"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi yang Keempat
"Juragan, silahkan, gorengannya masih hangat." Marni saat meletakkan Jamu pesanan Juragan Basir dan menawarkan gorengan.
"Kamu tahu aja Saya suka yang anget-anget." Juragan Basir mengambil pisang goreng dan memakannya.
"Pinter banget bikin pisang gorengnya panjang begini. Legit enak. Masih anget lagi." Sungguh rasanya Marni kepingin menendang saja manuk si ganjen dihadapannya.
Tatapan mesum Juragan Basir sambil mengunyah pisang goreng buatan Marni.
Kalau ga ingat masih butuh butuh tempat dagang dan lagi pula masih banyak orang yang melihat Marni memilih tak menanggapi.
"Kamu betah jualan disini?" Kini sambil meminum Jamu pesanannya Juragan Basir me.perhatikan Marni yang sengaja menghindar.
"Betah Juragan." Marni sekilas saja menengok. Malas sekali harus berhadapan dengan wajah cabul sang Juragan yang sudah memiliki Istri hingga tiga orang.
"Kamu masih muda, masih cantik, kenapa ga nikah? Dari pada jualan begini gimana kalau nikah sama Saya. Saya akan jamin hidup Kamu gak perlu susah begini." Senyuman yang mampu membuat Marni ingin muntah melihatnya.
"Iya tuh Mar. Kamu mau saja. Kapan lagi Juragan Basir menawarkan kesempatan ini. Banyak loh janda-janda yang mau, perawan saja antri. Bener kan Juragan?" Jupri nyatanya penjilat sejati.
"Saya ga maksa, semua tergantung Marni. Kalau mau urusannya gampang ya terima tawaran Saya. Tapi kalau nolak, ya Saya ga tahu sih bakal ada apa." Kali ini senyuman Juragan Basir berubah menyeramkan.
Marni bergidik ngeri. Membayangkan ada hal buruk yang akan ia alami dari senyuman penuh arti Juragan Basir.
"Ini ambil. Semuanya buat Kamu. Ga usah kembali." Juragan Basir meletakkan lima lembar uang berwarna merah.
"Maaf Juragan. Ini ga sampai segitu. Saya ambil ini saja." Marni menyodorkan kembali empat lembar uang itu dan hanya mengambil satu.
"Ya sudah. Kalau begitu buat bayar yang lagi minum jamu dan makan disini saja. Pantang Saya mengambil yang sudah Saya berikan." Juragan Basir mengenakan kembali topinya dan keluar dari warung Marni.
"Mar, yang punya Saya dibayar pakai uang itu saja ya."
Tanpa malu Jupri mengambil kesempatan dan malah mengambil beberapa gorengan lagi di kantong untuk dibawa pulang.
Sesuai amanah Marni membagikan saja gorengan dan jamu seharga uang yang tadi Juragan Basir berikan.
Marni tak mau menerima uang itu cuma-cuma. Tak mau dianggap morotin uang Suami orang.
"Loh Mar, Kamu selametan? Kok Jami dan gorengan dibagi-bagi?" Salah seorang penjual yang kebagian rezeki dadakan.
"Iya Bude, Juragan Basir yang borong suruh bagikan." Biarlah dianggap baik si Juragan dari pada orang lain tahu kisah dibaliknya yang malah Marni merasa dilecehkan dikasih uang cuma-cuma.
"Marni, Marni, Kamu mau diangkat jadi bojo malah nolak. Kalo Aku wedok tak terima mau dijadikan Bojo sama Juragan Basir. Walau jadi yang keempat pasti tetap sejahtera."
Ga mutu membalas ucapan Jupri yang tak jelas. Penjilat rupanya si Jupri ini. Marni memilih melanjutkan membagi-bagi Jamu dan Gorengan kepada sesama pedagang yang ada.
"Loh, Ndok. Kok ngasoh disini? Lapakmu ditinggal?" Bude Sri yang melihat Marni duduk selonjoran di lapak Bude Sri dan wajah Marni ditekuk begitu membuat Bude Sri heran.
"Bude, ponakanmu lucu. Dilamar jadi Bojo malah nolak. Mau dijadikan wong sugih Mar. Kalo Aku sih mau saja." Seorang penjual kue basah saat melintasi lapak Bude Sri.
"Ndok," Bude Sri mengusap punggung Marni.
