Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Mencari makna dan pengertian
Kamu bagaikan senja yang hilang begitu cepat,
menawarkan keindahan cahaya yang bisa di nikmati hanya sesa'at, Ku kira engkau adalah cahaya yang abadi, ternyata langkahmu memilih pergi pada persinggahan lain.
Kini aku mulai menyadari kamu tak pantas untuk aku kagumi.tentang rindu yang menjelma asing di penghujung sepi.Sengaja ku menanam bunga mawar di tanah tandus, menyiramnya dengan kasih sayang yang begitu tulus,
Aku kira bunga itu akan tumbuh dengan indah, ternyata hanya meninggalkan dedaunan yang terbang tanpa arah.
Mungkinkah kita hanya setangkai bunga patah, yang tak sempat ku nikmati mekarnya yang begitu indah, Ataukah kita hanya sebatas kata dalam cinta, yang mengikat janji di tepian senja.?
Bagiku, engkau tetaplah cinta yang ku puja, walau ku tahu, perasaan ini hanya membuatku terluka, Namun, nyatanya namamu masih tersimpan dalam hati.
Hasan menatap Resa dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Dia tidak bisa tidak memperhatikan kesedihan yang tersembunyi di balik senyum Resa.
"Hey, jangan menatapnya begitu, atuh, Kang. Dia tak halal untuk kau lihat," kata Tina dengan nada yang sedikit keras.
"Astagfirullah... ampuni aku ya Rabb," ucap Hasan dengan cepat, menundukkan kepala.
"Setelah puas menatap dan kena tegur baru istighfar," cibir Tina sambil menggelengkan kepala heran dengan kelakuan Hasan.
"Hahaha, ditatap dosa gak ditatap penasaran, begitu kan, Kang?" timpal seseorang yang mendengar percakapan mereka, kemudian berlalu melewati keduanya.
Hasan bertanya pada Tina setelah temannya tak terlihat lagi, "Tin, kakak kamu baik-baik saja, kan?"
Tina melirik dengan tatapan intens, kemudian bertanya balik, "Kenapa, Akang pengen tahu?"
"Sepertinya dia sedang menyembunyikan luka di balik senyumannya," jawab Hasan dengan serius.
"Kenapa Akang bisa mengira begitu?" tanya Tina dengan penasaran.
"Terlihat dari sorot matanya yang menggambarkan kesedihan," jawab Hasan dengan yakin.
Tina hanya menghela napas panjang, kemudian berkata, "Seharusnya aku tak menceritakan kehidupan pribadi Teh Resa. Tapi aku juga kasihan sama Teh Resa yang berusaha terlihat kuat dan baik-baik saja di hadapan orang lain."
"Maksudnya apa, Tin?" tanya Hasan dengan penasaran.
"Mmm, gimana ya aku gak bisa cerita sekarang, di sini terlalu ramai orang kang!" jawab Tina dengan ragu-ragu.
"Akang tahu masalah yang sedang dihadapi Teteh kamu," kata Hasan dengan yakin.
Tina melirik tajam pada Hasan dan berkata, "Akang tahu dari siapa?"
"Ada lah pokoknya," lirih Hasan dengan menunduk.
"Bilang sama Teteh kamu, Akang siap menunggu jandanya," kata Hasan dengan nada yang serius, membuat Tina terkejut.
Tina melongo mendengar perkataan Hasan, tak habis pikir. "Aku gak salah dengar nih? Akang masih tetep mau sama Teh Resa meski seandainya jadi janda?"
Hasan mengangguk tanpa keraguan, membuat Tina tak habis pikir. Cinta buta dan tuli itu ternyata benar adanya. Sungguh beruntung wanita yang akan menjadi pendamping dirinya.
Seandainya dulu kakaknya lebih memilih Hasan, mungkin keadaannya akan berbeda, pikir Tina menerawang. Dulu dia juga mengagumi sosok pria di sampingnya itu, namun sekarang dia sudah merelakan bahwa cintanya pada pemuda itu tak bisa dipaksakan.
***
"Ai, kamu masih marah sama AA?" Tanya Hari menyelidik.
"Enggak?" jawabnya dengan dingin.
"Ko jawabnya gitu?" tanya Hari lagi,merasa tak yakin dengan jawaban istrinya
"Harus jawab apa atuh,A?" tanya Resa dengan nada yang kesal.
Entah mengapa, saat ini dia merasa benci pada sosok pria itu, tapi dia akan rindu saat jauh dari suaminya. Hari hanya menghela nafas panjang, mencoba untuk memahami kondisi bumil yang memang harus banyak sabar, pikirnya.
Dia tidak ingin membuat Resa semakin marah, jadi dia memilih untuk meminta maaf."Ya udah, AA minta maaf kalau semisalnya AA ada salah," kata Hari dengan nada yang lembut.
