Benang Takdir Si Kembar

"Dik, Abang pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa cepat kasih kabar ke Abang dan yang lainnya". ujar Zayn yang sudah mengantar Zayna kedepan ruang IGD.

"Baik Bang, tapi Abang udah janji ya besok mau kenalin Zayna langsung sama orangnya". peringat Zayna pada Zayn, dia ingin sekali bertemu dengan mahasiswi pindahan tersebut. Karena Zayna yakin dia tidak pernah salah dalam mengenali seseorang.

"Baiklah, besok pagi kita bertemu dikampus tempat Abang mengajar". jawab Zayn mengalah.

"Hmm, yasudah Abang hati-hati pulangnya".

"Ingat jangan sampai kelelahan, Abang pulang dulu".

Zayna mengangguk cepat, lalu mencium tangan kanan sang kakak seperti biasanya. Zayna masuk kedalam ruangan, setelah memastikan Zayn sudah kembali masuk kedalam mobilnya.

"Zura, jika itu benar Kamu. Aku pasti mengenalimu". gumam Zayna pelan.

"Ngapain Kamu planga-plongo begitu, cepat masuk! Udah tahu kita lagi banyak pasien"! tegur Anya yang sudah membuka pintu IGD dengan lebar, sebab ada berapa pasien lagi sedang dalam perjalanan.

Zayna kaget, saat mendengar suara perempuan yang tidak ada lembut-lembut dan baiknya itu.

"Dasar caper! kau lihat bukan? semua orang sibuk dengan pasien kecelakaan malam ini, dan Kau sengaja datang terlambat. Ingat ini rumah sakit, disini Kau tidak bisa jadi tuan putri"! sergah Anya.

"Maaf, Dokter Anya sebelumnya, sebenarnya saat ini bukanlah shift dan jadwal saya. Namun karena rasa tanggung jawabku pada rumah sakit, makanya saya datang kembali malam ini"! ucap Zayna tegas.

"Kau! berani sekali berbicara seperti itu padaku! Saya ini senior Kamu Dokter Zayna"! sentak Anya.

"Sekali lagi mohon maaf Dokter Anya, saat ini kita sedang bekerja bukan sekolah. Tidak ada kata-kata senioritas dalam bekerja, siapa berkemampuan dan berwawasan dia lah yang pantas untuk diakui"!.

"Jadi Kau berfikir, saya tidak memiliki kemampuan dan wawasan sehingga tidak pantas untuk di akui"?

"Saya tidak pernah bilang seperti itu Dokter Anya, dan anda salah mencerna maksud ucapan saya"!

"Kau ini pintar sekali dalam berkata-kata, baiklah kalau begitu Dokter Zayna. Kau saya tugaskan menjadi kepala ruangan malam ini. Untuk semua pasien yang terluka akan di tangani dan di observasi atas persetujuanmu. Saya mau lihat kemampuan dan wawasan seperti yang Kau bilang barusan"! tukas Dokter Anya tersenyum licik.

"Maaf Dokter Anya, ini menyalahi aturan SOP rumah sakit, anda tidak bisa melimpahkan semua keadaan pasien terhadap saya". bantah Zayna cepat.

"Kenapa tidak bisa? Kau juga Dokter disini bukan"?

"Tapi, Kamu kepalanya disini". sergah Zayna.

Hahahaha .. Dokter Anya tertawa sumbang.

"Karena saya kepalanya lah, Kau harus patuh dan menuruti semua perintahku Dokter Zayna"! cibirnya.

Wiwiw .. wiwiwiww ..

Bunyi sirine terdengar kuat sebuah mobil ambulance berhenti tepat didepan ruang IGD tersebut.

"Ada pasien luka bakar siapkan tempat"! teriak salah satu petugas damkar yang ikut serta dalam mobil ambulance, ada dua mobil yang sempat meledak di lokasi kejadian, dan tiga mobil rusak parah.

Sebagian pasien sudah ada yang ditangani didalam, namun pihak rumah sakit, tidak pernah menyangka akan mendapat pasien luka bakar malam ini.

"Berapa persen luka bakarnya"? tanya Zayna cepat.

"85% tubuhnya mengalami luka bakar". jawab pria berseragam hitam, dia juga baru saja tiba disana.

"Kau". sentak Zayna, saat mengenali wajah pria itu.

"Saya anggota, yang sedang menangani kasus kecelakaan tabrakan beruntun malam ini". jawabnya.

"Kenapa harus ketemu lagi sih". Batin Zayna.

"Apa anda Dokter yang sedang berjaga malam ini"? tanya pria itu kembali.

"Tidak, saya shift pagi. Tapi rumah sakit memanggil semua Dokter bangsal IGD untuk datang kemari". jelas Zayna sambil melirik Dokter Anya.

"Hmm baiklah, mohon kerja samanya". balas pria itu.

Zayna mengangguk mantap, pria itu adalah mantan pasien yang juga pernah ia selamatkan berapa hari yang lalu, yang tak lain adalah Zidan.

"Berapa orang yang mengalami luka bakar"?

"Ada 3 orang, dua lainnya masih di perjalanan".

"Baiklah, saya akan memeriksanya". jawab Zayna, lalu segera masuk kedalam, tanpa menoleh Dokter Anya lagi, dan wanita itu sudah tersenyum smirk.

"Kita lihat saja gadis sialan"! gerutu Anya dalam hati.

Setelah memberi penanganan pada pasien yang baru tiba, kini Zayna dihadapkan kembali dengan berapa pasien yang sudah menunggu didalam ruangan IGD itu osejak tadi. Bahkan ada pasien yang belum diperiksa sama sekali oleh Dokter Anya.

