Shinn, seorang pemuda dari keluarga miskin, hidup di dunia biasa—sampai suatu hari ia menemukan barang rongsokan misterius di pasar loak. Saat ia mengutak-atiknya, muncullah jendela sistem aneh yang membawanya ke dunia paralel: sebuah dunia apokaliptik dipenuhi zombie dan puing-puing mecha raksasa.
Dengan sistem yang ia bangkitkan dari sampah, Shinn mengubah takdirnya. Ia menjarah dunia zombie, membangun kekuatan, menyembuhkan ibunya di dunia nyata, dan membentuk harem lintas dimensi yang setia padanya. Tapi itu baru permulaan.
Ketika realitas mulai retak, dan sistem-sistem purba bangkit untuk mengendalikan semua dunia yang pernah ada, Shinn harus memilih: tunduk… atau menjadi Nexus—poros semua dimensi, dan satu-satunya harapan untuk menyeimbangkan kehancuran.
Di tengah konflik antar dimensi, musuh tak terlihat, dan cinta yang tumbuh dalam medan perang, Shinn berdiri di ambang takdir sebagai pejuang terakhir dari Sistem Rongsokan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F R E E Z E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15: Pertemuan Dua Pewaris Sistem
Kabut malam menggulung pelan di antara reruntuhan kota tua yang sudah lama dilupakan. Bangunan-bangunan yang setengah roboh berdiri seperti tulang belulang raksasa bisu, kelam, dan menyimpan sisa-sisa cerita dari zaman yang telah tenggelam. Udara dingin menusuk, membawa bau logam, karat, dan debu kehancuran.
Langkah kaki Shinn menggema lembut di antara jalanan yang pecah dan retak. Setiap langkahnya terasa berat, bukan hanya karena medan yang sulit, tapi juga karena firasat tak enak yang menekan dadanya. Sistem dalam tubuhnya aktif, memberi peringatan lewat suara digital yang nyaris seperti bisikan.
[Sistem Aktif: Shadow Phase]
[Sensor: Entitas Unit-X – Jarak 120 meter]
Shinn berhenti. Pandangannya tertuju ke depan, ke arah persimpangan jalan besar yang sekarang dipenuhi reruntuhan mobil dan puing-puing bangunan. Di sana, di tengah kabut, berdiri seseorang. Sosok itu tegak, diam, seolah memang sudah menunggu sejak lama. Armor yang ia kenakan hitam keperakan, menyatu sempurna dengan jaringan bio-mekanik di tubuhnya. Dari balik helm transparan berwarna biru, sepasang mata merah menyala tajam.
“Akhirnya kita ketemu,” kata sosok itu. Suaranya dalam, tenang, hampir datar.
Shinn menyipitkan mata. “Kau… siapa sebenarnya?”
“Sama sepertimu. Pewaris sistem,” jawabnya sambil melangkah pelan ke depan. “Tapi kita berbeda dalam tujuan. Kau ingin menyelamatkan dunia yang sudah hancur ini… aku ingin membentuknya kembali. Dari awal. Tanpa kelemahan. Tanpa ketidakteraturan.”
Shinn mengepalkan tangan. Aura gelap mulai muncul, perlahan membungkus armor-nya. Sistem merespons emosinya. Ada tekanan udara yang berubah di sekitarnya.
“Dan caramu membentuk ulang dunia… dengan mengendalikan zombie?”
Unit-X mengangguk santai. “Mereka adalah bentuk kehidupan baru. Tidak sempurna, memang. Tapi jauh lebih mudah dikendalikan daripada manusia. Dunia ini udah rusak terlalu dalam, Shinn. Kau harusnya sadar. Manusia… gak layak mimpin lagi.”
Shinn tertawa pendek, sinis. “Lalu siapa yang layak? Kau? Mesin? Sistem?”
“Yang bisa berpikir tanpa emosi. Tanpa dikendalikan rasa takut… atau cinta,” jawab Unit-X tanpa ragu.
Sejenak, hening menyelimuti keduanya. Debu-debu beterbangan pelan, seperti mengiringi momen antara dua kutub yang berbeda pandangan. Dua pewaris sistem, dua sisi dari satu realita yang sama, kini saling menatap seperti cermin masa lalu dan masa depan saling menantang.
Tanpa aba-aba, Unit-X mengangkat tangan.
Dari balik reruntuhan, puluhan makhluk biomecha muncul. Zombie-zombie dengan tubuh yang setengah membusuk, setengah dipenuhi logam, kabel, dan sisa-sisa teknologi. Mata mereka bersinar biru terang, menandakan kontrol penuh oleh sistem.
Shinn menyiapkan tombaknya yang mulai menyala. Aura hitam makin menebal di sekelilingnya, hingga angin pun terasa berhenti.
“Kalau begitu... aku harus menghentikanmu di sini.”
Pertarungan langsung pecah. Shinn melesat maju, tombaknya menyambar satu zombie biomecha dan menghancurkannya dalam sekali tebas. Ledakan listrik menyebar dari tubuh makhluk itu, membuat dua zombie lain tersentak. Tapi mereka terus maju.
Serangan datang dari segala arah, tanpa henti. Namun Shinn menari di antara serangan itu. Gerakannya presisi. Tombaknya berubah bentuk menjadi rantai berduri, melilit dua zombie sekaligus dan menarik mereka ke arah ledakan gravitasi yang muncul dari kakinya. Suara dentuman bergema saat reruntuhan terpental.
