Jika ini mimpi buruk maka bangunkan aku,saat dipaksa menikah dengan Rendra yang mengira jika aku adalah Catharina,aku sendiri tidak mengenal siapa Catharina,mampukah aku lepas dari Rendra,Aku bukan Catharina namaku Karina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Setiap kali kedatangan keluarga Catharina selalu membuat Rendra goyah,kemarin dia sudah yakin jika dia menikahi Karina namun kini dia kembali menyebut nama Catharina meski tidak didepan Karina langsung.
Pricilia menyiapkan sarapan dan membawa kedalam kamar Rendra,saat mengetuk pintu Hero menggigit kakinya dan dengan reflek kaki Pricilia menendang Hero,disaat yang sama Rendra membuka pintu melihat Hero terlempar langsung membentak.
"Pricil,jangan sakiti dia!"bentak Rendra
"Kucingnya menggigit kakiku."kata Pricilia
"Siapa suruh kamu kesini?"tanya Rendra sambil mengangkat Hero dan mengelusnya
"Ren,aku bawain kamu sarapan."jawab Pricilia
"Selama ini tidak ada yang berani mengetuk pintu kamarku,termasuk Catharina."kata Rendra
Wajah Pricilia langsung memucat,jika orang yang dicintai Rendra saja tidak diijinkan masuk kedalam kamarnya bagaimana dengannya,selama ini dia menyukai Rendra namun Rendra tidak pernah menggubrisnya.
Rendra merasa terhibur dengan adanya Hero,dia membawanya kedalam mobil meski Kenzo sempat melarangnya.
"Aku akan mampir kerumahnya."kata Rendra
"Rumah siapa?"tanya Kenzo
"Kamu tidak perlu tahu."jawab Rendra tetap mengelus Hero
"Hah,dalam diam kau sudah menyukainya,tapi gengsimu terlalu tinggi menyebut nama saja lidahmu kaku."kata Kenzo
Melihat orang tua Catharina hampir mendekat Rendra meminta kepada Roy untuk segera berangkat,Kenzo membatu menutup pintu mobil dan mengangguk tanda mengerti.
"Rendra."panggil Papa Catharina
"Rendra ada rapat dengan pemegang saham pagi ini."kata Kenzo mengada-ada
"Mana ada rapat pagi buta begini?"tanya Mama Pricilia
"Tentu saja ada,karena mereka harus mengawali dengan sarapan bersama."jawab Kenzo menahan tawa dan memalingkan wajah kearah lain
Papa dan Mama Pricilia hanya menggerutu tidak jelas,mereka kembali masuk kedalam rumah,Kenzo meminta sarapannya diantar kedalam kamar,saat dia berjalan menuju kamarnya dia melihat Pricil masuk kedalam kamar Karina dan itu membuat Kenzo mengejarnya
"Kamu ngapain disini?"tanya Kenzo mengikuti Pricil
"Kenapa?bukannya kamar ini kosong?"tanya Pricil
"Sekarang tidak,ada penghuninya."jawab Kenzo
"Siapa?"tanya Pricil
Kenzo menarik tangan Pricil dan mengajaknya keluar dari kamar milik Karina,Kenzo mengunci pintunya dan memasakukan kedalam saku celana
Rendra berhenti didepan warung milik orang tua Karina,Hero yang masih berada digendongannya dia berikan kepada Karina saat mereka bertemu.
"Pagi Ayah,ibu."sapa Rendra
Rendra dan Roy mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk,namun Ibu Karina menahannya dia memberikan piring kosong kepada Karina.
"Rin,ambilkan untuk suamimu."kata Ibu
"Gak mau tuh."kata Karina
"Jangan begitu,gak baik ah,ayo cepat."kata Ibu
Karina melepaskan Hero dan mencuci tangannya,dia meraih piringnya kembali dan mengambilkan nasi,serta mengisinya dengan sayuran dan telur rebus.
Ibu Karina hanya geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya sembarangan melayani suaminya,namun melihat Rendra tersenyum.Setelah meletakkan dua porsi sarapan untuk suami dan asistennya Karina duduk didepannya.
"Lain kali kalau mau makan disini kasih kabar dulu,setidaknya Ibu menyiapkan makanan sehat untukmu."kata Karina
"Tidak perlu aku bisa makan apa saja."kata Rendra
"Iya tentu saja,karena kamu bingung tidak tahu bagaimana caranya memberiku kabar kalau menyebut namaku saja kamu tidak mau!"kata Karina
Karina beranjak meninggalkan Rendra begitu saja,masuk kedalam kamarnya sementara Rendra dan Roy saling pandang dan mengangguk,setelah selesai makan Rendra ijin menemui Karina didalam kamarnya,Roy meninggalkan Rendra dirumah orang tua Karina.
