Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Stp 25
"Ah, jadi kau ingin ku lukai dengan ini?" Ucap Hiera di antara seringai yang menghiasi wajahnya.
Kemudian dengan gerakan cepat tangan Hiera menekankan ujung pisau itu hingga menancap di pipi kiri Donna.
"Sreeek!"
"Craaash!"
"AAAAAAAAAARRRRG!"
Raungan Donna menggema ke seantero rumah itu tatkala Hiera berhasil menyobek pipinya dan membuat putus telinga kirinya.
Ira memejamkan matanya dan menutup wajah dengan dua tangannya. Dia tidak kuat melihat penganiayaan itu, ukuran hatinya mendadak mual dan ingin muntah. Sementara Hiera masih tetap dengan wajah dinginnya tersenyum puas melihat Donna.
Darah dari wajah Donna telah tercecer di lantai. Tubuhnya gemetar, giginya bergemulutuk antara menahan sakit yang tak terhingga dan rasa takutnya yang sangat besar.
Tangan kiri Hiera menjambak rambut Donna, hingga kepala wanita itu mendongak. Sedang tangan kanannya mengarahkan ujung pisau yang runcing itu ke mata kiri Donna.
Bola mata Donna bergetar hebat saking takutnya. Namun dia sama sekali tidak bisa menutup kelopak matanya. Matanya Nyalang menatap ujung runcing pisau itu, yang kapan saja siap merobek matanya yang bersimbah air mata itu.
"Katakan padaku! Dimalam penyiksaan itu, dimana saat itu aku nyaris terbunuh. Ketika Aku tak sadarkan diri, aku kehilangan benda berharga milikku". Hiera menjeda kalimatnya, dia menurunkan runcing pisau hingga tinggal nyaris menempel pada mata Donna.
"Siapa yang mengambil cincinku waktu itu? Jawab! Atau pisau ini akan merobek matamu!" Ancam Hiera masih dengan wajah dinginnya.
"I,i,i,itu, adaa padaakuh, no, nona Hiera tolong lepaskan aku..." Donna memohon dengan bibir bergetar.
Hiera menjauhkan pisaunya, kemudian mendorong tubuh Donna hingga terjerembab ke lantai.
Donna beringsut menjauhi Hiera, darah kembali tercecer menodai lantai berwarna putih itu.
"Katakan dimana cincinku?" Tanya Hiera dengan tatapan membunuh.
"A..da, di.., ka..mar sa..ya Nonah..". Donna sudah kehabisan nafas. Dia terus beringsut menuju kamarnya berniat mengambil cincin milik Hiera yang dulu ia curi.
Untungnya cincin itu masih ada padanya, jika tidak Hiera pasti sudah membunuhnya.
Donna bukan tidak pernah berniat menjual cincin itu, tapi tiap toko perhiasan yang dia datangi menolak membeli cincin itu. Batu ruby pada cincin itu barang langka, para pemilik toko takut itu barang curian. Saat itu Donna kesal sekali.
Akhirnya Donna coba menawarkannya secara on-line, dan ada seorang kolektor yang berniat membelinya satu milyar.
Donna sudah telanjur senang membayangkan uang yang akan dia dapat dari cincin curian itu. Dia bercita cita akan pulang kampung dan membuat usaha di sana.
Namun hari ini karena cincin itu dia bernasib naas. Sang empunya cincin telah datang mencari. Jadi, bukannya dapat uang, dia malah dapat hukuman.
Donna terus beringsut ke arah kamarnya. noda darah di lantai yang sepanjang ia lewati begitu kontras dengan warna lantai rumah itu. Bau amis menguar di udara.
Hiera mengikutinya dengan langkah pelan. Tatapan matanya begitu dingin dan membunuh.
Tangan Donna terukur ke kolong dipan tempat ia tidur, mengambil sesuatu dari bawahnya. Dan dengan tangan gemetar dia menyodorkan sebuah cincin bermata batu Ruby itu.
Hiera segera mengambilnya, mengamatinya agak lama, kemudian menyematkannya di jari manisnya.
"Kamu tahu Donna? Seorang pencuri tuh harusnya di potong tangannya sebagai hukuman". Ucap Hiera dengan wajah datar sambil memperhatikan tangannya yang sudah dihiasi cincin itu.
Kemudian Hiera melirik sinis pada Dona, "jadi bersiaplah, kau harus kehilangan tanganmu..". Ucap Hiera dengan nada sangat rendah.
Perlahan Hiera berjongkok di hadapan Donna yang hampir mati karena takut.
"Nona, ampuun nona, saya salah, saya mengaku salah. Tolong maafkan saya.." Donna menggosok gosokan kedua telapak tangannya di depan dadanya.
