"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut untuk ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
"Selamat pagi, Bi." Kristal menyapa dengan senyum lebar, ia mendudukkan pantatnya di kursi kedua tangannya di silangkan di atas meja.
"Selamat pagi, Nyonya," balas pelayan itu ramah sambil menaruh segelas susu di samping piring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi.
"Hanya satu porsi?"
Pelayan itu mengangguk. "Iya Nyonya, dari semalam Tuan belum pulang jadi saya hanya menyediakan sarapan milik Nyonya."
Kristal terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan dan mulai memakan sarapannya. "Biarlah, lagi pula itu bukan urusanku," batinnya.
"Kristal, Kay. Ini Kakek, Nak!"
Mata Kristal membulat sempurna, ia menoleh ke arah pintu masuk mansion dengan wajah panik. "Kakek? Kenapa kakek ada di sini?" Tanpa menghabiskan sarapannya ia segera berlari ke depan mansion, mendapati pak Tomo dan kakek Frans yang sedang menaiki tangga.
"Ah, selamat pagi, Nak. Maaf Kakek datang pagi-pagi sekali." Kakek Frans tersenyum ke arah Kristal di bantu oleh Pak Tomo dengan tongkat kayu di tangan pria tua itu.
Kristal memaksakan senyumannya sembari meremas ujung piyamanya dengan kuat. "S-selamat pagi, Kek. Ada keperluan apa sampai Kakek repot-repot kemari?" ucapnya gugup. Kenapa kakek datang tiba-tiba tanpa memberi kabar? Apa yang harus ia katakan jika kakek menanyakan pria itu?
"Nak? Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali. Aoa kamu sakit?" tanya Kakek Frans dengan khawatir menelisik wajah Kristal.
Kristal menggeleng dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. "Aku baik-baik saja, Kek. Mungkin karena akhir-akhir ini aku kurang tidur jadi wajahku sedikit pucat."
Kakek Frans dan Pak Tomo saling menatap, diam beberapa saat sebelum akhirnya keduanya senyum-senyum sendiri. "Ah, tidak apa, Nak. Begitulah jika sudah jadi seorang istri." Kakek Frans tersenyum, menepuk pundak Kristal dengan tangan kanan dan tangan kirinya memegang tongkat berjalan masuk ke dalam mansion milik Kay.
Wajah Kristal berkerut bingung, ia menoleh ke belakang menatap punggung Kakek Frans dan Pak Tomo. "Apa maksudnya?" Malas memikirkan lebih jauh Kristal mendelikkan bahunya dan ikut masuk ke dalam.
"Selamat pagi. Tuan Besar," sapa beberapa pelayan mansion.
Kakek Frans membalas dengan senyum ramahnya. "Selamat pagi. Hm? Kamu sedang sarapan rupanya, maaf Kakek datang mengganggu," kata Kakek Frans sambil menoleh ke arah Kristal yang mendekat setelah melihat sepiring nasi goreng dan segelas susu di meja.
"Tidak masalah, Kek. Kakek mau sarapan bersama?"
Kakek Frans tampak berpikir sejenak sebelum membuka suara. "Apa ada teh hijau?"
Senyuman terbit di bibir Kristal. " Tentu, Kakek mau aku buatkan? Sekalian Paman Tomo mau minum apa? Nanti Kristal buatkan."
"Tidak perlu repot-repot, Nona. Pak tua ini masih bisa membuat kopi sendiri," tolak pria tak enak hati.
Kristal menggeleng, "Mana mungkin Kristal biarin tamu buat minum sendiri. Katakan saja nanti Kristal buatkan, atau Paman Tomo mau Coffe latte? Kristal mantan barista loh, kopi buatan Kristal itu nggak ada tandingannya!" Gadis itu menyodorkan ibu jarinya di udara dengan bangga.
Pak Tomo dan Kakek Frans terkekeh. "Baiklah, biarkan cucu mantuku menjamu kita Tomo." Mendengar perkataan kakek Frans pak Tomo akhirnya mengangguk dengan senyuman di bibirnya.
"Kalau begitu Kakek dan Paman Tomo duduk saja dulu, pesanan kalian akan siap kurang dari sepuluh menit!" Kristal mengedipkan sebelah matanya dan berlalu dari hadapan kedua pria tersebut.
"Istri Tuan Muda sangat unik, Tuan." Pak Tomo menarik kursi mempersilahkan Kakek Frans untuk duduk.
