Ema harus membayar setimpal dengan apa yang di lakukan oleh bosnya untuk menyelamatkan dua adiknya dari orang tua yang Toxic
Gadis itu berpikir jika dia hanya perlu bekerja lebih keras di perusahaan Grey namun salah pria itu mengincar hal lain dari gadis itu
.
.
Grey tertarik pada Ema gadis sederhana dengan mental kuat, namun latar belakang pria itu membuat dia tidak bisa meresmikan hubungannya menjadikan Ema sebagai kekasih gelapnya
Pria itu harus menikah dengan perempuan sempurna juga
.
.
Bagaimana keputusan Grey? sedangkan Ema yang sudah tersudut oleh keluarga tunangan Grey hingga gadis tu memutuskan akan pergi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon natural, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian
Jeremy menatap kamar Ema yang masih tertutup dia bangun pagi sekali dan memastikan kamar itu sampai beberapa kali
“Dia belum bangun? Kemana dia?”. Gumam Jeremy “Sebaiknya aku menunggu dia bawah dia pasti akan sarapan juga kan”.
Pemuda itu dengan gontai berjalan ke arah lift dia kesal karena tidak berhasil mengajak Ema untuk mengobrol berdua kemarin malam dan gadis itu sedikit menghindarinya juga
“Tuan Jeremy ada apa dengan anda, anda tidak menemukan gadis itu?”. seornang pria tertawa kecil melihat tingkat tuannya yang sedang galau “dia belum banunjuga?”tanya sekertaris pemuda itu, Osen
“Entahlah kemarin dia bangun lebih cepat dari ku”
“Kenapa anda tidak mengetuk pintu kamarnya saja?”.
“Aku tidak ingin mengganggunya, aku takut dia tidak nyaman dengan perhatian ku kau tahu sendiri, aku sangat meyebalkan ketika menyukai seseorang”. Ucap Jeremy lesu
Bekerja sejak usia nya masih sangat muda membuat dirinya susah bersosialisasi dengan orang lain, jiwanya yang juga pekerja keras membuat pemuda itu tidak menyukai orang malas
“Kau tahu dia masih sangat muda seperti ku, dan ku dengar dia bukan orang yang berkecukupan dia bahkan sangat pintar bagaimana bisa aku tidak tertarik”. Keluh Jeremy say mengadu pada Osen
Pria yang menjadi sekertaris sekaligus orang yang paling mengerti Jeremy, pria itu juga yang sudah menyaksikan pemuda itu tumbuh dari masa kanak-kanak hingga saat ini
“Aku akan mencoba berbicara dengannya nanti, aku akan mengatur jadwal juga agar kalian bisa berkencan”. Osen menyemangati Jeremy, dan benar saja pemuda itu langsung tersenyum dengan matanya berbinar harap
Pemuda itu melanjutkan sarapannya meski sesekali melihat ke arah pintu masuk mencari seorang gadis yang dia suka
Walau sudah menunggu beberapa lama gadis itu tidak kunjung datang membuatnya sedikit kecewa
Hingga Grey muncul di sana itu membuatnya sedikit berharap pada kehadiran pria itu, karena selama ini di mana ada Grey pasti ada Ema juga bersamanya
Namun kali ini dia salah pria itu datang sendiri dia tampak menyuruh seorang pelayan. Di mana Ema ya? Apa perlu aku menanyakannya?
Jeremu akhirnya memberanikan diria berdiri dari posisinya berjalan menuju Grey yang hendak membawa nampan untuk sarapan
“Tuan hendrick, selamat pagi”. sapa Jeremy dengan ramah
“Oh Hai”.
“Umh di mana Ema, dia tidak sarapan?”
“Dia sedang sakit”. Ujar Grey dengan datar “Menyingkirlah aku akan ke kamar Ema, aku harus memeriksanya”
“Aku ikut, aku ingin menjenguknya juga”
“Tidak Perlu, dia sangat kelelahan hampir tidak bisa bangun dan kau… sekarang jadwal mu pulang kembalilah kau pasti banyak pekerjaankan jangan membuang waktu mu tuan Jeremy”
‘ya tapi”
Grey tidak mendengarkan pemuda itu lagi dia pergi tanpa mengizinkan Jeremy ikut bersamanya, wajahnya juga tampak kesal karena perhatian Jeremy yang menurutnya berlebihan
Jeremy kembali kepada Osen kali ini wajah pria itu sedikit cemas dan juga kesal, menurutnya Grey keterlaluan karena melarang dirinya bertemu dengan Ema
‘Ada apa tuan?”