Rendra masuk kedalam kamar Karina,melihat ruangan mungil dan didominasi warna pastel membuat ruangan lebih terang meski isi dalamnya sangat sederhana.
"Kamar kamu nyaman."kata Rendra mengagetkan Karina
"Ngapain kamu kesini?"tanya Karina
"Berikan ponselmu."kata Rendra
"Aku tidak punya ponsel."kata Karina
"Jangan merajuk."kata Rendra
"Aku bilang aku tidak punya."kata Karina
Rendra tidak percaya begitu saja,dia meraih tas selempang yang beberapa waktu lalu dipakai Karina dan langsung menumpahkan isinya.
"Tek."terdengar suara benda jatuh,ternyata sebuah korek api yang ditemukan Karina dikamar Catharina.Rendra tidak menemukan ponsel didalam tas milik Karina,dia masih mencari dilaci meja belajarnya dan dan didalam lemari.
"Ikut aku."ajak Rendra menarik tangan Karina
Meski dengan langkah malas Karina mengikuti langkah kemana Rendra pergi,sebuah mobil berhenti diseberang jalan,didalamnya terlihat Pricilia sedang menatap Rendra menggandeng tangan seorang gadis keluar dari warung,mereka naik kedalam taxi,tanpa pikir panjang Pricilia balik arah mengikuti taxi yang ditumpangi Rendra.
Rendra terus memegang pergelangan tangan Karina meski sesekali Karina ingin menariknya,wajah Rendra tetap datar hanya ada senyum tipis diwajahnya.
"Mau kemana sih?"tanya Karina
Taxi berhenti disebuah perusahaan ritel,Rendra membuka pintu mengajak Karina masuk,dia membawa masuk kesebuah butik dan meminta kepada pegawai untuk mengurusnya.
Beberapa pegawai memilihkan beberapa helai baju kepada Karina namun Karina malah kabur keluar dari pintu samping.
"Presdir,dia kabur."kata seorang pegawai
"Bruuuukk."Rendra melempar majalah fashion begitu saja kelantai,seorang pegawai langsung menunduk dan mengambil kembali majalahnya.
"Cari dia,bawa keruanganku!"kata Rendra tegas
"Baik Bos."kata anak buah Rendra
Rendra masuk kedalam ruangan dengan membanting pintu,dia meminta kepada Roy untuk mencarikan sebuah ponsel untuk Karina,namun Roy mengeluarkan satu ponsel keluaran lama milik Karina yang terjatuh didalam mobil dan baru ditemukan tadi oleh seseorang yang mencuci mobil milik Bos.
"Ini miliknya."kata Roy tidak berani menyebut nama
"Tetap carikan yang keluaran terbaru,jangan ada warna ungu."kata Rendra
Roy mengangguk dan tersenyum mendengar Bos besarnya mulai menyukai Karina,dia berharap Karina bisa mejadi obat untuk luka hati Bos besarnya.
"Lepaskan aku!"kata Karina saat kedua tangannya dipegang erat dua orang bawahan Rendra
Roy kembali membuka pintu dan mempersilakan Karina masuk kedalam dan menutupnya dan terdengar pintu terkunci,Pricilia keluar dari lift dia berusaha masuk dengan menerobos dua orang pengawal dan Roy.
"Minggir,aku mau lewat."kata Pricilia
"Maaf Bos sedang tidak bisa diganggu."kata Roy mendekati Pricilia
Didalam ruangan Rendra menyimpan ponsel milik Karina dilaci mejanya,setelah Karina masuk Rendra mendekat dan semakin mendekat membuat Karina berjalan mundur.
"Mengapa kamu begitu sulit untuk menerimaku?"tanya Rendra
"Kamu yang mempersulitnya."jawab Karina sambil melipat kedua tangan didada karena sudah terpojok didinding
"Kalau begitu ajari aku bagaimana caranya melupakannya."kata Rendra berbisik ditelinga Karina
"Kau tidak berani menyebut namanya didepanku?"tanya Karina
Raut wajah Rendra berubah,tangan yang sebelumnya menyentuh halus wajah Karina kini menempel ditembok dan menggenggam erat seakan siap meruntuhkan tembok dibelakang Karina.
Satu-satunya cara yang Karina miliki adalah mencoba menenangkannya,dia mengalungkan kedua tangannya dileher Rendra dan mencium bibir Rendra,kemarahan Rendra mereda dia mulai membalas ciuman Karina dengan pelan.