Di kehidupan sebelumnya, Duchess Evelyne von Asteria adalah wanita paling ditakuti di kerajaan. Kejam, haus kekuasaan, dan tak ragu menyingkirkan siapa pun yang menghalangi jalannya. Namun, semuanya berakhir tragis. Pengkhianatan, pedang yang menembus perutnya yang tengah mengandung besar itu mengakhiri segalanya.
Namun, takdir berkata lain. Evelyne justru terbangun kembali di usia 19 tahun, di mana ia harus menentukan jodohnya. Kali ini, tekadnya berbeda. Bukan kekuasaan atau harta yang ia incar, dan bukan pula keinginan untuk kembali menjadi sosok kejam. Dia ingin menebus segala kesalahannya di kehidupan sebelumnya dengan melakukan banyak hal baik.
Mampukah sang antagonis mengubah hidupnya dan memperbaiki kesalahannya? Ataukah bayangan masa lalunya justru membuatnya kembali menapaki jalan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Pilihan Putriku
Para bangsawan mulai berlomba-lomba bertanya mengenai alat-alat musik di sana hingga mereka lupa maksud kedatangan mereka sendiri. Hingga akhirnya, Evelyne menepuk tangannya. Suasana yang awalnya gaduh berubah sunyi seketika.
“Saya ucapkan banyak terima kasih atas minat Lady dan Nyonya sekalian. Dengan rasa hormat, saya mempersilakan hadirin sekalian untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.” Evelyne tersenyum, dan para Lady serta Nyonya menuruti permintaan tuan rumah.
Evelyne memberikan aba-aba pada para pelayan untuk menghidangkan teh yang sudah disiapkan. Cangkir-cangkir keramik menawan dan teko aneh keluar dari nampan.
“Ini adalah teko yang terbuat dari bahan khusus, di mana teko ini dapat menjaga suhu teh tetap hangat selama beberapa jam.” Ucap Evelyne saat para pelayan telah kembali ke tempat mereka masing-masing.
“Saya juga menyelipkan beberapa hadiah dan tantangan dalam kue yang tersaji di meja besar. Saya mempersilakan para Lady dan Nyonya menikmati suguhan kami.”
Merasa penasaran, salah satu Lady berdiri dan mendekati meja besar tempat teh dan makanan ringan tersedia. Dia mengambil salah satu camilan dan menemukan kertas tersembunyi di bawah piring kecil miliknya.
Lady tersebut membuka kertas di tangannya, dan matanya langsung berbinar. “Nomor 12,” ucapnya. Seorang pelayan pria mengambil salah satu kotak dengan nomor yang disebutkan oleh Lady tersebut.
Mata Lady itu langsung melotot saat mendapati sebuah seruling kecil yang begitu cantik, terbuat dari giok langka dan tampak menawan dengan hiasan burung kecil.
“Anda sangat beruntung, Lady. Ini adalah salah satu hadiah yang kami siapkan. Satu undangan dapat mengambil dua makanan ringan, dan dapat menukarkannya dengan hadiah.” Ucap Evelyne. Para tamu serentak bertepuk tangan.
Suasana kembali nyaman. Yang tadinya terasa seperti medan perang kini berubah menjadi hangat dan damai. Para Lady dan Nyonya mulai berbaur dan hampir melupakan status mereka di sana. Mereka terhanyut oleh melodi musik yang baru mereka dengar serta kejutan-kejutan menyenangkan yang disiapkan oleh Evelyne.
Matahari mulai meninggi. Para Lady dan Nyonya mulai merasa kepanasan karena rumah kaca yang mereka tempati. Evelyne memberikan isyarat pada pelayannya untuk menutup atap dan membuka jendela. Dia tersenyum ketika seorang pelayan mendekatinya dan memberi tahu bahwa mereka akan kedatangan tamu baru.
Benar saja, pintu besar terbuka, memperlihatkan sosok Pangeran Mahkota yang berdiri di depan pintu bersama Duke Zisilus dan beberapa pria bangsawan yang belum menikah.
Semua Lady terperangah melihat tamu baru yang datang. Ini adalah acara minum teh yang biasanya hanya dihadiri oleh para Lady.
“Salam kepada Pangeran Mahkota Andreas Von Harferd. Salam kepada Duke Zisilus. Salam kepada…” Satu per satu, Evelyne memberikan hormat. Matanya akhirnya bertemu dengan tatapan Piter, yang tersenyum ke arahnya.
“Wah, aku tidak menyangka akan ada hari ini dalam hidupku,” kekeh Pangeran Mahkota.
Evelyne tersenyum dan menunduk hormat. “Saya juga tidak menyangka Anda akan hadir dan menerima undangan saya.”
“Jadi, sekarang bersediakah Anda menjadi pendamping saya, Lady Eve-”
“Lady Evelyne sudah memiliki janji untuk menjadi pendamping saya.”
Piter meraih tangan Evelyne dan menggandengnya. Pangeran Mahkota berdecak dan memutar bola matanya.
