Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.
Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?
Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Yang Tak di Harapkan
Nadien mengangkat kembali pandangan nya, "Ma-maksud kamu? " Cicit Nadien lirih.
Bughh !
Gavin menunju dinding tepat di dekat kepala Nadien, membuat gadis itu seketika menutup matanya takut.
"Jangan berpura-pura tidak tau. Kamulah penyebab dari semua ini, kamu yang membuat Sheryl menderita, kamu membuatnya kehilangan akal sehat, hingga membuat dia--" Gavin menjeda ucapan nya, dengan nafas menggebu Gavin berusaha menahan amarahnya.
Darah nya mendidih, begitu membayangkan jenazah seseorang di atas brankar yang di bawa oleh petugas timsar di LA.
Gavin menatap Nadien yang terlihat bingung tak mengerti apa-apa. Namun, sorot matanya yang berapi-api tak sedikitpun meredam justru semakin geram melihat mata Nadien yang nampak polos, tidak tau apa-apa.
"Puas kamu sekarang, hah?!" Bentak Gavin tepat di depan wajah Nadien.
Lagi-lagi Nadien di buat tersentak setiap mendengar bentakan Gavin. Gadis itu memberanikan diri mengangkat pandangan nya, menatap mata yang penuh dengan kabut amarah itu.
"Ka-kamu ngomong apa Gavin? Aku bener-bener gak ngerti apa yang sedang kamu bicarakan.. " Timpal Nadien nampak ketakutan.
"STOP. Berhenti bersikap bodoh di depan ku !" Bentak Gavin lagi kesabaran nya semakin menipis.
"Berhenti menyebutku bodoh, Gavin!! " Sentak Nadien tak terima dengan hinaan yang terlontar dari mulut pria itu.
"Kenapa, gak suka? Kamu memang perempuan bodoh, jahat dan sangat tidak tau diri !" Sinis pria tersebut.
"Cukup!!" Nadien menatap Gavin tak kalah sengit, "Apa ini alasan kamu menikahi ku? Untuk menghina dan menjelek-jelekan ku, seperti ini. Iya? " Ucap Nadien berkaca-kaca.
"Kalo, iya? " Sahut Gavin santai, dengan sebelah alis terangkat tak lupa seringai jahatnya.
"Apa perasaan kamu sama aku itu juga gak pernah ada? " Sambungnya dengan suara bergetar, "Dan.. Cinta kamu sama aku selama ini juga palsu? " Lanjutnya dengan suara yang nyaris hilang.
Gavin menegakkan tubuhnya, memasukkan kedua tangan nya ke saku celana dengan tatapan yang tak ia lepaskan dari Nadien.
"Biar ku perjelas satu hal." Gavin mendekatkan wajah nya lalu sedikit memiringkan kepalanya, "Dari awal, aku gak pernah mencintai kamu sedikitpun. Semua yang ku lakukan itu hanya untuk menjeratmu. Dan satu hal lagi, aku menikahi mu hanya untuk membalas apa yang sudah kamu lakukan pada Sheryl.." Setiap katanya begitu jelas dan tentu sangat menyakitkan bagi Nadien.
Selama ini Nadien melihat Gavin sosok yang baik dan ia mencintainya dengan tulus. Tapi, ternyata Gavin hanya mempermainkan perasaan nya. Ternyata yang ia lakukan selama ini salah, kesalahan terbesar selama hidupnya adalah mempercayai orang yang baru di kenalnya dengan begitu besar. Tak selamanya orang yang kita anggap baik itu, benar-benar baik. Kadang mereka menyembunyikan sifat buruk nya, dengan kata-kata yang manis.
Nadien berusaha menahan sakit yang menjalar di hatinya, "Jahat kamu Gavin ! Tega sekali kamu menipuku seperti ini. Kenapa, apa salah aku sama kamu? Pembalasan apa yang kamu maksud ?! " Sentak Nadien menggebu-gebu.
"Masih tanya kenapa?" Lagi, Gavin mencengkram rahang Nadien cukup kuat.
"Ahh.. Gavin sakit, lepas..!" Rintih Nadien, air mata mengalir dari sudut matanya.
"Ini gak seberapa dengan apa yang sudah kamu lakukan sama Sheryl," tekan nya tepat di depan wajah Nadien.
"Apa yang sudah aku lakukan, aku gak pernah melakukan apapun pada Sheryl.. " Berusaha melepaskan cengkraman tangan Gavin, bahkan Nadien mengucapkan nya dengan susah payah.
Gavin berdecih muak, "Dasar wanita tidak tau diri. Sudah di tolong tapi malah menusuk dari belakang. Dan sekarang bukan nya mengakui kesalahan, kamu malah bersikap seolah-olah kamu tidak bersalah." Ucap nya menatap Nadien tajam.
Gavin menghempas Nadien, Nadien yang kehabisan nafas ambruk di lantai dengan nafas tersenggal. Sedang Gavin hanya menatap Nadien tanpa belas kasihan.
Sungguh, Nadien tidak mengerti kenapa Gavin begitu marah padanya menyangkut Sheryl. Padahal Nadien sendiri tidak tahu menahu soal gadis itu yang beberapa tahun ini menghilang.
"A-aku sungguh tidak mengerti maksud kamu Gavin. Justru, selama ini aku selalu mencari tau tentang Sheryl, bahkan aku selalu mencoba menghubunginya tapi tidak pernah bisa.. " Imbuh Nadien menengadah menatap Gavin.