Resa hanya melirik sekilas pada suaminya, kemudian mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan suaminya karena matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku selalu memaafkan semua kesalahan yang kamu lakukan, A," batin Resa, "Tapi bukan berarti aku bisa melupakan semua nya. Selepas dari bagaimana kamu memperlakukan aku, sungguh lukanya sangat membekas di hati dan pikiran ku."
Kekecewaan yang bertubi-tubi membuat Resa kehilangan rasa percaya terhadap suaminya. Dia merasa bahwa suaminya tidak memahami perasaannya, tidak peduli dengan kebutuhan emosionalnya, dan tidak dapat memenuhi harapannya sebagai seorang istri.
Rasa kecewa dan sakit hati itu semakin membesar karena Resa merasa bahwa suaminya tidak berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia merasa bahwa suaminya hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan perasaannya.
Kehilangan rasa percaya itu membuat Resa merasa kesepian dan tidak memiliki tempat untuk berbagi perasaannya.Dia merasa kehilangan Rumah keduanya.
"Ku kira hatimu tempat untuk ku berteduh, aku kira cintamu tempat hati ku berlabuh. Ternyata cintamu hanya membuatku terluka."
"Kau anggap apa hadirku di sini? Mengapa tega membuat aku kecewa berulangkali? Kurangnya apa aku selama ini? Maunya apa? Aku tak mengerti, bukan sekali engkau menyakiti, berulang kali.namun tak kau sesali"
Kalimat-kalimat itu merupakan ungkapan hati seorang wanita yang terluka karena cinta yang tidak sesuai dengan harapannya. Dia merasa bahwa cinta yang diberikan oleh orang yang dicintainya hanya membuatnya terluka dan tidak memahami apa yang dia inginkan.
"Kita pulang sekarang ya?" ajak Hari.
Resa tak menjawab, namun dia tetap bangkit mengikuti langkah suaminya yang akan berpamitan kepada mertuanya. Sedangkan Resa hanya mengekor di belakang suaminya dengan langkah yang gontai.
Pikirannya masih terngiang-ngiang dengan percakapan Tina dan Hasan yang tak sengaja ia dengar saat ingin pergi ke ruangan belakang. Dia mendengar percakapan mereka tentang dirinya, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman.
Resa tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tapi dia tahu bahwa dia harus menghadapi kenyataan yang ada. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggunya.
"Mengapa aku merasa bersalah pada dia?" batin Resa, pikirannya masih menerawang jauh. "Seharusnya Kang Hasan tak boleh berharap terlalu jauh. Jikalau pun pernikahan suatu saat harus kandas, aku tak mungkin juga menerima kamu, Kang. Kamu pantas mendapatkan istri yang lebih baik dari aku."
Resa terus memikirkan tentang Kang Hasan dan perasaannya yang kompleks. Dia merasa bersalah karena dia tahu bahwa Kang Hasan masih memiliki perasaan pada dirinya.
Sedangkan Hari, suaminya, hanya memperhatikan Resa lewat kaca spion. Pria itu tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan mood istrinya yang mudah berubah-ubah dan sangat sensitif semenjak hamil.
Hari memilih untuk diam dan membiarkan Resa memikirkan hal-hal yang ada di pikirannya. Dia berharap bahwa Resa akan segera keluar dari pikirannya yang kompleks dan kembali menjadi dirinya yang biasa.
Lihatlah tuan, wanita yang dulu kau perjuangkan dan kau luluhkan hatinya, kini harus berjuang melawan rasa sakitnya sendirian. Bukankah dulu kamu meyakinkan dia, bahwa kamu berbeda dari laki-laki lain?
Kenapa sekarang, obat yang kau tawarkan dulu, kini menjadi racun yang hampir membunuh kewarasan dan mentalnya? Apakah kamu tidak menyadari, bahwa janji-janji yang kamu buat dulu, kini hanya menjadi kenangan pahit bagi dia?
Kamu yang dulu mengatakan bahwa kamu akan selalu ada untuknya, kini malah meninggalkannya sendirian untuk menghadapi rasa sakit dan kekecewaan. Apakah kamu tidak merasa bersalah, atas apa yang telah kamu lakukan padanya?
Dia isteri yang kadang tak mampu menyampaikan maksud dan inginnya melalui kata, namun berharap kau mengerti.Dia isteri yang kadang tangisnya tak mampu di tahan karena terluka, namun berharap kau memahami air matanya.
Dia isteri yang kadang terluka tapi tetap berusaha tersenyum, agar terlihat baik-baik saja.Dia isteri yang walaupun menangis dan terluka karena kamu, namun tetap mendoakan dan mengharapkan segala yang terbaik.
Kalimat-kalimat itu merupakan ungkapan hati seorang isteri yang terluka, namun masih memiliki harapan dan cinta yang tulus. Dia berharap bahwa suaminya dapat memahami dan mengerti perasaannya, meskipun dia tidak dapat menyampaikannya dengan kata-kata.
dan hari JD suami harus peka
apalgi resa LG hamil
moodnya it sprti bunglon
g bs berpaling aq Thor😅