Yang membuatnya kebingungan, ia harus memberi penanganan pada siapa dulu. Apalagi Dokter Anya benar-benar tidak membantunya dan membiarkan semuanya terjadi atas persetujuan dari Zayna.

Diruangan itu hanya ada berapa Dokter magang dan juga berapa perawat yang bertugas shift malam. Sedangkan Dokter Senior hanya ada Dokter Anya, yang juga di telpon bersamaan dengan Zayna. Mereka berdua diminta datang oleh kepala rumah sakit, karena hanya mereka yang bisa dihubungi. Sebab para Dokter magang masih butuh bimbingan.

"Dokter, apa Dokter bisa menangani semuanya dengan baik malam ini? saya lihat Dokter Anya sengaja ingin menyerang anda, saya khawatir jika terjadi sesuatu dengan salah satu pasien, maka Dokter lah yang akan bertanggung jawab". ucap suster Icha, yang sedang berdiri disampingnya.

Saat ini Zayna sedang melakukan RJP pada pasien yang mengalami luka bakar tingkat tiga.

Hampir 85 persen anggota tubuh wanita paruh baya ini terbakar hebat. Dan kemungkinan besar hidupnya hanya 10 persen saja, perkiraan analisa dari Zayna.

"Kita serahkan semuanya pada Allah ya sus". jawab Zayna dengan wajah yang setenang mungkin.

"Dokter, denyut nadinya kembali". teriak suster Icha.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Allah". ucap Zayna.

Setelah melakukan RJP berapa menit, akhirnya detak jantung pasien kembali. Setidaknya Zayna bisa menghela nafas lega untuk saat ini.

"Dokter, pasien luka bakar yang lainnya sudah tiba". ucap perawat yang lainnya.

"Hmm, siapkan tempat untuk mereka". titah Zayna.

"Tolong awasi pasien ini suster Icha, saya akan segera kembali". pesan Zayna pada suster Icha.

"Dokter Zayna, ada salah satu anak kecil yang mengalami luka bakar". ucap Zidan sedikit berbisik.

"Seberapa parah lukanya tuan Zidan"? tanya Zayna.

"Lengan kanannya melepuh akibat berpelukan dengan ibunya saat ledakan terjadi". jelas Zidan.

"Apa wanita itu ibunya"? tanya Zayna sambil melirik ke arah pasien yang mengalami luka bakar hebat.

Zidan mengangguk lemah, dia tidak akan pernah melupakan kejadian malam ini. Sebab didepan mata kepalanya sendiri, ledakan dahsyat itu terjadi.

Pertama hanya satu mobil yang meledak, namun karena ledakan cukup kuat membuat mobil satunya tersambar kobaran api dan ikut terbakar.

Dimobil pertama tidak ada korban jiwa, namun pada mobil kedua ada satu wanita 40 tahunan, satu anak remaja 17 tahun, dan satu anak berusia 8 tahun. Mereka bertiga di ketahui ibu dan anak.

"Dokter, tekanan darah pasien menurun"!

"Dokter, pasien mengalami kejang-kejang".

Zayna mendadak linglung, dan mulai khawatir dengan keadaan ketiga pasien luka bakar tersebut.

"Ya Allah, berilah Aku pertolongan sebagaimana Engkau selalu memudahkan setiap urusanku".

Sementara Dokter Anya berkali-kali tertawa lirih didalam ruangannya, ia benar-benar bahagia saat melihat kepanikan yang luar biasa dalam mata Zayna, dia berharap semuanya tidak berjalan lancar.

"Aku ingin lihat sebatas mana kemampuanmu? Kau pikir, Kau bisa mengalahkanku? Aku akan membuat Kau membayar atas semua kesombonganmu itu". ucap Anya dengan wajah iblisnya.

Dengan cekatan Zayna memeriksa kedua pasien yang baru saja tiba, pasien yang tekanan darah nya menurun mengalami komplikasi dan infeksi parah. Namun luka bakarnya tidak terlalu parah maka masih bisa diselamatkan dengan cara operasi.

"Hubungi para Dokter Spesialis, dan segera siapkan ruangan operasi sekarang". titah Zayna lantang.

"Baik Dokter". jawab perawat yang bertugas.

Zayna pun beralih ke pasien satunya, yang saat ini mengalami kejang-kejang. Setelah memeriksa suhu tubuh pasien, ternyata suhu pasien meninggi.

Zayna langsung menyuntikkan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk menetralisir demamnya saja. Pasien ini hanya mengalami luka bakar pada lengan kanannya saja. Dia adalah bocah 8 tahun anak dari ibu yang tengah mengalami luka bakar disekujur tubuhnya, yang baru saja di katakan Zidan.

Zayna bernafas lega saat melihat pasien kecilnya sudah dalam keadaan normal. Namun lagi-lagi Zayna dibuat panik, sang ibu yang datang dengan luka bakar 85 persen tadi, kembali tidak sadarkan diri dan nafasnya terlihat terengah-engah membuat keadaannya kembali kritis dan harus ditindak lanjuti.

bip .. bip .. bip ..

"Dokter, detak jantung pasien kembali melemah". teriak suster Icha khawatir.

"Dokter tolong selamatkan ibu saya dulu". teriak anak pasien yang sudah kembali terisak.

Zayna yang merasa tubuhnya tiba-tiba tidak stabil, jadi tidak fokus dengan panggilan dari suster Icha. Hampir saja tubuhnya terjatuh kebelakang, kalau tidak cepat ditangkap oleh pria dibelakangnya.