Bram, lelaki yang berperawakan tinggi besar, berwajah dingin, yang berprofesi sebagai penculik orang-orang yang akan memberi imbalan besar untuk tawanan orang yang diculiknya kali ini harus mengalah dengan perasaan cintanya.Ia jatuh cinta dan bergelora dengan tawanannya. Alih-alih menyakiti dan menjadikan tawanannya takut atas kesadisan. Dia malah jatuh cinta dan menodai tawanannya atas nama nafsunya. Ia mengulur waktu agar Belinda tetap jadi sandranya. walaupun harus mengembalikan uang imbalannya dan ancaman dari pembunuh bayaran ketiga, dia tidak peduli. malam itu dia menodai Belinda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYUSURI JALAN DI HUTAN
Enam orang kaki tangan Bram pergi ke Kota terdekat, mereka akan menggunakan kapal, itu artinya mereka harus melewati jalan setapak kembali dan berjalan selama kurang lebih 8 jam perjalanan. Untungnya persediaan makanan dan minuman ada di pondok mereka. Jadi, kemungkinan anak buahnya itu akan kembali malam hari. Ia dan Belinda masih bisa makan pagi dan makan siang dengan sisa bekal yang ada di pondok.
Dua orang kaki tangannya tinggal bersama di pondok.
"Bos, kayu bakar di tempat persediaan habis."
"Sepertinya aku akan mencari ranting dan kayu bakar di belakang pondok."
Kaki tangan 5 bicara dengan suara baritonnya.
"oke."
"Aku dan Belinda akan berjalan sebentar di sekitar sini, gadis itu perlu penyegaran."
"Oke, Bos."
Bram lalu mengajak Belinda yang ada di kamar untuk berjalan-jalan di sekitar pondok, sekalian dia ingin mencari kayu bakar tambahan. Dia mengambil kapak yang ada di dapur pondok itu. Ada dua kapak. Besarannya sama besar, yang satu diserahkannya pada kaki tangan 5 dan yang satu lagi dipikulnya yang agak ringan.
"Hei, Belinda keluarlah!"
"Belinda!"
Mendengar Bram memanggilnya Belinda menghampiri, ia keluar dari kamarnya menuju halaman di pondok itu.
"Yes, Honey?"
"Ayo kita berjalan-jalan sekitar sini!"
"Baiklah!"
Belinda berlari ke arah Bram, dia memeluknya.
"Waooo."
"Pemandangan yang indah, Honey."
Dia memegangi tangan Belinda.
Mereka menyusuri jalan setapak di belakang pondok, kaki tangan 4 mengikuti mereka di belakang, dia berusaha pura-pura tidak melihat kemesraan bosnya dan Belinda.
Telapak tangan Belinda memegangi telapak tangan Bram. Bram demikian erat memegangi tangan Belinda. Sesekali ia melirik pada perempuannya yang dengan gembira menengok kanan dan kiri sekeliling hutan. Rumput ilalang yang tinggi membuat badan kecilnya menjadi tambah imut. Dia menggemaskan, lesung pipinya membuat cekungan di pipinya. Bibir kecilnya seakan membulat tiap kali melihat kupu-kupu, capung, atau burung yang terbang.
"Wahhh, baguss!!!"
"Wahhh..bagus sekali, Bram."
"Bram seperti diingatkan dengan memori beberapa tahun silam.
Gadis kecil yang membuatnya harus berkejar-kejaran dengan mafia. Dia harus menyelamatkan seorang gadis kecil yang saat itu menyaksikan penembakan dari jarak dekat yang dilakukan seorang mafia.
Saat itu Bram tidak sengaja berpapasan kembali dengan gadis kecil itu. setelah mengantarnya ke depan dermaga, Bram berjalan pulang. Ia pulang ke rumahnya setelah mengantarkan koran ke rumah-rumah pelanggannya.
Tak lama kemudian, dia harus berlari ke belakang, berlari kencang, menarik tangan adik kecil itu, untuk menyelamatkannya. Dia jadi saksi penembakan sangat berbahaya. Bram berlari kencang, awalnya ia kewalahan memegangi tangan gadis kecil itu, tapi akhirnya ia menggendongnya lalu membawanya berlari dalam gendongan. Akhirnya, Bram bisa menyelamatkan gadis itu.
Nafasnya tersengal-sengal.
"huuuuuuu, kakak aku takut."
"Tenanglah adik, kita sudah aman."
Bram lalu mengendap-endap bersembunyi sembari mengendong gadis kecil itu, dia melewati jalan yang lain, Ia berjalan menuju dermaga kembali. Ia berjalan terus di antara kapal-kapal yang tertambat di sana. Ia masih mengendap-endap. gadis itu bilang kalau orang tuanya ada di kapal, tapi kapal yang mana? Gadis itu digendongnya dalam badannya yang kurus,csambil mengendap-endap di antara kapal-kapal yang tertambat.
Tak beberapa lama kemudian, seorang perempuan berseru.
"Ohhh my baby, dari mana saja kamu?"
"Di sebuah kapal ada enam orang, sepertinya dua orang di antaranya adalah orang tuanya gadis itu, Bram menurunkannya dan gadis itu berlari menuju kapal yang ada di dermaga itu. Ada kisaran 500 kapal tertambat di sana. Dan kapal orang tua gadis kecil itu salah satunya. Kapal orang tua gadis ini termasuk yang paling besar. Kapal yang megah dan sesuai untuk kaum jetset seperti mereka.
"Mommy, Daddy..."
Setelah Bram menurunkan gadis itu, gadis itu berlari ke arah orang tuanya dan disambut pelukan mereka pada gadis itu. Bram mengangguk membuka topi dan membungkuk pada mereka.
"Thank you, what's your name?"
"You're welcome, Sir!"
"Bram, Sir! "My name is, Bram, Sir!"
Dia memberikan segepok uang pada pesuruhnya untuk diberikan pada Bram. Pesuruh lelaki itu melemparkan segepok uang padanya dari atas kapal.
"Thanks, Boy!"
Bram menyambutnya segepok uang itu.
Banyak sekali, batinnya. Dia belum pernah memegang uang sebanyak itu sebelumnya.
"You're welcome, Sir!"
"Thank's Sir, Thanks Senyorita!"
Dia mengangguk kembali Tuan dan Nyonya itu.
Bram, lalu pergi dari sana sambil masih mengendap-endap-ngendap.
...
"Sayang aku ingin memetik bunga."
Suara Belinda membuyarkan hayalannnya.
"Ya, petiklah, Belinda. Nikmatilah pemandangan di sini, aku akan mencoba menebang batang dan dahan pohon yang di sana."
Bram lalu membiarkan Belinda memetik beberapa tangkai bunga di sana, dia senang sekali. Bram lalu berjalan ke sebuah pohon yang agak tua lalu mencoba menebang batangnya yang agak besar, kapaknya diayunkannya berirama. Dia sedikit kewalahan. Lumayan juga pohon-pohon di sini. Biasanya ia menebang sebuah pohon, sekali ayunan kapak sudah meninggalkan jejak di batang pohon. Diayunkannya yang kedua kalinya, diayunkannya sampai lima kali. Dia berhenti sejenak.
"Bos, biar aku saja." Kaki tangannya berniat membantu.
"Tidak usah, aku sekalian berolah raga."
Bram mengayunkan kapaknya sekali lagi.
Belinda memetik bunga. Beberapa bunga berhasil dipetiknya. Belinda sangat senang melakukannya. Baru pertama kali dia melakukan kegiatan ini. Mana pernah dia memetik bunga di taman dulunya.