Namun Hiera sepertinya sama sekali tidak peduli. Dia menarik paksa tangan kanan Donna. Dan dengan wajah tanpa ekspresi tangan kanan Hiera yang memegang pisau bersiap memotong tangan Donna.
" HIERA HENTIKAN!" Sebuah bentakan menginterupsi telinga gadis itu.
Reflek Hiera menengokkan kepalanya pada pemilik suara itu.
Jack berdiri menjulang di depan pintu kamar sambil berkacak pinggang. Dia menatap tajam ke arah Hiera.
"Tuan Jack, tolong saya..," ucap Donna penuh harap, memandang wajah kekasih gelapnya itu.
Hiera tersenyum sinis, perlahan dia bangkit, tatapannya tidak lepas dari wajah laki laki yang sangat dia benci itu.
"Iblis hitam keluar lah". Bibir jack merapalkan sebuah mantra, pandangannya terpatri pada wajah Hiera.
Selarik kabut hitam keluar dari kalung batu giok yang dipakai jack, kemudian kabut itu bergulung membesar dan perlahan lahan menjelma wujud menjadi sesosok iblis hitam.
Iblis hitam adalah roh gelap dengan kekuatan sangat tinggi. Roh ini perwujudan dari roh manusia yang dipaksa mati oleh ilmu sihir kejam. Hingga jiwa mereka tidak bisa menuju langit dan tak mempunyai raga di bumi.
Hiera terkejut menatap makhluk berwujud merah dengan satu tanduk mencuat dari keningnya seperti cula badak. Mata mahluk itu ada tiga, dengan satu mata terletak di keningnya tepat di bawah tanduknya itu. Mata makhluk itu menyala laksana kobaran api menatap nyalang ke arah Hiera.
Rambut iblis itu panjang menjuntai, tubuhnya tinggi menjulang dengan kedua kakinya berbentuk kaki ayam jago.
KKREEEEEKKKK!
KKREEEEEKKKK!
KKREEEEEKKKK!
Bunyi kaki iblis itu saat berjalan ke arah Hiera, tangannya terulur dengan kuku panjang berwarna hitam. Matanya yang menyeramkan terus memelototi Hiera.
Hiera beringsut mundur. Dia tidak tahu apa kekuatan yang dimilikinya bisa untuk melawan makhluk seperti ini.
"Berani kau mendekatiku akan ku hancurkan jiwamu hingga tidak ada jalan ke neraka sekalipun!" Ancam Hiera menggertak makhluk itu yang hanya tinggal beberapa langkah darinya.
Iblis itu tertawa terbahak melihat Hiera tersudut di pojok ruangan. Harum jiwa gadis suci itu membuat dirinya semakin haus akan darah segarnya. Lidah iblis menjulur dengan air liur menetes, sungguh pemandangan yang menjijikan.
Makhluk itu menggeram dengan suara mengerikan. Dia menerjang ke arah Hiera dengan buas.
Dengan lincah Hiera berkelit dan melepaskan satu pukulan pada badan iblis itu.
Pukulannya meleset, Hiera berlari ke arah pintu hendak keluar, tapi Jack yang sedari tadi berdiri di sana berusaha menghalangi.
Hiera menghempaskan pukulan pada dada jack, hingga laki-laki itu terjengkang.
Hiera segera berlari ke luar rumah, iblis itu mengejarnya hingga membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah.
Makhluk jelek itu terkikik senang melihat Hiera yang tersungkur di tanah.
Hiera menggeram marah menatap makhluk jelek yang menertawakannya itu.
"Roh gelap kurang ajar!" Makinya sambil kembali berdiri. Tubuhnya membentuk kuda kuda.
Makhluk itu menggerung kemudian melayang dengan cepat, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Hiera, namun gadis itu berkelit dan menjatuhkan diri ke tanah.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan karena harum darah Hiera begitu menggoda iblis itu menjatuhkan diri di atas tubuh Hiera.
Hiera mencoba mendorong makhluk itu, tetapi kekuatan makhluk itu sangat besar. Nafas Hiera mulai tercekik ketika kedua tangan iblis itu menekan lehernya. Lidah makhluk itu terjulur, bergerak gerak liar seperti ular. Mulut mahkluk itu menganga lebar memamerkan taring taring panjangnya yang hitam. Dan mulut iblis itu mendekati leher Hiera, bersiap menghisap darah gadis itu.
Hiera memusatkan energinya pada tangannya, kemudian dalam satu hentakkan dia mendorong makhluk itu hingga makhluk itu terangkat. Dan dengan gerakan cepat Hiera menendangkan kakinya pada perut sang iblis, hingga makhluk itu terpental cukup jauh.
