NovelToon NovelToon
Tergoda Tunangan Sahabat

Tergoda Tunangan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

"Gue tahu gue salah," lanjut Ares, suaranya dipenuhi penyesalan. "Gue nggak seharusnya mengkhianati Zahra... Tapi, Han, gue juga nggak bisa bohong."

Hana menggigit bibirnya, enggan menatap Ares. "Lo sadar ini salah, kan? Kita nggak bisa kayak gini."

Ares menghela napas panjang, keningnya bertumpu di bahu Hana. "Gue tahu. Tapi jujur, gue nggak bisa... Gue nggak bisa sedetik pun nggak khawatir sama lo."

****

Hana Priscilia yang mendedikasikan hidupnya untuk mencari pembunuh kekasihnya, malah terjebak oleh pesona dari polisi tampan—Ares yang kebetulan adalah tunangan sahabatnya sendiri.

Apakah Hana akan melanjutkan balas dendamnya, atau malah menjadi perusak hubungan pertunangan Zahra dan Ares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Aaron menyeringai tipis, wajahnya mendekat ke arah Hana, menciptakan jarak yang hampir tak ada. "Kenapa? Lo kaget gue tahu siapa lo sebenarnya, hah?" bisiknya dengan nada rendah yang begitu menusuk.

Hana menelan ludah, mencoba merangkai kata-kata. "Gue... gue nggak ngerti apa yang lo maksud," ucapnya, meski suaranya terdengar lemah.

Aaron terkekeh pelan, lalu menyandarkan tubuhnya ke jok dengan santai. "Gue udah tahu sejak awal, Hana. Semua kebohongan lo, semua gerak-gerik lo. Gue cuma mau lihat sejauh apa lo berani mainin gue."

Hana terdiam, tangannya mengepal di pangkuannya. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. "Kenapa lo nggak langsung bongkar semuanya kalau lo tahu?"

"Karena gue penasaran," jawabnya datar, seolah menjelaskan segalanya. Ia membuka pintu mobil, lalu memberi perintah singkat, "Ayo."

Hana menghela napas panjang, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Dengan ragu, ia mengikuti Aaron keluar dari mobil mewah itu.

Begitu masuk ke dalam gedung megah tersebut, suasana langsung berubah. Di dalamnya, suasana penuh kemewahan menyambut. Para tamu yang hadir tampak berbalut pakaian elegan, dan ruangan dipenuhi meja-meja berhiaskan bunga segar. Sebuah panggung besar berdiri di tengah, di mana acara amal tampaknya sedang berlangsung.

Aaron berhenti sejenak, lalu menawarkan lengannya kepada Hana dengan santai, tanpa ekspresi. "Gandeng," katanya singkat.

"Apa?" Hana menatapnya bingung.

"Ingat, kita pasangan. Lo cuma perlu berpura-pura di depan nenek-nenek peyot di dalam sana," ujarnya sambil melirik ke arah kerumunan tamu yang sebagian besar tampak dari kalangan elit.

Hana menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak sebelum akhirnya mengaitkan lengannya di lengan Aaron.

"Bagus," gumam Aaron, tanpa menoleh padanya. Ia lalu melangkah mantap memasuki ruangan itu, sementara Hana mencoba menyesuaikan langkahnya.

Setiap pasang mata yang menoleh ke arah mereka membuat Hana semakin gugup. Namun Aaron tetap berjalan dengan penuh percaya diri, seolah kehadirannya di sini adalah hal yang biasa.

"Lo cuma perlu senyum dan angguk kalau ada yang nyapa," bisik Aaron pelan, cukup dekat sehingga hanya Hana yang bisa mendengarnya. "Dan jangan bikin gue malu."

Hana menelan ludah, berusaha keras menenangkan dirinya. Meski dadanya penuh ketegangan, ia tahu tidak ada pilihan lain selain mengikuti alur permainan Aaron.

Tepat saat mereka mendekat meja vvip, seorang perempuan paruh baya berdiri dari duduknya dan menghampiri Aaron.

"Cucu nenek, kamu benar-benar menepati janji membawa gadis cantik kesini."

"Aaron udah bilang, kan? Aaron punya cewek, nenek nggak perlu jodohin Aaron dengan gadis pilihan nenek."

Tuk!

Nenek tua itu menyentil dahi cucunya, "kenapa nggak dari dulu saja kamu bawa kedepan nenek? Bikin nenek mikir aja kamu suka sesama jenis," katanya dengan nada frontal, membuat Hana nyaris tersedak menahan tawa.

Aaron mendesah, mengusap dahinya yang disentil. "Nenek, serius deh, seneng banget aniyaya cucunya."

