bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Tiga Belas
***
Laudya dan Maxim sudah berangkat ke Jepang Senin Pagi, Keduanya sekarang sudah berada di dalam pesawat.
Ini bukan kali pertama nya Naik pesawat, jadi Laudya tidak berada takut. bahkan waktu masih sekolah dan kuliah, ia lebih sering bepergian ke luar kota dan luar negeri urusan perlombaan.
Mungkin Bagi Laudya, perginya ke Jepang hanya untuk urusan pekerjaan. Tapi tidak dengan Maxim, ia sudah membuat beberapa list. Apa saja yang akan di lakukan disana selama tidak menggangu waktu kerja.
Seperti nya Mereka itu memang suka dengan kesunyian, Seperti sekarang. keduanya sama-sama diam, tidak ada yang basa basi mengeluarkan suaranya.
Maxim fokus pada bacaan bukunya yang sengaja di bawa untuk menghilangkan kesuntukan, sementara Laudya, ia bingung harus melakukan apa dan hanya menatap ke luar jendela walaupun pemandangan nya hanya Awan. Sesekali ia akan merekamnya tapi dengan kondisi Ponsel mode pesawat.
“Mungkin tidur lebih baik, dari pada bengong gini.” Ucap Laudya dalam Hatinya.
Laudya mulai memejamkan Matanya, ia menyesali tidak membawa Buku. mungkin karena belum ngantuk dan masih pagi, jadi Laudya tidak benar-benar tidur dan hanya memejamkan Matanya saja.
Maxim yang duduk di samping Laudya Melirik menatap Laudya yang sedang memejamkan Matanya, biasanya kalau ia sendirian berada di dalam pesawat juga selalu begitu.
Tapi karena sekarang di sampingnya ada perempuan yang di sukainya, dan kemungkinan akan semakin Gugup. Jadi Maxim memutuskan untuk membawa Buku.
Bahkan Buku yang sekarang ia baru itu bukan buku tenang binis, tapi Buku Novel romansa milik Seina yang sengaja Maxim ambil secara diam-diam.
Butuh waktu selama Tujuh Jam lebih agar bisa sampai di Tempat tujuan, jadi nanti kemungkinan Maxim juga akan tidur kalau sudah merasa bosan.
Tapi lama kelamaan, Maxim malah lebih tertarik membaca Novel Romansa. Seperti nya nanti kalau sudah kembali ke Jakarta, ia akan meminjam beberapa Novel milik sepupunya itu.
.
Laudya membuka Matanya secara perlahan, Melihat jam tangannya. sudah lama ia tidur, saat melirik ke arah Maxim, ternyata Maxim juga sama sedang tidur.
“Sebenarnya lagi baca buku apa sih?”
Laudya malah penasaran dengan Buku yang di baca oleh Maxim, berhubung yang bacanya sedang tidur. jadi tidak apa-apa kali Laudya Melihat judul buku yang sedang di pegang oleh Maxim.
Laudya menutup Mulutnya agar tidak mengeluarkan tawanya saat membaca Judul Buku tersebut.
“Ternyata Pak Maxim juga suka baca buku soal asmara, apalagi kalau di lihat-lihat ini cocok nya untuk anak remaja yang sedang jatuh Cinta.”
Laudya Memastikan nya kembali, takutnya ia salah baca. Tapi ternyata tidak, ia benar kok liat dan bacanya.
“Mungkin Pak Maxim lagi jatuh Cinta sama seseorang, tapi kok sakit ya kalau memang itu benar.”
Laudya memegangi dadanya, padahal kenyataannya belum terungkap. Tapi ia sudah merasakan sesak di dadanya kalau memang benar Maxim sedang menyukai perempuan lain.
Laudya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memegangi dadanya, semakin berusaha untuk mengalihkan pikiran nya malah semakin teringat.
“Kamu kenapa? Sesak atau gimana?” Tanya Maxim dengan raut wajahnya khawatir.
Laudya menghentikan gelengannya, dan terkejut mendengar suara Maxim. Laudya menatap Maxim. “Gak kenapa-kenapa Mas.”
Maxim menyentuh kening Laudya untuk memastikan sedang Deman atau tidak, dan ternyata tidak.
“Kalau gak kenapa-kenapa kenapa sampai geleng-geleng kepala?” Tanya Maxim.
