Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menohok Hingga Ulu Hati
Dionna segera mencari keberadaan Alaska, pandangannya berhenti pada pintu utama yang terbuka sedikit . Ia melangkah menuju pintu , membukanya pelan tanpa membuat suara. Alaska ada diluar, sibuk berbicara lewat sambungan telpon. Biarkan Dionna menguping kali ini saja.
"Tidak perlu. Jangan rilis pernyataan apapun , apalagi mengadakan konfrensi press. Cukup tuntut semua jurnalis atau siapapun yang menyebar video, foto atau apapun informasi mengenai istriku." Pintah Alaska tegas.
Bahu lebar Alaska terlihat semakin kekar dari belakang, wanita itu baru saja dibuat terharu sampai matanya berkaca-kaca akan menangis.
"Sejak kapan kamu berdiri disitu?" Alaska baru menyadari kehadiran Dionna.
"Maafkan aku.." Air mata Dionna sudah berlabu, ia berlari hendak memeluk Alaska namun pria itu malah menghentikannya dengan jari telunjuk yang menempel didahi Dionna.
"Jangan coba-coba menyentuhku. Kamu belum mandi. BAU" katanya sembari menutup hidungnya.
Alaska Setan !
Dionna memberenggut kesal, seharusnya ini menjadi momen haru kenapa jadi menyebalkan ? Tapi Dionna tetap tersenyum , Alaska ternyata diam-diam perhatian.
"Jangan tersenyum, itu menyeramkan, bulu kudukku sampai berdiri." Pria itu bergidik, memperlihatkan bulu kuduknya memang meremang berdiri.
Alaska memang tidak bisa ditebak, sekarang dia berubah lagi jadi iblis.
"Kenapa kamu masih tersenyum huh ? Kerasukan setan apa kamu jadi aneh begini ?" Pria itu malah kabur meninggalkan Dionna yang belum bisa berhenti untuk tidak tersenyum.
"Alaska, tunggu aku.." Dionna bergegas menyusul Alaska, mengekorinya kemanapun ia pergi hingga Alaska muak.
"Menjauh dariku Dionna !" Ini merupakan peringatan yang ke dua puluh lima kalinya diucapkan Alaska. Dionna terus mengekorinya dan tidak mau mandi.
"Kau tidak akan pergi untuk mengurus perusahaanmu ?" Tanya Dionna, dia terus memberi Alaska pertanyaan. Dionna masih tahu diri untuk mengkhawatirkan perusahaan suaminya.
"Memangnya kamu mau kutinggalkan sendirian disini malam-malam begini ? Kalau ada hantu memangnya kamu tidak takut ?"
Dionna meringis, "Aku lebih takut Mama dari pada hantu."
Dionna tiba-tiba menepuk dahinya, dia melupakan sesuatu. Buru-buru ia mencari keberadaan ponselnya untuk mengecek sesuatu.
"Tidak ada satupun ?" gumamnya kecil setelah memeriksa ponselnya.
"Ada apa ?"
"Biasanya Mama orang pertama yang akan mengomeliku jika aku membuat masalah." Ujar Dionna heran.
"Mungkin Mama sekarang sudah bisa bernapas lega karena pembuat onarnya sudah ditangani orang lain." Jawab Alaska asal.
"Tapi apa perusahaanmu tidak apa-apa ? Aku lihat diartikel katanya perusahaanmu akan diboikot." Ucap Dionna tak bertenaga.
"Tidak masalah." Balas Alaska santai seperti tidak ada beban hidup.
"Aku serius"
"Aku juga serius. Masalah seperti ini tidak akan berpengaruh besar pada perusahaanku." Lanjutnya dengan nada sombong.
"Apa perusahaanmu tidak akan mengalami kerugian ?"
"Tentu saja perusahaan akan mengalami kerugian." Dionna menelan ludahnya
"Kira-kira berapa kerugiannya?" Dionna jadi penasaran sampai terus bertanya.
Alaska mulai berpikir "Sekitar dua ratus miliyar "
Mulut Dionna menganga lebar "D-dua ratus miliyar?"
Menohok hingga ulu hati, Dionna harus mengutuk dirinya sekarang.
"Umm" Balas Alaska dengan anggukan dia mulai disibukkan dengan laptopnya .
Dionna menatap nanar pria yang saat ini fokus pada benda persegi didepannya, Dionna ingin berbuat sesuatu tapi ia menyayangkan karena dirinya sendiri tak bisa berbuat apapun untuk membantu Alaska.
"Apa kau ingin kubuatkan teh ?" Tanya Dionna tiba-tiba. Satu alis Alaska naik keatas sebelum akhirnya ia mengiyakan tawaran Dionna.