Nenek tua itu tak memperdulikan keluhan Aaron, pandangannya kini beralih pada Hana. "Cantik, siapa namamu?" Tanya nenek Aaron pada Hana.

"Hana, Nek," jawab Hana dengan suara lembut, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

"Hana... Nama yang manis. Kamu kelihatan seperti gadis baik. Tapi jangan kira nenek nggak tahu dunia ini keras, ya," ujarnya, matanya melirik tajam ke arah Aaron sebelum kembali menatap Hana. "Kamu harus siap kalau mau sama cucu nenek yang satu ini. Dia itu keras kepala, suka bikin orang pusing."

"Nenek!" Aaron menyela, suaranya penuh nada protes, namun nenek tua itu hanya tertawa kecil, tidak peduli.

Hana, yang awalnya gugup, mulai merasa lebih santai. "Nggak apa-apa, Nek," jawabnya sambil tersenyum kecil. "Saya yakin bisa menghadapi dia, selama ada dukungan dari Nenek."

Jawaban Hana membuat nenek itu tertawa lebih keras. "Pintar juga kamu menjawab, ya. Bagus! Anak muda seperti kamu yang nenek suka."

Aaron menghela napas panjang, jelas-jelas merasa dirinya menjadi sasaran lelucon neneknya. "Cukup nek! Masih banyak tamu yang harus nenek sapa."

"Kamu ngusir nenek?"

Aaron menggeleng, "Mana berani? Hanya mengingatkan saja, Yang Mulia."

"Ya sudah. Kalau begitu, kamu bawa Hana berkeliling. Pamerkan pacarmu ini ke kerabat-kerabat yang lain. Mereka pasti iri kamu punya pacar secantik ini," ujarnya sambil melirik ke arah Hana, dengan senyum penuh arti.

Sebelum pergi, nenek Aaron menepuk pundak Hana dengan tangan keriputnya. "Ingat, Hana. Kalau curut ini bikin masalah, nenek di pihak kamu, ya," katanya dengan nada penuh keyakinan.

Hana tersenyum kecil, "Terima kasih, Nek," balasnya sopan.

Sang nenek melambaikan tangannya sebelum beranjak pergi, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan sesaat.

Aaron menatap punggung neneknya dengan ekspresi lelah sebelum mengalihkan pandangannya ke Hana. "Well, sekarang lo tahu kenapa nenek gue terkenal di keluarga ini," gumamnya setengah bercanda.

"Dia lucu. Tapi juga bikin lo kelihatan kecil di depannya."

Aaron hanya mendengus, lalu menawarkan lengannya lagi. "Ayo, kita keliling. Gue nggak mau dibilang nggak nurut sama perintah nenek peyot itu."

Hana mengaitkan lengannya pada Aaron tanpa banyak bicara, mencoba mengikuti langkahnya yang penuh percaya diri saat mereka melangkah ke tengah ruangan. Senyuman tipis terpampang di wajahnya, berusaha menjaga perannya di depan tamu-tamu yang menoleh dengan rasa penasaran.

Namun, langkahnya terhenti saat sebuah suara familiar terdengar dari arah belakang.

"Hana..."

Hana menoleh spontan, dan seketika itu juga wajahnya pucat. Suara itu begitu dikenalnya.

"Zahra?" Hana berbisik, tubuhnya menegang, seolah waktu berhenti sejenak saat ia melihat wanita itu berdiri di depannya.

"Gue nggak nyangka bisa ketemu lo di sini," Zahra tersenyum tipis, tatapannya bergantian antara Hana dan Aaron. "Kalian berdua?"

"Gue bisa jelasin, Ra—"

Hana tidak sempat melanjutkan kalimatnya, ketika Zahra tiba-tiba memanggil nama seseorang yang tidak ingin Hana dengar dan harapkan ada disini.

"Mas Ares, lihat siapa yang ada di sini. Ada Hana."

Deg!  

Nama itu menggema di kepala Hana seperti dentuman keras. Ia tidak berani menoleh, pada lelaki tersebut.

Sama halnya dengan Hana, Ares pun tampak terkejut luar biasa ketika matanya melihat Hana berdiri di sana dengan seorang lelaki. Namun dengan cepat Ares dapat menguasai ekspresi wajahnya.

Aaron, yang sedari tadi diam, menoleh ke arah Hana dengan tatapan penuh tanya. Ia melirik Ares sekilas, lalu kembali ke Hana, mengencangkan pegangan lengan Hana yang hampir terlepas dari tangannya.

"Lo kenal mereka?" tanya Aaron.

