NovelToon NovelToon
My Cinderella

My Cinderella

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Slyterin

Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?

Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏

Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12.

"Hei, ini di luar kesepakatan. kau hanya memintaku menemanimu makan malam. "

"Tapi kau mengajakku kemari. "

"Itu karena restoran yang akan kita kunjungi berada di sekitar sini. "

"Bukankah katamu restoran terenak tak jauh dari sini? Dimana tempatnya?" Oscar bertanya sambil melihat- lihat keadaan di sekitar seolah tidak sengaja tidak Menghiraukan Jelly.

"Kau tidak menyimak, " sahutnya berusaha keras.

"Ah, itu disana. " Oscar tersenyum lebar menunjuk bangunan di seberang. Tanpa pikir panjang laki-laki itu segera meninggalkan Jelly.

Merasa sebal, Jelly hampir tidak bisa menahan diri untuk menjerit saat itu juga. Tetapi akhirnya ia pun memutar tubuh dan segera menyusul laki-laki itu. " Baiklah, sebentar saja, " rutuknya sambil menggerak- gerakkan tangan tidak sabar di sisi roknya.

"Kau bisa melihatnya?" tanya laki-laki itu saat mereka tiba di depan restoran. "Dengan bangunan khas yang menjadi trendsetter daerah ini."

Ya, ya, ya, Apapun. Jelly enggan menanggapi kalimat Oscar Liu saat ini.

Oscar masih memperhatikan bangunan berciri khas Hongkong banget ketika Jelly mendengar orang- orang di sisi jalan membicarakan mereka.

"Bukankah itu Oscar Liu? "

"Mustahil, aku ragu... "

"Ya ampun, Oscar Liu mengunjungi Hongkong! "

Seruan- seruan itu bagai alarm yang mendesak Jelly untuk bertindak cepat. Dalam sekejap ia mendorong punggung Oscar dan memaksanya masuk ke dalam restoran.

"Hei, ada apa? " Alis laki-laki itu bertaut Ketka dirinya menatap Jelly.

"Orang-orang mulai memperhatikanmu. "

"Lalu? " tanya Oscar Liu polos.

"Aku tidak mau menunggumu sibuk mencoret dada perempuan."

"Maksudmu memberi tanda tangan? "

"Apa pun itu, " tukas Jelly. " Jadi, apa yang akan kita lakukan di sini? " tanya Jelly.

Oscar Liu memeriksa sekelilingnya sebentar. " Ah, bagaimana menurutmu tempat ini? Kau asisten desain keren, kan? Jadi pasti bisa menjelaskan menu makanan apa saja yang terenak dan bisa cocok di lidah kita."

mata Jelly melebar ketika menoleh. Laki-laki ini pasti sudah gila.

"Kenapa kau menatapku seperti ini? " Oscar Liu pun mengernyit.

Melihat laki-laki itu bersedekap mengamat- amati nya, Jelly meringis. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Oscar Liu. Antara sebal dan tidak berdaya, Jelly akhirnya mengambil buku menu yang disodorkan pelayan kepadanya.

Setelah satu jam kemudian dan setelah berjalan di beberapa meter....

"Apa kau bisa menunggu sebentar? " tanya Jelly di trotoar. Ia menggoyang- goyangkan ponsel ke arah Oscar Liu." Aku harus menelepon ibuku. "

Oscar mengangkat bahu sekilas. " Baiklah."

Jelly segera berjalan ke balik dinding salah satu toko. Ia tidak ingin Oscar mendengarnya berdebat dengan ibunya di telepon. Andai ibunya mengangkat telepon dan langsung mendesaknya berterus terang dan ia menunggu kedatangannya yang tiba-tiba ini.

Jelly menatap layar ponselnya yang gelap. Kepalanya sibuk berpikir, bagaimana kalau ibunya menyuruhnya datang malam ini juga. Tidak. Jangan. Jelly belum siap mengatakan semuanya saat ini. Sambil dirinya itu menggeleng keras, ia segera menekan nomor hp ibunya. Aku hanya perlu berbasa-basi dulu, pikirnya.

Bunyi nada sambung terdengar. Perasaan Jelly pun dalam sekejap berubah gugup. Entah berapa kali ia sudah berjalan berputar. Ia menunggu sambil menahan gelisah, namun ternyata panggilannya itu dialihkan.

Jelly menurunkan ponsel dan menatap layarnya. " Ah, kenapa harus dialihkan? "

Jelly menelepon ibunya sekali lagi. Bunyi sambung kembali terdengar, tapi lagi- lagi teleponnya dialihkan ke nomor lain.

"Ayolah, sebelum keberanianku lenyap," desisnya dan mulai hilang kesabaran.

Belum sempat menelepon untuk ketiga kalinya, dan panggilan masuk membuat Jelly terkesiap.Ia segera melotot ke arah layar ponselnya. Dia lagi, pikirnya waswas.

"Halo, " akhirnya Jelly menjawab.