Sistem di tubuhnya terus memberi dukungan.
[Mode: Serangan Berat Diaktifkan]
[Stamina: 87%]
Shinn terus bergerak. Di udara, ia memutar tubuh lalu menghujamkan tombak ke tanah. Gelombang kejut muncul, melempar zombie biomecha ke udara. Ia melompat lagi, menangkap satu di antaranya dan meledakkannya dari jarak dekat. Kabut bercampur puing mulai menutupi medan.
Namun, Unit-X masih berdiri diam, memperhatikan. Sama sekali tidak bergerak.
Beberapa menit berlalu. Semua zombie telah hancur. Lalu, dengan santai, Unit-X bertepuk tangan pelan.
“Mengagumkan. Aku tahu dari awal kau berbeda.”
Shinn menoleh cepat. Napasnya mulai berat, tapi matanya masih fokus. “Apa ini… cuma ujian?”
“Bisa dibilang begitu,” kata Unit-X, masih tenang. “Aku cuma ingin tahu… sejauh mana sistem sudah membentukmu.”
“Dan?”
“Kau hampir siap.”
Shinn menahan napas. “Siap buat apa?”
Unit-X menatap langit sebentar, lalu kembali pada Shinn. “Untuk tahap berikutnya. Sinkronisasi penuh. Sistem yang kita miliki… bukan sembarang sistem. Mereka bagian dari proyek Ark Rebirth. Proyek penyelamatan dunia… yang gagal dikendalikan manusia dulu. Tapi kita penerima sistem adalah kuncinya.”
Mendadak, sistem Shinn bergetar. Sebuah informasi baru muncul.
[Informasi Baru Terbuka: Proyek Ark Rebirth – Terkonfirmasi]
Shinn membaca data itu sekilas, lalu menatap Unit-X dengan pandangan penuh pertanyaan.
“Kau bisa bergabung. Bersamaku. Kita bisa ciptakan dunia baru. Tanpa kekacauan. Tanpa manusia-manusia lemah yang selalu saling menghancurkan.”
Shinn menarik napas dalam. Matanya tajam, tapi nadanya pelan.
“Dunia yang kau bayangkan... terlalu dingin. Gak ada cinta, gak ada tawa, gak ada keluarga. Gak ada mereka yang aku sayang. Itu bukan dunia yang ingin aku lindungi.”
Untuk pertama kalinya, Unit-X terlihat goyah. Diam. Lalu, ia membuka helmnya.
Shinn menatap.
Sosok di balik armor itu... seorang pemuda. Tak jauh lebih tua darinya. Luka lama menghiasi wajahnya pelipis, pipi kanan, dan bagian dagu. Tapi yang paling jelas… adalah sorot matanya. Lelah. Penuh luka. Dan... kehilangan.
“Aku juga dulu ingin menyelamatkan,” bisiknya. “Aku punya keluarga. Tapi dunia menolak ku. Mereka bunuh mereka semua. Bahkan setelah aku menyerahkan segalanya…”
Shinn mendengar dengan tenang.
“Aku gak mau ngemis pada dunia lagi,” lanjutnya. “Kalau dunia ini gak bisa diselamatkan... aku akan ambil alih. Dan kuatur sendiri.”
Shinn maju selangkah. “Kita beda. Aku masih percaya ada yang pantas diselamatkan. Selama masih ada satu orang yang bisa bertahan hidup dengan harapan... aku akan berdiri di sisinya.”
Unit-X tersenyum. Senyum getir. “Kalau begitu... kita akan bertarung lagi. Tapi bukan malam ini.”
Seketika, cahaya biru menyelimuti tubuhnya. Sebelum Shinn bisa bereaksi, Unit-X melompat mundur, lalu menghilang dalam semburan cahaya.
[Sinyal Menghilang – Entitas Unit-X Tidak Terdeteksi]
Shinn berdiri sendiri di tengah reruntuhan. Kabut kembali turun pelan. Angin berembus, membawa dingin dan debu di udara.
Dia mendongak menatap langit yang kelam, langit yang seolah tak lagi punya bintang.
“Proyek Ark Rebirth... dan sistem ini. Aku harus tahu lebih banyak,” gumamnya.
Sementara itu, jauh dari lokasi pertemuan, di sebuah ruangan gelap yang dipenuhi layar holografik, seseorang sedang menyaksikan semua itu.
Siluet seorang wanita berdiri, mengenakan mantel laboratorium. Rambutnya diikat rapi, dan kacamata tipis bertengger di hidungnya. Di layar, tayangan dari pertemuan dua pewaris sistem diputar ulang.
Dia tersenyum. “Akhirnya. Dua pewaris sistem telah bertemu. Pertunjukan… baru saja dimulai.”
Tangannya menyentuh layar, memperbesar tampilan wajah Shinn.
“Dan kau, Shinn... kau lebih berharga dari yang mereka kira.”
_________________
To be continued...
kadang informasinya kurang.
apa itu masih berhubungan? atau author suka dengan 2 nama itu?
kapan ketemu player lain ya?
bunga untuk author /Rose/
thor, kok ga jawab2 komentarku sih?
dan jadi bisa ngurus ibunya.
mungkin impian orang ya punya sistem hehe...