Mungkin karena terlalu sibuk dengan gelombang yang tiba-tiba menerpa perusahaannya, Alaska sampai tidak menyadari kalau saat itu suasananya terlalu tenang. Alaska terlalu fokus pada laptopnya hingga melupakan Dionna yang sudah sejam belum selesai membuat teh didapur.
"Akhirnya" Ucap Dionna dengan bangga setelah berhasil mendidikan air hingga menyeduh teh berkat bantuan googling.
Sebelum membawanya keatas, Dionna perlu mengabadikan momen itu dengan beberapa jepretan kamera dari berbagai sudut. Setelah dirasa cukup kini Dionna harus bergegas membawa teh chamomile itu kehadapan Alaska sebelum dingin. Dia meruntuki dirinya sendiri karena terlalu lama mengabadikan momen itu.
"Ini tehnya." Dionna meletakkan teh itu disamping laptop.
Alaska masih fokus pada pekerjaannya, sampai ia tak melirik Dionna sedetikpun. Pria itu mengambil mug berisi teh buatan Dionna lalu diseruput karena masih panas.
Dionna tidak sabar menunggu pendapat Alaska tentang teh yang dibuat susah payah dan sepenuh hati.
"Bagaimana rasanya ?" Tanya Dionna tidak sabaran.
Tatapan Alaska begitu dalam, seperti laut dikedalaman Palung Mariana. "Kamu tidak mencicipi teh ini ?"
Dionna mengerutkan keningnya. Dia memang tidak mencicipi teh yang dibuatnya karena berpikir sudah enak karena Dionna memberinya gula sedikit. Dionna sudah menebak Alaska pasti tidak suka manis makanya takaran gulanya ia kurangi, tapi sekarang apa tehnya kemanisan sampai Alaska bertanya seperti itu ?
"Aku hanya memasukkan satu sendok teh gula didalam teh itu, karena aku tahu kamu pasti tidak suka yang manis-manis." Jawab Dionna yakin
ini
"Masalahnya teh ini bukan kemanisan Dionna, tapi teh ini KEASINAN "
Buru-buru Dionna mencicipi teh buatannya, ketika teh itu memasuki mulutnya dan bermain dengan lidahnya, dia menyadari satu hal. Alaska benar teh buatannya keasinan bukan kemanisan. Ternyata Dionna salah memasukkan yang dikiranya gula ternyata garam.
Dionna ingin bersembunyi dikolong meja. Kepercayaan dirinya menyusut menjadi seujung kuku.
"Al, aku bersumpah, aku tidak tahu kalau yang kumasukkan itu garam bukannya gula."
"Aku tahu. Kamu pasti masih tahu diri setelah membuatku rugi dua ratus miliar." Sindir Alaska.
Mencebikpun tidak ada artinya .
Dionna memang tidak berbakat dalam hal apapun . Dia hanya berbakat menghabiskan uang.
"Terima kasih untuk teh asinnya. Kamu boleh pergi, aku risih berdekatan dengan orang yang belum mandi." lanjutnya acuh tak acuh.
Disaat seperti ini Dionna tidak akan Alaska. Apapun yang dikatakan pria itu Dionna anggap sebagai pujian.
Dionnapun masuk kekamar dengan lesu dan langsung meraih ponselnya , menelpon Jenava. Namun, gadis itu tidak mengangkat teleponnya. Dionna mengerutkan kening. Tumben. Biasanya Jenava tidak bisa jauh dari ponselnya sendiri. Apa terjadi sesuatu ?
Tak lama kemudian , muncul notifikasi pesan dari Jenava.
Jena
Aku ada kencan , tidak bisa diganggu.
Dionna mengumpat dalam hati, walaupun Dionna sudah menikah , ia tetap merasa jomblo. Mengajak Alaska bermesraan seperti mengajak perang. Baku hantam dulu dan endingnya tetap akan baku hantam. Dionna melempar ponselnya sembarang diatas kasur. Keinginannya untuk mandi semakin pudar hingga akhirnya Dionna memutuskan untuk tidak mandi.
"Aku masih cantik, mandinya bisa besok-besok" Monolog Dionna saat bercermin.
Sampai jam dua belas malam, Dionna belum bisa memejamkan kedua matanya. Kali ini ia terserang insomnia lagi. Dionna masih memikirkan Alaska dikamar sebelah yang entah masih sibuk dengan laptopnya atau sudah tidur nyenyak tapi apa Alaska bisa tidur nyenyak setelah mengalami kerugian sebesar itu ?Perasaan bersalahnya masih kental.
Berguling kekiri dan kekanan, Dionna akhirnya menyerah. Ia tidak bisa memejamkan mata barang sesaat. Dia harus memikirkan apa yang harus dilakukannya pada Alaska mulai besok. Tentunya Dionna harus bersikap baik pada pria itu.