"Bude, salah Aku tuh apa ya?"
Bude Sri bisa melihat sudut mata Marni mulai berkaca-kaca.
"Wes toh. Sudah. Jangan Kamu pikirin. Selama Kamunya ga bersedia, Juragan Basir juga ga akan berani. Apalagi ketiga Istrinya juga bakal menghalangi."
Marni tak bisa berkata-kata. "Sudah makan belum? Bude juga belum makan. Kita nyoto yuk! Bude lagi kepingin makan soto."
Marni mengusap sudut matanya, Bude Sri mengerti betul bagaimana perasaan Marni. Ia bisa memberikan ketenangan.
"Aku balik ke lapak dulu ya Bude. Mau tutup dulu. Baru kesini lagi."
"Iya sana. Bude tunggu."
Marni kembali ke lapaknya. Rupanya di deoan lapaknya ada seorang perempuan berpakaian syari dan seorang disebelahnya dengan dandanan modis.
"Nah itu Marni. Yang Jualan Jamu. Mar, ini ada yang cari Kamu. Saya tinggal dulu ya."
Marni meraaakan firasat tak baik. Ada apa lagi sekarang. Jangan-jangan Mereka Istri Juragan Basir.
"Maaf Ibu, mau ada perlu apa cari Saya?" Marni yang bertanya baik-baik seketika dibuat terkejut.
Plak!
Tak sempat menghindar. Marni berbalik menatap perempuan berpakaian modis yang menamparnya.
"Santi! Kamu sudah janji ga kasar. Dan Kita datang untuk bicara baik-baikkan." Perempuan berpakaian syari melerai si Wanita modis yang hendak menampar Marni kembali.
"Saya tidak pernah punya urusan dengan Ibu-Ibu berdua. Silahkan tinggalkan lapak Saya sekarang juga!" Marni menantang tatapan si wanita modis yang kembali tersulut emosi setelah ditantang Marni.
"Lepas Mbak! Oh jadi ini tukang Jamu yang sebenernya L****e! Denger ya! Jangan Kamu kira Kami ga tahu Kamu mau dijadikan Istri keempat Abang kan?"
"Santi! Duduk! Kita bicara baik-baik." Kali ini perempuan berbusana Syari meninggikan suaranya meredam amarah si wanita modis.
"Tapi Mbak, si L****e ini harus dikasih paham. Biar ga kegatelan sama Suami orang!" Wanita Modis yang diketahui bernama Santi.
"Kalian Istri Juragan Basir?" Dengan tatapan menantang Marni melangkah mengikis jarak dengan wanita yang kini ia yakini adalah Istri Juragan Basir.
"Bagus kalau Lo paham L****e! Ini Umi Halimah, Istri pertama Abang Basir. Dan kenalkan, Gue Santi, Istri Kedua Abang Basir. Dan dirumah ada Rina, Istri Ketiganya yang lagi hamil. Jadi Lo ga usah kepedean kalo Abang ngajakin Lo nikah!" Santi si Istri Kedua begitu menggebu bicara panjang lebar.
"Sudah perkenalannya? Silahkan pergi dari lapak Saya. Maaf Saya tidak ada niat dan tergiur sedikitpun untuk menjadi Adik Madu Kalian!"
"Haha, nyolot Lo L****e! Ga usah munafik Lo! Buktinya ngapain Lo nerima duit Abang kalo ga mau sama orangnya! Emang ya, jadi pelakor itu ga usah model banyak, cuma butuh ga tahu malu!"
"Sebaiknya Kamu ngaca dan intropeksi diri siapa yang pelakor! Bukankah Kamu juga Pelakor buat Bu Halimah!" Marni melirik sekilas perempuan berbusana syari yang ada disebelah Santi.
"Bener-bener ya! Lo kalau ga tahu ceritanya ga usah fitnah!"
"Sudah San, ayo pulang. Malu dilihat orang!" Umi Halimah menahan Santi namun segera digubris Santi yang langsung menyerang Marni.
Namun kali ini Marni menghindar. Marni tak akan membiarkan dirinya menjadi bulan-bulanan Istri-Istri yang Suami kegatelan sama Marni. Suami Mereka yang ga bisa jaga hati dan manuk malah Marni yang dijadikan sasaran.
"Santi! Apa-apaan ini!"