Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.
Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.
Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Plakkkk
Plakk plakkk plakkk plakkk
"Ihhhh, dasar nyamuk kurang ajar. Ku panggang juga kalian jadi sate nyamuk!" Kesal Austin memukul nyamuk-nyamuk yang menghinggapi dirinya.
"Ini si Harry dimana.... lagi? Aku yakin kalau dia ngasih tahu Nadia soal Jessica, secara kan waktu aku ke hotel, anak itu ngikutin aku!" Ucapnya lagi yang mengira kalau kejadian di restoran tadi merupakan ikut campur Harry, sebab beberapa hari kalau Harry memang bersama Austin saat wanita itu berkenalan dengannya hingga tidur bersama di sebuah hotel.
Lelaki ini terus menatap kearah jalan masuk, namun tak ada tanda-tanda Harry datang menemuinya, sementara malam mulai datang dan hutan di belakangnya mulai gelap. Kembali diliriknya layar ponselnya dan pesannya masih saja menunjukkan centang dua yang masih berwarna abu-abu itu. Suara burung hantu dan burung pelatuk mulai terdengar dari kejauhan serta mengundang rasa takut dalam diri laki muda itu. Austin menatap sekitar dengan waspada lalu mengambil senter panjang dari dalam mobilnya untuk berjaga-jaga dari segala sesuatu yang mungkin dapat membahayakan dirinya, sembari menunggu Harry datang ia memutar badannya memeriksa sekeliling meski sebenarnya ia sangat ketakutan bahkan nyaris membuang air kecil di celananya. Semakin lama semakin banyak suara yang di terdengar telinganya, burung-burung didalam hutan mulai hinggap di ranting-ranting pohon besar guna beristirahat dari hari yang panjang dan melelahkan mereka.
Harry berjalan menjauh dari mobilnya, perlahan membuang zat sisa berupa air dari tubuhnya pada rerumputan dibawah sana.
Ngingggggh
Suara sekawanan nyamuk bernyanyi disekitarnya, mengitarinya lalu mengisap darahnya.
Plakkkk
Satu pukulan mendarat di wajahnya, seekor nyamuk meregang nyawa ditangannya saat mencari makanan di pipi mulusnya. Sekali lagi Austin memeriksa ponselnya, merasa kesal sebab teman dekatnya itu tak kunjung membalas pesannya, ia memutuskan untuk menelponnya.
Semula berdering, namun beberapa detik kemudian berubah memanggil.
"Apa ini? Memanggil? Berani-beraninya dia.... "
Ngok ngok ngok
"Aaaa, astaga, SIAPA DISANA?" Austin segera menempelkan belakang tubuhnya pada badan mobil saat terdengar suara yang tak biasa dibelakangnya.
"Siapa disana? Apa ada orang disana?" Tanyanya ketakutan sembari menatap sekelilingnya.
Segerombolan babi hutan yang mendengar suara teriakan Austin segera mengubah arah perjalanan mereka menuju sumber suara tersebut, cahaya dari lampu senter ditangan Austin menuntun mereka berjalan kearah lelaki itu. Rerumputan didepan sana mulai bergoyang, mencuri perhatian Austin yang sedang menenangkan detak jantungnya yang berdegub kencang.
Ngok ngok ngok
Ngok ngok ngok
Satu persatu babi hutan itu berbunyi menyuarakan kehadirannya mereka disana, Austin menelan ludahnya kasar, dengan gemetar melangkah mundur dan meraih gagang pembuka pintu mobilnya dengan sigap, namun siapa sangka kalau gagang mobilnya tiba-tiba tidak bisa tekan atau ditarik sementara kawanan babi hutan itu mulai berlari kearahnya dengan kecepatan tinggi.
Ngok ngok ngok
"Aawwwww!" Teriak lelaki ini panik hingga membuat segerombolan burung-burung di atas pohon terkejut hingga harus mengungsi kepohon lain, lalu secara tidak sadar ia berlari memutari mobilnya dengan cepat sementara kawanan babi hutan tersebut terdiam menatap kebingungan pada Austin. Beberapa menit berlalu dan Austin mulai menyadari kalau hewan bersuara 'ngok ngok ngok' itu tak mengejarnya, maka ia memutuskan untuk naik keatas mobil sementara kawanan babi hutan tersebut mulai beriringan mengendus setiap bau Austin di sekitar mobil.
"Husss husss husss!" Ucapnya mengusir hewan bertaring itu dengan senternya.
"Kurang ajar, gara-gara Harry aku jadi terjebak di hutan mengerikan ini. Awas saja kalau aku melihatnya, akan ku jadikan dia santapan babi-bayi hutan ini!" Kesal Austin lagi.
Tak cukup sampai disana, seolah hutan itu mendengar Austin mengutuknya dengan kata 'sialan' hutan itu mengirim beberapa kelelawar menyerang Austin.
"Aaaaa, tidakkkkk pergiiiii pergiiiii!" Teriak Austin melompat turun dari mobil.
Ngok ngok ngokkkkk
"Aaaa, babiiiiiiiii"
Lelaki itu berteriak ketakutan, ia terus menjauh dari mobilnya sementara babi hutan itu semakin mendekatinya, suara-suara burung hantu didalam hutan seolah menertawakannya, sementara burung pelatuk yang sedang melubangi pohong memberikan kesan menegangkan dari pelariannya hingga tibalah ia diatas tepi jurang curam, langkahnya terhenti lalu berbalik menatap kawanan hewan yang mengejarnya dan dengan hati-hati berjalan kesamping hingga ia merasa cukup aman, sesaat ia mengelus dadanya karena babi-bai itu tak menyerangnya hingga ia bisa lebih mudah untuk berlari ke sisi, namun hal yang tak pernah diduganya yaitu seekor babi yang lebih besar sedang mengintainya hingga beberapa detik kemudian babi itu meloncat kearahnya serta mendorongnya hingga terpental ke dahan pohon.
