Lulu, seorang yatim piatu yang rela menerima pernikahan kontrak yang diajukan Atthara, demi tanah panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
Lulu yang memerlukan perlindungan serta finasial dan Atthara yang memerlukan tameng, merasa pernikahan kontrak mereka saling menguntungkan, sampai kejadian yang tidak terduga terjadi. “Kamu harus bertanggung jawab!”
Kebencian, penyesalan, suka, saling ketertarikan mewarnai kesepakatan mereka. Bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Apakah keduanya bisa keluar dari zona saling menguntungkan?
Note: Hallo semuanya.. ini adalah novel author yang kesenian kalinya. Semoga para pembaca suka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Tidak Boleh Melakukan Apa-apa
“Kenapa dia belum juga bangun?” tanya Atthara kepada dokter yang sedang berkunjung ke kamarnya.
“Semuanya baik-baik saja, Tuan. Hanya saja trauma yang dialaminya, membuat istri Anda tidur lebih lama untuk mengistirahatkan tubuhnya.” Jawab dokter yang telah melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada Lulu.
“Tenang saja, Tuan Muda. Aku saja tidak bisa membayangkan bagaimana Nona Muda mengalaminya.” Sela Bobby.
Atthara terdiam. Apa yang dikatakan Bobby ada benarnya. Ia sendiri masih merasa bersalah telah membuat Lulu berada dalam bahaya. Walaupun luka yang dialaminya bisa sembuh, trauma yang dialami entah bisa disembuhkan atau tidak.
Lulu memerlukan 2 hari sampai ia bisa bangun dari tidurnya. Atthara yang sudah diperbolehkan pulang kemarin, menunggunya di rumah sakit.
“Apa yang kamu rasakan?” tanya Atthara yang membantu Lulu duduk bersandar.
“Nyeri.” Lulu melihat lengan kirinya yang terbuka karena ia mengenakan seragam rumah sakit lengan pendek.
“Jangan banyak bergerak! Lukamu bisa terbuka lagi nanti.” Lulu mengangguk.
“Mas, aku haus dan lapar.”
“Tentu saja! Kamu sudah tidur 2 hari. Tunggu sebentar!” Atthara mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Bobby.
Tak lama kemudian, Bobby datang dengan beberapa paper bag di tangannya.
“Aku tidak tahu Nona Muda suka makanan apa, jadi aku membeli semua yang bisa aku temukan.” Kata Bobby membuka paper bag satu-persatu.
“Kamu makan apa?” tanya Atthara.
“Aku mau bubur dan dimsum.” Atthara mengangguk.
Ia mengambil mangkuk bubur dan dimsum, lalu mendorong meja makan untuk Lulu. Saat Lulu mengangkat tangannya, Atthara menghentikannya dan mengatakan akan menyuapinya.
“Aku bisa sendiri, Mas.”
“Jangan menolak!” Lulu menurut.
Dalam hati ia merasa Bahagia atas perhatian yang diberikan Atthara. Lulu sudah menyadari perasaannya jika ia menyukai Atthara. Ternyata perhatian dan sikap Atthara selama ini telah membuatnya jatuh cinta dengan suaminya. Rasa kesalnya saat melihat Agnes menyentuh tubuh suaminya, membuat ia sadar dengan perasaannya.
“Bagaimana dengan Agnes, Mas?” tanya Lulu.
“Jangan pikirkan!”
“Tapi..”
“Nona Agnes masih dalam penahanan, Nona Muda. Semua bukti memberatkannya sehingga ia akan menempuh persidangan untuk menentukan hukuman.” Jelas Bobby yang merasa Atthara terlalu kaku.
“Bagaimana dengan Papa?”
“Fokus dengan kesembuhanmu saja!” Lulu tidak mengalihkan pandangan dari Atthara meminta jawaban.
“Mereka harus mendapatkan hukuman yang setimpal karena berani melukaimu dan memberikanku obat perangsang!”
“Astagfirullah.. Mas tidak apa-apa?”
“Khawatirkan dirimu sendiri!” Lulu tersenyum.
Suapan demi suapan diberikan Atthara sampai Lulu menghabiskan buburnya. Saat Atthara akan menyuapkan dimsum, Lulu menggelengkan kepalanya karena ia sudah kenyang.
Bobby membisikkan sesuatu dan Atthara berdiri dari tempat duduknya.
“Aku akan keluar sebentar. Jangan banyak bergerak!” Lulu mengangguk.
Atthara keluar Bersama Bobby dan berbicara di luar. Lulu merasa tubuhnya sangat lengket, sehingga turun dari ranjang dan mencari pakaian ganti.
“Kamu sedang apa?” tanya Atthara yang kembali masuk.
“Aku mau mandi, Mas. Tubuhku rasanya lengket.”
“Kamu tidak boleh mandi!”
“Tapi..”
“Jangan membantah! Bagaimana caramu mandi jika tangan kanan di infus dan tangan kirimu tidak boleh terkena air?” Lulu tidak memperhitungkannya.