“Baiklah, Tuan Duke. Tapi jika aku melamarnya sekarang, sepertinya dia tak akan bisa kau raih lagi, ya?” goda Pangeran Mahkota.
Evelyne terkekeh. Dia tahu betul bagaimana kedekatan Piter dan Andreas, sang calon Raja masa depan.
“Saya pastikan bila Anda berani melakukan itu, saya tidak akan memegang pedang lagi untuk Anda,” ucap Piter.
Pangeran Mahkota tertawa mendengarnya. “Baiklah, Lady Evelyne. Sepertinya Anda sudah menjinakkan singa gunung, ya?”
Evelyne menutup mulutnya dengan kipas dan tersenyum nakal. “Dibandingkan dengan singa, beliau justru lebih terlihat seperti kucing manis, bukan?”
Semua orang terperanjat. Dari sisi mana Evelyne melihat Duke Zisilus yang terkenal sebagai Pedang Kerajaan tampak seperti kucing?
“Sepertinya Anda harus segera memeriksakan mata Anda, Lady,” ucap Pangeran Mahkota dengan senyum kaku. Evelyne menggeleng pelan, menikmati reaksi mereka.
Semua orang tertawa. Suasana kembali ramai. Duchess Astria, yang melihat sang putri berhasil melangsungkan acara minum teh pertamanya, merasa bangga. Berbagai pujian dia dapatkan. Bahkan, beberapa Nyonya yang memiliki putra mulai mendekati Duchess Astria dengan harapan bisa menjodohkan anak mereka dengan Evelyne.
“Saya senang dengan acara ini, Duchess. Mari kita bawa anak-anak kita di pertemuan berikutnya. Putra kedua saya sangat pintar, dia menjadi lulusan terbaik di Akademi Bangsawan,” ucap salah satu tamu.
Duchess Astria tersenyum ramah. “Pilihan putri saya sudah jatuh pada satu orang sejak dansa pertamanya. Saya tak tega membuat mereka terluka, Nyonya. Biarkan jodoh anak-anak kita ditentukan oleh takdir.”
“Saya baru pertama kali melihat pria itu di kalangan kita. Apakah dia baru saja mendapatkan gelar bangsawan?” tanya yang lain penasaran.
“Benar. Apakah saat dansa pertama Lady, pria itu juga adalah dia?” tanya seorang Nyonya lainnya.
Duchess Astria menahan tawa. “Bagaimana kalau kita langsung menghampiri mereka?”
Para Nyonya mengangguk. Mereka yakin pilihan Evelyne salah dan ingin membuktikan bahwa pria itu bukanlah keturunan bangsawan tinggi.
“Ibu?” Evelyne terdiam melihat rombongan ibunya mendekat. Piter menatapnya, bingung.
“Salam kepada Duchess Astria,” ucap Piter dengan hormat, tetapi dia tidak memberi salam pada yang lain. Status para Nyonya itu jauh di bawah dirinya. Justru merekalah yang seharusnya memberikan hormat padanya.
“Apakah Anda baru di kalangan bangsawan? Apa gelar Anda?” tanya seorang Nyonya dengan percaya diri.
Piter tersenyum, kini mengerti maksud kedatangan Duchess Astria. “Ah, saya memang baru satu bulan berada di ibu kota setelah tiga tahun terakhir berada di perbatasan. Saya Piter Von Zisilus, gelar saya adalah Duke dari Zisilus.”
Sontak para Nyonya terkejut dan nyaris tak bisa bernapas. Yang mereka tahu, Duke Zisilus memiliki tampang menyeramkan. Para bangsawan wanita bahkan menyebutnya sebagai "Gorila Gunung" karena wajahnya yang dipenuhi berewok, janggut, serta rambut panjang yang tak terawat.
“Untuk status lainnya, mungkin kedatangan saya ke sini karena menerima undangan Lady Evelyne. Status saya di sini sebagai kekasih Lady Evelyne,” lanjut Piter.
Para Nyonya yang memegang kipas itu gemetaran. “Bagaimana menurut Anda, Lady?” Piter bertanya pada Evelyne.
Evelyne mengangkat alisnya, bingung. “Sejak kapan Anda jadi kekasih saya?” kekehnya geli.
Piter sejenak berpikir, lalu menatap mata Evelyne yang berbinar karena tawa. “Sejak Anda mengatakan, Bukankah Anda adalah tunangan saya?”
Evelyne tersentak kaget, lalu mencubit tangan Piter dengan gemas. Keharmonisan mereka membuat para Nyonya menyimpulkan bahwa memang mereka saling jatuh hati.
Duchess Astria tersenyum ke arah teman-temannya, dia sudah memberi tahu mereka siapa calon suami Evelyne yang tak mungkin dapat mereka saingi. Dari segi kehormatan sudah jelas tak mungkin, karena Zisilus adalah salah satu marga untuk tiga pendiri Kerajaan, untuk tampang jelas wajah Duke Zisilus amat menawan, untuk kemampuan pun tak dapat diragukan lagi.