“Ema sedang sakit”. Ujar pemuda itu “Sepertinya dia tidak akan pulang bersama kita hari ini, Osen… apakah jadwal ku bisa di pindahkan aku juga ingin di sini sampai…”
Osen menggeleng kali ini dia tidak mendukung banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan setelah kembali dari kota X
*****
“Biarkan aku saja yang membawanya masuk”. Ujar Grey pada seorang pelayan yang dia suruh untuk mengatar makanan ke kamar Ema
Pria itu mendorong troli ke dalam kamar, dia masih mendapati Ema yang tertidur di balik selimut
Apa aku sudah keterlaluan? Ya sepertinya begitu itu pengalaman pertamanya. Grey duduk di sisi ranjang membuka selimut yang menutupi tubuh polos Ema
Senyum pria itu terukir begitu saja kala da bisa melijat wajah Ema yang tertidur pulas.Aku harus membangunkannya dia pasti sangat lapar. Batin grey
“Ema bangunlah kau harus makan”. Panggil pria itu Ema memalingkan wajahnya dia begitu kelelahan dan juga tubuhnya yang seperti remuk
“Biarkan saya istrahat pak, saya bahkan tidak menggerakan tubuh saya” keluh gadis itu membuat Grey tergelak
Grey berinisiatif mengangkat tubuh Ema ke atas pangkuannya
“Pak apa yang anda lakukan”. Ema menutup tubuhnya yang polos dengan kedua tangannya dia panik takut jika Grey akan melakukan hal itu lagi saat tubuhnya masih sangat kelelahan
“Apa? Kau harus makan aku sedang membantu mu sekarang… kau harus berterimakasih untuk ini”. Ujar grey
“Saya bisa sendiiri”
“Sstt jangan melawan”. Grey tidak menerima penolakan dia memangku gadisnya untuk duduk di pangkuannya hanya dengan berlapiskan selimut membuat gadis itu malu
Grey bahkan menyuapinya untuk sarapan meski dia mengatakan dia akan melakukannya sendiri
Pria itu benar-benar memberi perhatian yang Ema tidak duga meski begitu rasa nyaman di hatinya tidak memudar begitu saja
Ema menatap grey dengan takut karena dia yakin jika pria itu akan meminta satu bayaran untuk apa yang dia lakukan pagi itu
“Kenapa menatap ku seperti itu”. Ema mengalihkan padangannya
“Ah panas”. Ujar gadis itu saat sup masuk kedalam mulutnya seperti nya Grey tidak meniupnya dengan benar
“Maaf…”. Grey memasukan sup itu kedalam mulutnya lalu mencium Ema dengan paksa memasukan sup yang di dalam mulutnya kepada Ema “Nah kalau beginikan aku bisa memastikan jika supnya tidak panas lagi”
Hentikan kegilaan mu ini sialan!. Kesal Ema
Sarapan selesai.
Grey menyusun peralatan makan dengan rapi lalu menaruhnya di lorong hotel, pria itu masih tetap berada di kamar Ema hingga gadis itu ragu untuk melakukan sesuatu
Badan ku gerah. Batin Ema dia sangat ingin mandi, matanya tertuju pada kaos obling yang teronggok di bawah lantai
Gadis itu menggapainya lalu memakai benda itu untuk menuju ke kamar mandi
“Mau ke mana?”. Tany Grey melihat Ema yang kesulitan berdiri
“Sa..saya ingin ke kamar mandi” Ujar Ema meski sebenarnya dia tidak yakin karena sekarang kakinya bahkan sudah gemetar
“Biar aku mengantar mu sekarang”.
“Tidak perlu saya bisa sendiri”. ema bersikeras karena dia yakin jika grey akan melakukan sesuatu lagi padanya nanti “Saya..ahkk”
Terlambat Grey mengambil alih pria itu sudah mengangkat tubuh Ema menuju bathroom, pria itu dengan lihat menyabuni tubuh Ema membersihkan tubuh Ema yang lengket karena kegiatan mereka kemarin malam
“Hmm”.
Jangan tersenyum sialan! Kau membuat ku takut. Ema memalingkan pandangannya pria itu benar-benar membuatnya gila
“Aku menyukai mu yang menurut begini”. Ujar Grey
Cup.
Satu ciuman mendarat di pipi Ema “beristrahatlah di sini, aku akan menyuruh pelayan membereskan kamar… “
“Kita tidak pulang?”. Tanya Ema
Grey hanya menggeleng dengan senyum jahatnya “Ya aku tidak yakin jika kau akan bisa berjalan normal beberapa hari kedepan, lagi pula kau masih harus belajar lagi nanti malam”
novel ini itu sangat menarik. aku suka bgt sama novel ini
semangat kak buat episode selanjutnya
baca juga novel aku judul nya istri kecil tuan mafia /Smile//Smile/