Kakek Frans menaruh tongkat kayunya di samping kursi setelah mendudukkan tubuhnya. "Dia memang gadis yang unik. Gadis yang tepat untuk Kay." Kakek Frans berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Kristal yang sedang sibuk berkutat dengan mesin kopi di depannya.
Semua barang dan peralatan dapur yang ada di mansion memang sangat lengkap. Tak jarang Kristal sering membuat kopi sendiri setiap sore untuk ia nikmati sekaligus mengenang masa-masa saat bekerja di cafe Paman Wiliam.
Dengan lihai tangan Kristal menggambar latte art di atas cangkir hitam setelah menaruh sekantung teh hijau di cangkir satunya. Seperti kata gadis itu, tepat sebelum sepuluh menit Kristal sudah membawa nampan di tangannya yang berisi teh hijau, coffee latte, serta beberapa biskuit dan dua buah roti isi coklat.
Dengan telaten ia menata minuman serta cemilan di depan mereka. "Selamat menikmati, teh hijau no sugar dan coffe latte less sugar," seru gadis itu dengan senyuman rama khas seorang barista.
"Wah, bunga yang Nona gambar ini cantik sekali," ujar Pak Tomo dengan tampang terpukau.
"Haha, tentu saja menantuku memang sangat hebat." Kakek Frans tersenyum senang, menyesap tehnya setelah ia tiup beberapa detik. Kristal hanya membalas dengan anggukan lalu ikut duduk di kursi—melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda di temani oleh Kakek Frans dan Pak Tomo.
"Ngomong-ngomong di mana Kay? Kakek tidak melihatnya dari tadi dan juga kenapa kamu sarapan sendirian, Nak? Apa Kay tidak di rumah?"
Kristal hampir terdesak mendengar berbagai macam pertanyaan yang di lontarkan oleh Kakek Frans, yang di mana sangat ingin ia hindari. Ya Tuhan, kenapa kakek tidak menikmati teh nya saja seperti paman Tomo? Kenapa harus menanyakan Kay padanya, memangnya Kay itu anaknya? "I-itu, dia..." Kristal memutar otaknya, berpikir keras mencari alasan apa yang harus ia berikan pada kakek.
"Tidak apa, kamu tidak perlu menyembunyikannya. Kakek tau jelas seperti apa cucu Kakek itu, dia pasti sudah berangkat bekerja pagi-pagi sekali, kan?" Kakek Frans menatap Kristal sambil mengigit roti coklat di tangannya, sedangkan Pak Tomo asik menikmati coffe latte buatan Kristal sambil menyimak pembicaraan keduanya.
Kristal tersenyum canggung mengangguk dengan perlahan. Syukurlah, ia tidak perlu susah-susah mencari alasan untuk berbohong.
Menghela nafas kasar Kakek Frans kembali membuka suara. "Kamu harus banyak bersabar, Nak. Kay memang tidak pernah main wanita, tapi dari dulu anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia lebih suka tidur di kantor dari pada tidur di mansion," ujar Kakek Frans memandang kasihan ke arah Kristal. Padahal mereka masih pengantin baru tapi gadis itu sering ditinggal sendirian di rumah. Ia sebenarnya sudah merencanakan honeymoon untuk keduanya, tapi Kay menolak mentah-mentah dan berkata.
"Waktu adalah uang, aku tidak ingin membuang waktuku hanya untuk honeymoon. Mansion ku sudah cukup mewah dan besar untuk di jadikan tempat honeymoon. Jadi, kami tidak akan pergi kemana-mana!"
Kakek Frans menghela nafas panjang saat kembali mengingat perkataan cucunya yang menyebalkan.
Kristal tersenyum kecut. "Tidak apa, Kek. Aku cukup memahaminya. Bukankah itu tugas seorang istri? Mendukung dan memahami suami adalah hal yang harus aku lakukan."
"Meskipun dia tidak pernah mendukung dan memahami ku," lanjut gadis itu di dalam batinnya.
"Aih, Kakek semakin sedih mendengarnya, tapi terima kasih sudah memahaminya, Nak. Anak itu sudah cukup menderita sepanjang hidupnya. Kakek hanya berharap dia bisa bahagia, melupakan masa lalu, dan membangun keluarga kecil."
Dahi Kristal berkerut samar mendengar kalimat terakhir yang kakek ucapkan. "Menderita? Sebenarnya apa yang sudah ia alami, Kek?"
Kakek Frans meneguk teh terakhirnya sampai tandas. "Kay dulu—"
"Apa yang Kakek lakukan di sini?"
aku tunggu bab² selanjutnyaaa 😁
Nungguin ni