Ngoooookkkk
Brakkkkk
"Akkkk, mama....."
Bhussss
Tubuh Austin terjatuh ketawa tanah sementara babi hutan yang menabraknya menuntun kembali kawanannya menyusuri alam luas itu.
***
"Huammmm!"
"Kenapa? Kau mengantuk?" Tanya Rani saat melihat Arda menguap.
Rani sedang mengatur selang infus milik Andre, lalu mengganti infus milik Ardi, terakhir ia memeriksa selang infus milik Arda. Gadis itu tersenyum melihat Arda yang mengubah posisinya menjadi duduk kala gadis itu datang menghampirinya.
"Kakak cantik, kapan kita bisa bertukar pesan?" Bisik Arda pelan.
Ardi melirik andre lalu berbisik menirukan gaya Arda yang mulai menggoda perawat cantik itu.
"Sayang, berikan aku nomor ponsel mu!" Ucap Ardi berpura-pura centil.
"Ini, sayang!" Balas Andre lalu keduanya tertawa cekikikan.
Arda memutar bola matanya dengan malas, beberapa pasien diruangan itu ikut tertawa geli melihat tingkah Ardi dan Andre yang belum selesai berakting. Rani menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu menepuk pelan bahu lelaki remaja yang sedang memanyunkan bibirnya itu.
"Jangan meniru ku!" Ucapnya kesal.
Namun bukannya berhenti, kedua lelaki di ranjang sampingnya malah semakin menjadi-jadi.
"Kakak cantik, aku padamu!" Ucap Ardi lagi.
"Kau...., Kakak cantik ini milikku, titik!" Ujar Arda.
Rani tersenyum sambil menutup mulutnya dengan papan jalar berisi data-data pasien ditangannya. Melihat Rani tersenyum pada saudara kembarnya itu ternyata mengundang rasa sakit di dadanya, ia berbaring kesal laku menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Jangan begitu, lihat... dia menangis sekarang!" Ucap Rani berpura-pura marah pada Ardi dan Andre.
"Siap, Kakak perawat yang cantik!" Sahut keduanya bersamaan.
Kembali pada Harry dan Nadia, mereka duduk di kantin rumah sakit menikmati minuman dingin yang baru saja mereka pesan, sambil memeriksa kembali ponsel milik Harry, tanpa Nadia menyeruput minuman milik Harry, lelaki itu hanya tertawa kecil menutupi mulutnya sebab Nadia tak memperhatikan apa yang ada dihadapannya. Harry meletakkan tangan kanannya diatas meja dan tangan kiri menahan dagunya. Ia menatap wajah indah Nadia dalam waktu yang cukup lama.
"Siapa ya orang ini?" Tanya Nadia menggaruk kepalanya lalu meraba-raba minuman diatas meja, namun bukannya tangannya meraih minuman itu, ia justru meraih tangan Harry. Nadia mengalihkan pandangannya, begitu juga dengan Harry. Mata mereka saling beradu, menatap lekat pada satu sama lain seperti adegan pada film-film romantis pada umumnya.
"Wiuuuuu wiuuuuu wiuuuuu wiuuuuu!"
Spontan Nadia melepaskan tangannya dari Harry saat suara ambulans dari luar terdengar kesana, keadaan menjadi canggung. Harry menggaruk belakang lehernya sambil menatap sekitar dengan wajahnya yang memerah.
Nadia meletakkan ponsel Harry diatas meja.
"Aku.. aku mau keluar sebentar!" Ucapnya.
"Ooo, ooo i.. iya... aku akan menunggumu di.. sini... " jawab Harry terbata-bata.
Nadia mengangguk canggung, setelah beranjak dari kursinya ia berlari keluar dan berdiri telat disamping jendela kaca berukuran besar itu sambil mengacak rambutnya dengan kasar.
"Aaawwww tolonggggg, Mama..... sakit..... tolong..... " suara teriakan dari orang yang baru saja dipindahkan dari mobil ambulans.
Perhatian Nadia tertuju pada orang ditengah-tengah kerumunan itu, ia menggosok matanya beberapa kali, menyergitkan dahinya tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya tengah berteriak kesakitan dibawah sana.
"Dasar babi hutan sialan.... aaaaaaa, sakit....." pekik lelaki itu, orang-orang mulai menatapnya aneh, raungan panjangnya tak hanya membuat para pasien yang sedang berjalan-jalan di taman terganggu, beberapa dokter dan perawat berusaha menenangkan lelaki itu.
"Austin? Kenapa dia?" Tanya Nadia menyinggung bibirnya.
Kakinya membawanya pergi dari sana untuk menemui Austin dibawah sana, namun sayangnya saat gadis itu tiba dihalaman rumah sakit, Austin telah dilarikan ke UGD. Nadia kembali mengacak rambutnya sambil menggigit ujung kukunya, ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada pacarnya si play boy internasional tersebut.
"Eummm, suster" ucap Nadia menyapa salah seorang suster yang kebetulan masih berdiri disekitar mobil ambulans yang membawa Austin sebelumnya
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Owhhh, saya.. saya cuma mau nanya, pasien yang baru saja datang bersama mobil ambulans ini... dia kenapa ya sus?" Tanya Nadia.
"Diseruduk babi hutan!" Ucap seseorang dari dalam mobil ambulans itu sebelum suster yang ditanyai oleh Nadia menjawab pertanyaannya.
"Hah? Diseruduk babi hutan?" Tanya Nadia menahan tawanya sekuat tenaga.
"Astaga, apa yang dilakukan anak itu sampai babi pun tidak sudi melihatnya baik-baik saja, hahahaha!"