"Iya... Zahra teman kampus gue."

"Good. Jadi gue nggak perlu capek-capek kenalin calon istri gue pada kalian berdua." Tanpa persetujuan, Aaron menarik pinggang Hana mendekat kepadanya. Lalu membawanya secara paksa pergi dari hadapan Zahra dan Ares.

"Gue tinggal dulu ya, Ra." Pamit Hana, sebelum benar-benar pergi.

"Tapi Han—" Zahra ingin mengejar Hana, namun Ares menahannya. "Cukup Ra, biarkan mereka pergi."

"Tapi, itu Hana?"

"Udah, ayo kita temui nenek dan segera pulang." Ares menarik Zahra dan membawanya ke depan panggung dimana neneknya berada.

"Nenek...." Zahra menghamburkan dirinya ke pelukan nenek Ares.

"Walah cucu mantu nenek, makin cantik dan sholehah aja."

"Iya dong nek, nenek gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, sehat-sehat aja. Apalagi hari ini Aaron bawa ceweknya kesini. Makin sehat aja nenek."

Zahra terkekeh, "nenek tahu nggak? Ceweknya Aaron itu bestie Rara.

"Apa? Bestai?"

Zahra memutar bola matanya, "Bestie nek! Bukan bestai, kalau bestai bau dong."

Nenek tua itu terkekeh, "Wah... Dunia memang sempit sekali ya, kedua cucu nenek pintar sekali mencari pasangan. Dapat yang cantik dan pintar-pintar."

Berbeda dengan kedua wanita yang tengah asik bercengkrama. Fokus Ares kini ada pada gadis cantik yang tengah di peluk dari samping oleh sepupu nya. Ada rasa tidak nyaman yang menghantam dadanya saat melihat cara Aaron memegang Hana—erat, seolah-olah gadis itu adalah miliknya dan tidak ada yang boleh menyentuhnya. Ares mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, mencoba mengendalikan emosi yang perlahan membara di dalam dirinya.

"Mas, lihatin apaan sih? Dari tadi nenek tanya loh?" Suara Zahra membuyarkan lamunannya.

"Ah, iya. Maaf nek, Ares lagi banyak pikiran."

"Ya sudahlah, acara sebentar lagi akan dimulai, nenek mau mempersiapkan diri dulu. Kamu ajak Zahra duduk, kasihan sejak tadi berdiri."

"Baik nek." Ares manut dan menggiring Zahra pada tempatnya.

Tak berselang lama, Aaron dan Hana muncul, lalu duduk di kursi diseberang mereka.

"Hana." Panggil Zahra lalu menautkan tangannya pada jari Hana di atas meja

Bugh!

Dengan cepat Aaron menepis tangan Zahra, "Jangan pegang-pegang calon istri gue." Ujarnya ketus, lalu menarik tangan Hana dan menggenggamnya erat.

"Dih!" Zahra mendengus, "Gue lebih dulu kenal Hana ketimbang lo kali!" Zahra menarik tangan Hana yang di genggam Aaron. Namun Aaron tak melepaskannya dengan mudah. Yang ada lelaki itu menariknya dan menggenggam jemari Hana dibalik meja.

"Lo nyebelin!!!" Teriak Zahra kesal, sambil memukul lengan Aaron.

"Bodo amat, wleeek!" Ledek Aaron, sambil menjulurkan lidahnya, persis seperti anak kecil.

Sementara Hana yang melihat tingkah Aaron yang jauh berbeda dari biasanya terhenyak. Lelaki yang biasanya dingin dan galak itu, bisa berubah kekanak-kanakan di depan Zahra. "Wah, Daebak!"

Bersambung...

1
Chalimah Kuchiki
semangat hana.. jangan jatuh cinta ke siapa2 dulu, fokus cari tau penyebab meninggalnya pacar kamu siapa
Mas Sigit
di tunggu up nya thor, klu bisa yg bnyk🤭💪💪💪
Chalimah Kuchiki
hana ingat jangan kegabah baper ke tunangan temen atau ke arion. kenali mereka baik2 dulu
Chalimah Kuchiki
sukaaaaa
Mas Sigit
wah ceritany bikin jantung jedag jedug serasa adrenalin
Chalimah Kuchiki
ah lanjutttt... jadi aku team pak intel atau bad boy nih 🤗
Mas Sigit
wkwkwkkkkk
Mas Sigit
ceritany sungguh bikin jantung q dug"ser krn penasaran sekaligus tegang krn takut hana kenapa"
November
lanjutewe
Devi Nur Fitri
Q mampir kak ....suka banget sama yg badhusband
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!