Gavin tersenyum smirk, "Untuk apa kamu mencarinya, HAH?! Bukan kah ini yang kamu inginkan, membuat Sheryl menghilang selamanya?" Nadien menggeleng lemah.
"Aku gak pernah berpikir seperti itu, " Nadien meraih tangan Gavin, " Katakan Gavin, apakah kamu tau dimana Sheryl? Aku ingin menemuinya, ada yang harus aku bicarakan sama dia.." Memohon dengan penuh harap.
Gavin berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan Nadien, "Buat apa? Udah gak ada gunanya." Tegas nya tatapan nya melemah namun penuh dendam.
"A-apa maksud kamu?" Balas Nadien suara nya terdengar bergetar dengan air mata yang menggantung memenuhi pelupuk matanya.
"Karna, Sheryl sudah meninggal." Lirih nya namun penuh penekanan, matanya nampak berarir menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam.
DUARR !!
Buliran bening yang menggantung jatuh begitu saja. Tubuh Nadien seketika menegang, nyawanya seolah lepas dari raganya, nafas Nadien seolah tercekat di tenggorokan, baginya dunia seakan berhenti berputar.
Tatapan matanya masih menatap Gavin tak dapat bisa teralihkan, berharap apa yang di katakan Gavin adalah kebohongan. Seperti yang pria ini katakan sebelum-sebelumnya.
Harapan Nadien seketika sirna, begitu melihat mata pria itu juga berkaca-kaca. Nadien yakin jika apa yang Gavin katakan barusan itulah kebenaran nya.
"Kenapa? Apa kau senang sekarang..?" Kata Gavin menyorot Nadien seperti ingin mencabut nyawa gadis di depan nya itu sekarang juga.
Sekuat tenaga Nadien menahan isak kan nya, tapi tidak bisa, tangis nya pecah saat itu juga. Air mata membanjiri wajahnya.
Bagaimana Gavin mengira kalau Nadien senang mendengar kalau orang yang selama ini ia tunggu kabar dan cari-cari keberadaan nya, kini sudah tiada.
"Aaaa... Gak, kamu bohong Gavin ! " Nadien mencengkram kemeja yang Gavin gunakan, tangisnya pecah saat itu juga.
Beberapa kali Nadien memukul-mukul Gavin, "Enggak. Gak mungkin, gak mungkin Sheryl-- Sheryl.."Kepala nya menggeleng cepat, "Kamu bohong kan Gavin? Sheryl masih hidup dia gak mungkin meninggal.." Raung nya, menarik jas yang Gavin gunakan. Namun, tubuh kekar Gavin tak goyah sedikitpun walaupun Nadien begitu histeris mengguncangkan tubuhnya.
Nadien menangis sejadi-jadinya, ia tidak percaya jika Sheryl sudah meninggal. Sungguh bukan ini kabar yang ingin Nadien dengar, Nadien berharap besar pada harapan, berharap Sheryl bisa kembali dan bertemu dengan nya lagi. Delapan tahun Nadien kehilangan kabar gadis itu, walau begitu Nadien selalu mengharapkan Sheryl kembali mengabari nya. Tak ada hari dimana Nadien tak merindukan Sheryl, bahkan sampai sekarang ia masih menunggu nya.
Gavin menepis cengkraman Nadien dari pakaian nya, kemudian lekas berdiri menatap Nadien nyalang.
"Ya. Kamu benar, Sheryl seharusnya tidak meninggal. Karna yang seharusnya mati itu kamu, bukan dia !"
Isakan Nadien semakin terdengar pilu, mendengar kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut laki-laki yang berstatus suaminya itu. Nadien menengadah, menatap Gavin yang berdiri di hadapan nya.
"Apa kamu sungguh menginginkan ku mati?" Tanya Nadien lirih.
"Ya. Karna yang terjadi pada Sheryl itu semuanya salah mu! " Tuduh pria itu menatap Nadien penuh kebencian.
Nadien menutup matanya, menahan rasa perih di hati nya. "Kenapa kamu menyalahkan ku? Kesalahan apa yang sudah aku lakukan? Kalau kamu memang ingin aku mati, bunuh aku sekarang Gavin. Jika itu bisa membuat mu tenang," air matanya terus mengalir beranak sungai.
"Kematian terlalu mudah buat mu. Jika, aku ingin nyawa mu sudah sejak dulu aku membunuh mu. Tapi bukan itu yang aku inginkan, aku mau melihat mu menderita sebelum kematian mu. Sama seperti yang Sheryl rasakan menjelang kematian nya."
Dada Nadien terasa sesak, ia merasa jadi sahabat yang gagal. Penderitaan apa yang sebenarnya di alami Sheryl? Selama ini Nadien menunggu kabar tentang Sheryl, tapi ia sama sekali tidak tau penderitaan yang tengah di alami sahabat nya. Dan, kenapa Sheryl meninggalkan nya dengan begitu cepat? Padahal, mereka sudah berjanji akan bertemu kembali setelah mereka dewasa.
Tapi inilah takdir tak ada yang pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Kini Sheryl sudah meninggalkan nya, tapi kali ini Nadien tidak bisa mengharapkan kabar dari teman lamanya lagi, karna Sheryl telah pergi untuk selamanya.
...****************...
Besok di lanjut lagi yaa..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan Like, Vote, komen dan tabur mawar nya. Terimakasih🤗