu bantuin Glenca? Aku cacat loh kak," Glenca memohon namun Sean menggelengkan kepalanya.
Munafik jika Sean katakan kalau dia tidak peduli kepada adiknya itu, kakak mana yang tega melihat adiknya dalam kondisi begini, seburuk apapun keadaannya.
"Permisi,"
Suara dari Aurel membuat Robby, Glenca dan Sean menatap ke arahnya, Aurel datang dengan Dikta, Glenca langsung memberikan tatapan tajam kepada mereka berdua.
"Mau apa kalian datang kesini? Belum.puas melihatku menderita?" tanya Glenca emosi.
"Aku tidak punya masalah denganmu, Pak Sean, kedatangan saya kesini adalah untuk mencabut tuntutan yang memberatkan Robby dan Glenca. Apakah bisa?" jawab Aurel berujung pertanyaan kepada Sean.
Sean mengangguk, sedangkan Glenca dan Robby langsung saling melempar pandangan bingung atas keputusan Aurel selaku penuntut dan si pemilik bukti laporan.
"T-tapi kenapa?" tanya Robby lirih kepada Aurel.
"Berterimakasih lah kepada kesabaran dan kebaikan hati istri yang sudah kau sia-siakan, dia memintaku untuk mencabut tuntutan ini, bahkan sesaat setelah kalian berencana membunuhnya," jawab Aurel menunjuk Dikta yang tengah menundukkan kepalanya.
Hening, tidak ada kalimat lagi diantara mereka, Aurel segera mengurus surat menyurat pencabutan tuntutan bersama.Sean, setelah selesai Aurel segera mengajak Dikta keluar dari sana.
"Halah! Palingan ini adalah cara Dikta untuk mencari simpati! Kita harus mikirin cara supaya bisa ngehancurin dia Rob!" ujar Glenca meraih lengan Robby.
"HANCURIN GIMANA LAGI?" bentak Robby melepaskan tangan Glenca dari lengannya. "Kamu sadar gak sih, karena semua pikiran kotor kamu kita hampir aja mendekam seumur hidup didalam penjara!"
"Kalau memang iya kenapa Rob! Aku benci dengan dia, aku udah lumpuh dan dia bisa hidup tenang, aku gak terima," jawab Glenca yang membuat Robby menggelengkan kepalanya.
"Kamu gila yah? Aku salah menilai kamu, jadi selama ini mata aku tertutup sama kecantikan dan cinta aku sampai aku gak sadar kalau orang yang aku cintai ternyata seburuk dan separah ini, aku benar-benar pria terbodoh yang pernah ada," Robby berjalan meninggalkan Glenca disana.
"Jadi kamu maunya apa? Balik ke Dikta?"
"Aku gak bakal balik ke Dikta, tapi kalau aku tetap bersama kamu, aku serasa semakin jadi manusia terbodoh yang diberikan akal namun tidak aku gunakan,"
Glenca berusaha memanggil nama Robby namun Robby tidak menggubrisnya sedangkan Glenca tidak bisa menyusul karena kakinya yang tidak bisa berjalan normal.
Sean yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan apa isi kepala Glenca sebenarnya sehingga dia menjadi seperti ini.
•
•
•
Visual Robby
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