"Aku sudah di Dublin sejak tadi, " kata suara itu tanpa ditanya. Lalu tiba-tiba Jelly tersentak saat nada laki- laki itu berubah geram. "Ke mana saja kau dari tadi? Aku menghubungimu sebelum berangkat. Apa kau sedang bersama laki-laki? Apa seseorang yang mau mengajakmu berkenalan saat di supermarket? "

Jelly menarik napas dan menggeleng. "Aku sedang di flat, Ben. "

"Kau merindukanku? Pasti kau merindukanku?"

"Aku baru mengantarmu ke bandara tadi pagi, " jawab Jelly.

Benjamin Huang tidak tahu Jelly Putri Wijaya telah berangkat ke Hongkong di hari yang sama dengan keberangkatannya ke Dublin. Semua telah lama di persiapkan dengan matang oleh Jelly. Satu- satunya kesempatan Jelly Putri Wijaya bisa" Kabur " adalah ketika Benjamin Huang mengikuti undangan kerja ke luar negeri.

"Memangnya kenapa? Kalau kau mencintaiku, kau akan merindukanku kapan saja."

Jelly meringis. Ia pun sudah gatal ingin mengakhiri percakapan, tapi tentu saja mustahil bagi Jelly Putri Wijaya untuk melakukannya.

"Kenapa ribut sekali? " sahut Benjamin Huang tiba- tiba, terdengar curiga."Dimana kau sebenarnya?"

Mendengarnya, Jelly sontak menoleh ke arah pejalan kaki yang berseliweran dan bercakap-cakap di depan dirinya. "A- aku.. aku sedang membuka jendela."

"Kau bohong. Kau tidak sedang di flat. "Suara dari Benjamin Huang terdengar meninggi dan penuh tudingan.

"Ben, aku... "

"Jelly, di mana kau? " potong Ben tajam. " Jangan kau coba- coba membohongiku."

Jelly menurunkan ponsel agak kalut, lalu cepat- cepat menantikannya. Dadanya berdebar tidak keruan dan mengetahui Ben mulai curiga. Ia memasukkan hp dengan kasar sambil berkata, " Ini gawat. Ini sangat gawat. "

"Apanya yang gawat? "

Terkesiap, Jelly buru- buru menengok. Matanya kini melebar kaget menemukan Oscar Liu sudah berdiri di belakangnya. "Kau tidak mendengar percakapanku barusan, kan? " tuduhnya.

Oscar Liu mengerutkan kening. "Secara tidak sengaja tentu tidak. Secara teknis, ya aku mendengarnya. Ya, walau sedikit."

"Sial," umpat Jelly tanpa suara.

"Hei, apa kau baru saja memakiku? "

"Apa bedanya? " tanya Oscar Liu heran.

"Telingamu tidak mendengarnya, " sahut Jelly Putri Wijaya masa bodoh.

"Kau benar-benar... "

"Jadi? " Jelly mengedik, memotong kalimat laki-laki itu. " Kau mau ke mana sekarang? " tanyanya untuk mengalihkan. Meski diam- diam, ia bisa menebak reaksi Ben saat ini. Laki-laki itu pasti mencoba untuk menghubunginya lagi, menelepon flatnya, dan pasti membanting ponselnya beberapa kali sampai Jelly Putri Wijaya meneleponnya.

"Aku benar-benar sudah lapar lagi sekarang." Oscar Liu mendongak ke langit yang mulai menggelap.

Jelly ikut menengadah. Awan -awan sudah tak bisa terlihat. Lalu ia menoleh ke arah Oscar dan berkata, " Tapi, restoran mana lagi, ini sudah terlalu malam. "

"Baiklah."

Mereka berjalan bersisian melintasi distrik terdekat. Kawasan ini begitu ramai dengan musik berdentum- dentum.Jelly memutar mata. Ia sendiri tidak mau mengerti kenapa mereka bisa melewati jalan itu.

Cahaya neon beraneka warna dari etalase- etalase yang dipenuhi segelintir pejalan kaki. Beberapa orang terlihat berdiri di pinggir jalan sambil bercakap-cakap dan sesekali pandangan mereka ke wanita- wanita berbusana minim yang menari dalam etalase.

Jelly melirik Oscar yang tersenyum ke arah wanita muda dengan lingerie ungu di etalase sebelahnya. Luarbiasa, pikir Jelly. Ia tidak percaya Oscar Liu pun terhipnotis pada tipe wanita seperti itu. Omong- omong, wanita itu sekarang sudah tersenyum lebar meminta Oscar untuk mendekat dengan isyarat mata dan jemari.

Sekali lagi Jelly memutar mata. "Jangan coba- coba melakukan hal yang ada di dalam pikiranmu saat ini. " Lalu ia menepuk pipi laki-laki itu agak keras dan sebelum Jelly menyadari apa yang sedang dilakukan olehnya.

Bersambung!!

1
Gabriel Higang
Lumayan
Gabriel Higang
Luar biasa
Bryan Kennedy
semangat thor cerita novel mu bagus😎
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku VR: Gamers Handal
Bryan Kennedy
Un'opera fenomenale che vale la pena leggere
anggita
☝+👍 dukungan utk novel baru. moga lancar.
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻: terimakasih untuk dukungannya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!