“Oh itu cuma lagi kepikiran sesuatu aja tapi ada yang agak lupa, soalnya suka gitu kalau lagi lupa.” Bohong Laudya.
Maxim menatap Laudya agak lama, setelah itu ia mengangkat bahunya dan kembali pandangan nya ke depan.
“Pasti nganggap Gue Aneh, tapi gakpapalah. daripada di paksa buat ngaku.” Batin Laudya.
Laudya menghela nafasnya, dan kembali menutup Matanya untuk merilekskan pikiran nya.
*
Maxim dan Laudya sudah sampai di Jepang, tepatnya di Tokyo. Masing-masing membawa satu koper, tapi yang agak besar hanya Laudya. sementara Maxim membawa koper berukuran sedang.
Mereka naik taxi untuk bisa sampai di Hotel, Laudya mengirimkan pesan kepada Ibu nya kalau ia sudah sampai dengan selamat.
Dan kini mereka sudah berada di dalam Taxi menuju Hotel, lumayan agak jauh karena Maxim mencari Hotel yang dekat dengan pertemuan nanti dengan Klien nya.
Nanti juga akan ada acara Makan Malam dengan beberapa pengusaha dari beberapa Negara, Makanya Maxim memilih untuk membawa Laudya daripada membawa Nanda.
Karena sudah pasti nanti di acara tersebut akan banyak perempuan yang berusaha mendekati dan para bapak-bapak yang berusaha untuk menjodohkan Anak mereka dengan Maxim.
Awalnya Pak Bara dan Bu Arumi Juga akan datang, dengan keberangkatan nya selang beberapa hari dari Maxim.
Tapi tiba-tiba saja, Pak Asraf meminta keduanya untuk ikut ke Makassar untuk berkunjung ke rumah saudara jauh nya yang sedang mengadakan acara pernikahan.
Mereka tidak bisa membantah perkataan sesepuh keluarganya itu, kalau tidak bisa bahaya.
Maxim dan Laudya sudah sampai di Lobby Hotel, Koper Mereka di bantu di keluarkan dari Bagasi Mobil oleh Supir Taxi yang membawa mereka.
Keduanya mengucapkan Terima Kasih, dan membawa kopernya menuju Meja Resepsionis.
Maxim memesan dua kamar dengan Fasilitas yang paling bagus, dan kamarnya harus saling berdampingan.
Setelah mendapatkan kamar yang diinginkan, Mereka di antar oleh salah satu pegawai Hotel menuju kamar Mereka.
.
Laudya sudah masuk ke dalam kamar Hotel, ia membuka koper nya untuk di masukan ke dalam lemari agar lebih mudah nantinya saat mau memakainya.
Setelah Memasukan pakaiannya, Laudya membuka Kaca balkon kamarnya. Pemandangan nya lumayan bagus, dan ia ia memotret nya untuk mengirimkan kepada Ibu nya kalau ia sudah berada di Hotel.
“Sepertinya berendam enak, mumpung baru jam tiga Sore. lebih baik berendam dulu.” Gumam Laudya.
Tadi sebelum Masuk kamar, Maxim mengatakan kalau mereka akan Makan Malam sekitar jam tujuh Malam waktu setempat.
Jadi masih ada banyak waktu untuk bersantai dulu, apalagi kemungkinan besok akan mulai sibuk.
Sementara di kamar sebelah, Maxim baru saja mendapatkan telepon dari Seina yang marah-marah karena Novel barunya malah di bawa ke Jepang.
Padahal Seina belum membacanya, tapi malah sudah ada yang ngambil aja. Maxim menjanjikan akan di ganti dengan banyak Novel.
“Padahal cuma satu buku yang dibawa, gimana kalau lebih dari satu Coba.” Ucap Maxim.
“Acara Makan Malam nanti lusa, apa nanti aja ya ngungkapin perasaan Gue ini sama Laudya?”
Maxim terdiam sejenak untuk berpikir, dan seperti nya memang lebih tetap saat nanti pergi ke acara Makan Malam.
“Semoga aja nanti kalau Laudya sudah tahu, dia gak ngehindar dari Gue. Kalau sampai ngehindar bakalan Gue paksa ajak Nikah.” Ucap Maxim.