Ia kembali ke ranjang, sedangkan Atthara menggelengkan kepalanya. Lulu yang penurut terkadang juga bisa keras kepala, menguji kesabarannya.
Keesokan harinya, dokter sudah memperbolehkan Lulu untuk pulang. Dokter memintanya untuk control seminggu lagi untuk melepas benang jahitan. Lulu tersenyum sumringah, akhirnya ia bisa pulang. Ia ingin mandi dan sholat. Selama di rumah sakit, Atthara tidak memperbolehkannya untuk menyentuh air dan sholat.
Tetapi Lulu harus menyerah dengan keinginannya karena Atthara membawanya kembali ke kota B siang itu. Tidak hanya itu, Atthara bahkan menyuruhnya untuk tidur di kamarnya agar mudah untuk mengawasi Lulu.
“Nona Muda.” Panggil Betty dari luar.
“Masuk, Mbak.”
“Tuan Muda meminta saya untuk membantu Nona Muda mandi.”
“Benarkah?” Lulu yang sebelumnya bermalas-malasan segera menegakkan tubuhnya.
Betty mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk menyiapkan air. Lulu mengikuti di belakang. Sejak ia memiliki luka, Atthara secara khusus menyiapkan setelan lengan pendek agar mudah melihat perban ditangan Lulu. Selain itu, Lulu juga tidak diperbolehkan keluar dari kamarnya.
Betty membantu Lulu melepaskan pakaiannya. Walaupun merasa malu, Lulu sudah tidak peduli lagi. Ia ingin mandi dan segera bersuci. Selesai mandi, Lulu meminta tolong kepada Betty untuk mengambilkan mukenanya di kamar. Betty mengangguk dan keluar dari kamar.
“Terima kasih, Mbak.” Kata Lulu tanpa melihat siapa yang datang.
“Siapa?”
“Eh! Mas Attha.” Lulu tersenyum.
“Ini!” Atthara menyerahkan mukena kepada Lulu.
“Mas memperbolehkanku sholat?”
“Lakukan!”
Lulu menerima mukena dengan senyum lebar. Atthara selalu bisa membuat perasaannya melambung. Segera Lulu mengenakan mukenanya dengan perlahan dan melaksanakan sholat. Takut membuat Atthara menunggu terlalu lama, Lulu hanya mengerjakan sholat dzuhur dan asar yang terlewat.
“Senang?” tanya Atthara yang menyambut uluran tangan Lulu.
“Terima kasih, Mas.” Lulu tersenyum.
“Duduk!”
Lulu menurut dan duduk di dekat suaminya. Atthara menarik tangan kiri Lulu dengan lembut. Ia membuka perban dan menggantinya dengan yang baru.
“Ya Allah, luluhkan hati suamiku. Alangkah baiknya jika ia bisa menjadi imamku.” Doa Lulu dalam hati.
Di sisi lain.
“Bukankah aku menyuruhmu untuk mengawasinya?” seru Papa Atthara, Baskara.
“Agnes hanya mengatakan ingin bertemu dengan temannya, Pa. Aku tidak tahu kalau dia nekat menyusul Atthara.” Jawab istrinya, Julia.
“Kasusnya sudah masuk ke pengadilan. Akan sulit untuk membebaskannya sekarang.”
“Lakukan yang Papa bisa untuk mengeluarkannya, Pa!”
“Kamu tahu apa yang dilakukannya? Dia memberikan Atthara obat perangsang dan membayar 2 laki-laki untuk menyerang istrinya! Kamu pikir Atthara akan melepaskannya begitu saja?”
“Apa yang kalian bicarakan? Agnes melukai Lulu dan Atthara? Kenapa tidak ada yang memberi tahuku?” tanya Nenek Rahma yang baru saja kembali dari ziarah.
“Ibu! Kenapa tidak mengatakan kalau kembali hari ini?” Julia menghampiri Nenek Rahma, tetapi tangannya di tepis.
“Kalau aku mengatakannya, aku tidak akan mendengar berita ini! Baskara! Jelaskan!” tegas Nenek Rahma yang duduk di kursi.
Mau tak mau, Baskara menjelaskan apa yang sedang terjadi dan bagaimana keadaan Lulu dan Atthara yang baru saja kembali dari kota S. Baskara juga menjelaskan keadaan Agnes yang saat ini masih di tahan di kepolisian kota S.
Nenek Rahma memijat pangkal hidungnya. Baru juga 3 hari beliau pergi berziarah dengan kelompoknya, saat pulang sudah mendengar kabar buruk seperti ini. Terlebih lagi, yang menyebabkannya adalah Agnes, anak dari Julia. Mengingat sifat Atthara, Agnes tidak akan dibiarkan begitu saja. Dan lagi, Lulu sampai terluka!
“Ibu mau ke mana?” tanya Baskara saat Nenek Rahma berjalan keluar pintu.
“Aku mau melihat keadaan cucuku!”
selamat menjalankan ibadah puasa kak🤗