Hiera menghirup udara,mengatur kembali nafasnya yang tadi tidak beraturan.
Sementara iblis itu meraung marah dan kembali menyerang Hiera, tak ingin memberi kesempatan.
Hiera berusaha berkelit, namun satu tangan iblis itu berhasil memukul telak punggung Hiera.
Tubuh Hiera nyaris terjerembab. Dia memuntahkan seteguk darah.
Hiera berpikir dia tidak mungkin bisa mengalahkan makhluk itu sekarang. Dia harus menyelamatkan diri dulu.
Hiera segera berlari menjauh, melompati pagar rumah dengan sekali lompatan.
Dia berlari di tengah gelapnya malam. Namun sialnya makhluk itu masih terus mengejarnya.
Hiera berlari sekuat tenaga, nafasnya tersengal-sengal, dia sudah sangat kelelahan. Namun gadis itu tak mungkin berhenti berlari.
Di tengah keputus-asaan tiba tiba terdengar sebuah bisikan di indera pendengarannya.
"Tangkupkan kedua tangan mu di atas kepala, kemudian bacalah mantera 'kabut malam selimuti diriku'.
Karena dalam keadaan genting, tanpa banyak pikir Hiera segera melaksanakan bisikan itu. Tanpa peduli siapa yang membisikkan itu padanya.
Hiera menghentikan langkahnya, kemudian tangannya membuat gerak setengah lingkaran ke atas dan menautkan tangannya itu di atas kepala seperti sedang menyembah.
Sementara itu iblis yang mengejarnya menyeringai lebar melihat Hiera berhenti berlari. Makhluk itu berpikir gadis itu telah kelelahan. Iblis itu tidak sabar untuk menyesap habis darah gadis itu.
" Kabut malam selimuti diriku" bibir Hiera bergerak merapalkan mantra.
Kabut tak kasat mata muncul menggulung tubuh Hiera hingga tubuh gadis itu menghilang dari pandangan.
Iblis itu bingung kenapa tiba tiba gadis itu bisa menghilang begitu saja. Hidungnya mengendus-ngendus berusaha membaui tubuh gadis itu, tapi nihil. Dia kehilangan jejak.
Makhluk itu lama tertegun. Bola matanya yang laksana api itu meliar, melihat berkeliling. Tidak juga melihat apa yang dicarinya makhluk itu pun segera melayang pergi dari tempat itu dengan perasaan marah dan kecewa karena tidak mendapat Buruannya.
Hiera menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar. Apa yang terjadi barusan sungguh membuatnya hampir mati berdiri.
Dia tak menyangka mantera dari bisikan itu bisa menolongnya. Makhluk itu sama sekali tak menemukannya. Padahal jaraknya dengan makhluk itu hanya beberapa inci saja.
Hiera melihat makhluk itu keluar dari kalung yang dipakai Jack. Sepertinya ayahnya itu benar benar ingin membunuhnya. Kelak dia pun tak akan sungkan untuk membunuh pria jahat itu. Sungguh hubungan ayah dan anak yang sangat buruk.
Hati Hiera terlalu sakit menerima kenyataan itu. Namun dia berusaha mengabaikannya. Dia tidak boleh lemah hanya karena perasaan. Toh semua keluarganya tidak menginginkannya, bahkan mengharapkan kematiannya. Dia juga sudah pernah hampir terbunuh oleh siksaan mereka.
Untuk sementara Hiera lebih baik menghindar, tidak kembali dulu ke rumahnya. Kekuatan yang dia miliki belum sempurna. Dia harus segera mencari pedang inti Samudera itu.
Hiera berniat tinggal di kontrakan Valia untuk sementara waktu. Dia segera menyetop taksi yang lewat. Tapi anehnya taksi itu tidak berhenti, padahal jelas taksi itu tidak ada penumpangnya. Hiera mencoba menyetop taksi lain, lagi dan lagi, tapi tidak ada satupun taxi yang berhenti seolah tidak melihat keberadaan Hiera.
"Ucapkan mantera 'kabut malam buka tirai mu' untuk mengembalikan mu dari persembunyian". Tiba tiba bisikan itu terdengar lagi di telinga Hiera.
Hiera pun paham sekarang, dia masih tak kasat mata.
Tangan gadis itu kemudian bertautan di depan dada, bibirnya meramalkan mantra yang dia dengar tadi.
Setelahnya, tanpa distop sebuah taksi berhenti di depannya menawarkan tumpangan.
Gadis itu pun segera menaiki taksi itu.